Suatu ketika, Raja Bintan bernama Batin Lagoi bermimpi kejatuhan tandan kelapa muda. Mak Minah menafsirkan mimpi bahwa sang raja akan mendapatkan amanah seorang anak. Benar saja dalam perjalanan pulang sang raja mendengar tangisan bayi di balik pepohonan. Bayi perempuan itu diberi nama putri Bintan. Suatu saat sang putri diculik kelompok lanun. Raja mengumumkan akan memberikan hadiah besar bagi siapa yang menemukan putrinya kembali. Di sisi lain, Jenang Perkasa anak bungsu Raja Pulau Galang terbuang dari kerajaan karena difitnah kakaknya sendiri, Megat Julela. Sejak saat itu, Jenang Perkasa mengembara mencari Pulau Berhala dan berhasil menjadi penguasa di sana. Penasaran dengan perkataan gajah mina yang ditemuinya ketika mengembara, Jenang Perkasa berhasil menemukan keberadaan Putri Bintan serta membawanya kembali ke istana. Keduanya menikah dan hidup bahagia di Kerajaan Pulau Bintan. Kisah ini mengandung pelajaran mengenai sikap pantang menyerah dalam mencapai kejayaan.
Cerita ini termasuk cerita berbingkai, sebagaimana cerita klasik pada umumnya dan dapat menjadi bahan bacaan siswa sekolah. Dalam cerita ini disebutlah nama Bayan yang budiman. Bayan adalah nama burung yang dapat berbicara, baik hati, dan memiliki sifat-sifat terpuji seperti layaknya manusia. Ia pun pandai bercerita tentang segala hal yang mengandung hikmah bagi siapapun yang mendengarnya. Isi ceritanya biasanya berupa nasihat yang bermanfaat, khususnya bagi manusia, seperti cerita tentang anak yang harus berbakti kepada kedua orang tuanya, istri yang harus setia kepada suaminya, dan manusia yang harus selalu berdoa memohon pertolongan Allah, Tuhan semesta alam ini. Ia tidak mau berbuat jahat,keji,dan berbicara yang tidak ada manfaatnya.Oleh karena itulah,ia disebut burung bayan yang budiman. Cerita rakyat ini sarat dengan nilai-nilai luhur, seperti imbauan atau ajakan untuk selalu berbuat kebaikan dan unsur keagamaan.
Cerita ini mengisahkan persahabatan yang sangat baik dan patut diteladani antara tokoh Uyem Gading, yang merupakan anak seorang pembersih kandang kuda, dan Esahdeli, anak seorang putri raja. Saat beranjak dewasa, Uyem Gading memutuskan untuk merantau dan berpisah dengan Esahdeli. Sejak saat itu, Esahdeli hanya bermain sendirian di dalam istana. Kehilangan teman bermainnya, Esahdeli sangat kesepian dan dilanda kesedihan yang mendalam. Akhirnya ia berubah wujud menjadi seekor burung. Namun, tanpa disengaja sepasang sahabat itu kembali bertemu. Esahdeli pun kembali ke wujud asalnya sebagai manusia dan pulang ke kampung halamannya bersama Uyem Gading, menjalani hidup layaknya sepasang saudara. Cerita ini mengajarkan tentang nilai-nilai persahabatan seperti menghargai semua orang tanpa membeda-bedakan satu sama lain tanpa memandang latar belakang.
Cerita ini mengisahkan tentang warga Desa Bilai yang merasa khawatir karena banyak warga yang meninggal dunia akibat wabah penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Mereka segera memanggil orang pintar untuk mencari cara mengusir wabah itu. Warga akhirnya memenuhi perintah sang orang pintar untuk membawa seekor biawak dari Gunung Zege yang dapat mengabulkan segala macam permintaan. Namun, kerakusan warga mulai muncul. Mereka meminta banyak uang dari biawak Zege dengan mengorbankan sepuluh ekor babi untuk setiap permintaan. Akhirnya babi menjadi langka dan warga menjadi kesusahan. Kemudian mereka memutuskan untuk tidak menggantungkan hidup mereka lagi kepada biawak dan mengembalikan biawak ke asalnya. Kisah ini mengajari kita untuk selalu menjaga keseimbangan alam dengan cara tidak serakah dalam memanfaatkan alam demi kepentingan pribadi karena pada akhirnya perbuatan itu akan merugikan kita sendiri.
Cerita ini berkisah tentang Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin seorang wanita bernama Putri Sangka Bulan. Kerajaan Pagaruyung tersohor dan disegani para pemimpin kerajaan kecil di sekitarnya. Rakyat hidup sejahtera dan negara aman dan tenteram. Putri Sangka Bulan berputra tujuh orang, yaitu Sutan Seri Alam, Sutan Sakti Alam, Sutan Alam Perkasa, Sutan Indra Sakti, Sutan Cahaya Mangindra, Sutan Indra Cahaya, dan Putri Sari Bulan. Cerita ini mengisahkan hidup ketujuh putra dari Putri Sangka Bulan yang merupakan nenek moyang dari daerah Minangkabau. Cerita ini mengajarkan tentang nilai-nilai perjuangan hidup bahwa semua manusia akan mengalami cobaan tetapi jangan pernah menyerah dengan keadaan. Kejayaan akan datang bagi orang-orang yang terus berjuang dalam menggapai tujuan.
Cerita ini mengisahkan tentang Bengkarung, seekor hewan yang disegani di seluruh rimba belantara karena bisa dan kebaikannya. Para penghuni rimba hidup bahagia dan saling menghormati. Sementara itu, di rimba sebelah hewan-hewan hidup dalam ketakutan, karena tempat tersebut dikuasai oleh Ular Tedung berbisa yang jahat. Ular Tedung merupakan hewan yang ditakuti karena kekejamannya. Meskipun Ular Tedung ditakuti karena kekuatan bisanya, ia merasa terganggu oleh keberadaan Bengkarung yang dianggap memiliki bisa paling mematikan. Oleh karena itu, dia merasa harus membuktikan bahwa bisanyalah yang lebih mematikan. Ular Tedung pun pergi ke rimba tempat Bengkarung berada untuk menantangnya berduel. Namun, selain sifatnya yang kejam Ular Tedung memiliki sifat lain, yaitu licik. Di balik tantangannya kepada Bengkarung, terdapat rencana jahat dan licik yang akan ia lakukan kepada musuhnya tersebut. Cerita ini mengajarkan kita untuk tetap teguh membela kebaikan dan kebenaran meski halangan m...
Cerita ini berkisah tentang Pak Abad, seorang pengobat tradisional yang mendapatkan ilmu pengobatan secara turun-temurun. Berbagai penyakit yang menimpa warga di sekitar rumahnya telah disembuhkan oleh Pak Abad. Beliau menyembuhkan penyakit tanpa kenal lelah dan tanpa mengharapkan imbalan. Ketika wabah penyakit yang sangat mematikan melanda warga, termasuk anak Pak Abad sendiri, beliau pun rela berpayah-payah menempuh perjalanan jauh dan menghadapi berbagai rintangan guna menemukan jalan keluar mengusir wabah tersebut. Jerih payah Pak Abad pun terbayar dengan kesembuhan seluruh warga masyarakat dan perginya wabah dari kampungnya. Setelah beliau meninggal, ilmu pengobatannya diwariskan kepada kerabatnya. Kisah ini memberikan keteladanan sikap keikhlasan dan kesungguhan membantu sesama yang layak dicontoh generasi muda bangsa.
Cerita ini mengisahkan Kerajaan Balanipa yang dipimpin oleh seorang raja bernama Balanipa yang adil dan bijakasana kepada rakyatnya. Namun, raja Balanipa ingin memerintah seumur hidupnya di kerajaan, maka dari itu ia selalu membuang bayi laki lakinya. Berbeda dengan dua bayi laki laki sebelumnya, bayi ketiga permaisuri disembunyikan oleh Panglima Mosso di Pulau Salemo. Bayi itu tumbuh dengan baik dan menjadi panglima di Kerajaan Goa. Dia dijuluki sebagai Panglima To Dilaling dan dialah yang membantu melawan Raja Lego yang bengis dan jahat di Kerajaan Balanipa menggantikan ayahnya yang sudah meninggal. Akhirnya, setelah Raja Lego tewas, Panglima To Dilaling menjadi raja yang memerintah dengan adil dan bijaksana pula serta menyayangi semua keluarganya. Cerita ini mengajarkan kita untuk tidak tamak dan selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.
Cerita ini mengisahkan seorang raja bernama Raja Bumi Mandar yang memerintah dengan sangat kejam. Raja membuat rakyatnya sengsara dengan selalu merampas semua harta yang dimiliki rakyatnya. Rakyat hanya bisa mematuhi semua keinginan raja walaupun mereka hidup sengsara. Tak ada seorang pun yang berani melakukan perlawanan. Akan tetapi, seorang gadis bernama Samba Paria yang ingin dinikahi raja melakukan perlawanan. Gadis itu membuat ramuan lalu dilemparkan ke mata raja. Akhirnya, raja pun meninggal karena terjungkal dan menahan sakit perih di matanya. Pesan dari dalam cerita ini adalah keserakahan hanya akan mencelakakan seseorang dan tidak membuat seseorang menjadi kaya.