Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin daerah Kahayan Hilir. Kerajaan itu sangat terkenal akan kearifan rajanya. Akibatnya, kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan makmur. Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia. Sejak saat itu raja menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak dapat lagi memerintah dengan baik. Pada saat yang sama, keadaan kesehatan raja inipun makin makin menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna menghibur hatinya. Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi keinginan sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya tersebut memerintah kerajaan. Namun sayangnya muncul persoalan mendasar baru. Kedua putra raja tersebut memiliki watak yang berbeda. Naga mempunyai watak negatif seperti senang berfoya-foya, mabuk-mabukan dan berjudi. Sedangk...
Bajakah Tara adalah tumbuhan merambat yang ada di alam atas (Lewu Sangiang). Dikatakan Bajakah Tara karena tumbuhan ini memiliki simbol bagi gadis pingitan (bawi kuwu). Zaman dulu motif Bajakah Tara diukir dan dipasang di atas pintu kamar gadis pingitan.
Sawang Ngandang disebut juga pohin janji. Dikatakan pohon janji karna dipakai saat ritual perkawinan menurut tardisi Dayak di Kalimantan Tengah. Pada perkawinan tersebut kedua mempelai bersumpahaia), dan alam (tumbuh-tumbuhan).
Batang Manyangen Tingang adalah asal mula padi yang menjadi makanan pokok manusia. Pohon itu berada di alam Atas (Lewu Sangiang). di dunia ini Batang Manyangen Tingang berubah wujud menjadi batang padi. Dipercaya, ketika padi berubah ia mendapat zat dari sari bunga Batang Manyangen Tingang yang gugur dan meresap bersama embun pagi.
Manyamei Rajan Patendu adalah dewa pengatur waktu bagi manusia, terutama saat bercocok tanam atau berkebun. Misalnya, posisi bintang kembar tiga (patendu) jika bercocok tanam atau berkebun supaya hasilnya baik. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang percaya memujanya.
Manyamei Asun Bulan adalah pengusa bulan. Ia seorang dewa yang memberi penerangan dan mengatur pencahayaan pada malam hari. Dunia atau Bumi yang gelap menjadi terang, sehingga makhluk hidup termasuk manusai dapat beraktivitas. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang percaya memujanya. Selain menerangi pada malam hari Manyamei Asun Bulan memberi pengawalan atau menjaga manusia, khususnya ketika manusia tidur, supaya tidak diganggu roh jahat (Nyaring Panyalaya). Dewa ini juga mengatur waktu manusia beraktivitas seperti membangun rumah, menikah, menyelenggarakan ritual, dan lain-lain. Untuk melaksanakan berbagai aktivitas tersebut, manusia memperhatikan bulan yang mulai muncul dan menghilang.
Raja Tuntung Matan Andau adalah penguasa matahari. Ia seorang dewa yang mengatur suhu panas, dan suhu dingin, Ia juga mengatur terang dan gelap. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang percaya memujanya. Tanpa Raja Tuntung Matan Andau dunia menjadi gelap dan bumi tidak ada kehidupan.
Raja Tuntung Matan Andau adalah penguasa matahari. Ia seorang dewa yang mengatur suhu panas, dan suhu dingin, Ia juga mengatur terang dan gelap. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang percaya memujanya. Tanpa Raja Tuntung Matan Andau dunia menjadi gelap dan bumi tidak ada kehidupan.
Manyamei Asun Bulan adalah pengusa bulan. Ia seorang dewa yang memberi penerangan dan mengatur pencahayaan pada malam hari. Dunia atau Bumi yang gelap menjadi terang, sehingga makhluk hidup termasuk manusai dapat beraktivitas. Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang percaya memujanya. Selain menerangi pada malam hari Manyamei Asun Bulan memberi pengawalan atau menjaga manusia, khususnya ketika manusia tidur, supaya tidak diganggu roh jahat (Nyaring Panyalaya). Dewa ini juga mengatur waktu manusia beraktivitas seperti membangun rumah, menikah, menyelenggarakan ritual, dan lain-lain. Untuk melaksanakan berbagai aktivitas tersebut, manusia memperhatikan bulan yang mulai muncul dan menghilang.