Tari mayang Madu berasal dari daerah Lamongan. Tari ini biasa ditampilkan dalam bentuk tari tunggal, tari kelompok, maupun tari massal. Tari Mayang Madu mempunyai konsep islami dan tradisional, karena Tari Mayang Madu diilhami dari kegigihan syiar agama islam di Lamongan yang disebarkan oleh Sunan Drajat dengan cara menggunakan gamelan sebagai medianya. Gamelan Sunan Drajat terkenal dengan sebutan gamelan " Singo Mengkok". Latar belakang Sunan Drajat menggunakan media seni karena pada saat itu masyarakat banyak yang masih memeluk agama Hindu, Budha dan pengaruh dari kerajaan Majapahit. Nama tari Mayang Madu diambil dari sejarahnya Raden Qosim yang memimpin dan memberi teladan yang baik untuk kehidupan di Desa Drajat Paciran. Lalu Sultan Demak (Raden Patah) memberi gelar kepada Raden Qosim yaitu " Sunan Mayang Madu " pada tahun 1484 Masehi.&n...
Tari ini menceritakan sekelompok anak yang sedang menimba ilmu agama Islam, atau biasa disebut mengaji. Mereka berbondong bondong untuk mempelajari agama Islam, yang merupakanb tradisi masyarakat Lamongan untuk menimba ilmu agama sejak dini.
Tari piring, atau yang sering disebut Tari Piriang oleh masyarakat Sumatera Barat merupakan tari yang dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai bentuk rasa syukur karena bagusnya hasil panen. Tarian ini ditarikan oleh pemuda maupun pemudi yang menari-nari dengan piring di tangan mereka. Ada tiga gerakan inti pada tari piring, yaitu tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang (bergelombang), dan aka malilik (akal melilit). Namun karena masuknya agama Islam, tari piring kini hanya dipentaskan jika ada acara hajatan atau acara besar, seperti pernikahan. Tarian ini biasanya ditarikan dengan personil ganjil (tiga, lima, tujuh, dst).Salah satu yang khas dari tari piring adalah adanya atraksi lempar piring, yang kemudian akan dilanjutkan dengan para penari yang bergantian menginjak pecahan-pecahan piring tersebut. Sesuatu yang terdengar ekstrim dan mendebarkan. Namun, tidak akan ada darah berceceran akibat kaki penari yang terluka
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai . Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam , keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya Tari Pasambahan , Tari Piring , Tari Payung, dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran ( acting ) yang dikenal dengan nama Randai . Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Laggai . Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok , provinsi Sumatera Barat . Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan . Tari Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau. Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah-langkah Silat Minangkabau atau Silek. Sejarah Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis . Setelah m...
Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW . Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011. Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pem...
Ketika kita dengar kata “ Tor Tor Batak ” maka kita akan membayangkan sekelompok orang (Batak Toba) yang menari (manortor) diiringi seperangkat alat musik tradisional (gondang sabangunan), dengan gerakan tari yang riang gembira, melenggak-lenggok yang monoton, yang diadakan pada sebuah pesta suka maupun duka di wilayah Tapanuli. Tari Tor Tor ini juga sangat terkenal sampai ke penjuru dunia, ini terbukti dari banyaknya turis manca negara maupun lokal yang ingin belajar tarian ini, hal ini dikarenakan masyarakat Batak yang pergi merantau pun dengan bangga selalu menampilkan Tari Tor Tor Sumatera Utara ini dalam acara perhelatannya. Tari Tor Tor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari suku Batak di Pulau Sumatera . Sejak sekitar abad ke-13, Tari Tor Tor sudah menjadi budaya suku Batak . Perkiraan tersebut dikemukakan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tor Tor. Dulunya, tradisi Tor Tor hanya ada dalam ke...
Tari Seudati adalah salah satu kesenian tari tradisional yang berasal dari Aceh. Tarian ini diyakini sebagai bentuk baru dari Tari Ratoh atau Ratoih , yang merupakan tarian yang berkembang di daerah pesisir Aceh. Tari Ratoh atau Ratoih biasanya dipentaskan untuk mengawali permainan sabung ayam, serta dalam berbagai ritus sosial lainnya, seperti menyambut panen dan sewaktu bulan purnama. Setelah Islam datang, terjadi proses akulturasi, dan menghasilkan Tari Seudati, seperti yang kita kenal hari ini. Tarian ini pada mulanya berkembang di Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang diasuh oleh seorang bernama Syeh Tam . Selanjutnya, tarian ini berkembang juga di Desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, dibawah asuhan Syeh Ali Didoh . Dalam perjalanannya, tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Timur, dan hari ini bahkan bisa ditemui di seluruh daerah Aceh. Kata “ seudati ” berasal dari Bahasa A...
Tari Jaipong atau dikenal sebagai Jaipongan adalah tarian yang diciptakan pada tahun 1961 oleh Gugum Gumbira. Pada masa itu, ketika Presiden Soekarno melarang musik rock and roll dan musik barat lainnya diperdengarkan di Indonesia, seniman lokal tertantang untuk mengimbangi aturan pelarangan tersebut dengan menghidupkan kembali seni tradisi. Tari Jaipong merupakan perpaduan gerakan ketuk tilu, tari topeng banjet, dan pencak silat (bela diri). Ketuk tilu sangat populer di desa, tetapi pada saat itu dianggap buruk di kalangan perkotaan, karena gerakannya yang sensual, bahkan erotis. Tak jarang penari ketuk tilu merangkap juga sebagai pelacur. Dalam karyanya, Gugum Gumbira pada saat itu berusaha melestarikan bentuk dasar ketuk tilu, tetapi dengan tempo musik yang dipercepat. Sehingga membuat penari menjadi lebih aktif. Ia juga mempertahankan bentuk tradisioanl ketuk tilu, di mana penari merangkap sebagai penyanyi, tetepi dipadukan dengan...