Tarian ini berasal dari masyarakat Todanga, Kecamatan Kapontori. Dilakonkan 12 penari yang terinspirasi dari penanggalan Islam yang terdiri 12 bulan.Tarian ini dimainkan masyarakat Todanga sejak awal masuknya Islam di Kerajaan Buton. Penari juga dilengkapi dengan panah yang terbuat dari bambu yang dilengkapi dengan aksesoris bulu ayam. Intisari dari tarian ini tentang ajaran kekuatan antara “si Pincang” dan “si Mati”. Dalam adu kekuatan itu “si Pincang” dapat mengalahkan “si Mati” mengandung makna kebenaran selalu menang meski yang memperjuangkannya secara fisik tidaklah sempurna. Sumber: https://zonasultra.com/festival-budaya-tua-peradaban-buton-pesonakan-indonesia.html
Tarian ini diinspirasi dari permainan yang dilakonkan kaum muda mudi masyarakat Lambusango, Kecamatan Kapontori. Permainan ini menggunakan batok atau tempurung kelapa yang isinya terdiri dari Po Boku yang mengetuk-ketukan dua buah batok kelapa yang menimbulkan bunyi dan irama alam membuat perasaan dan pikiran menjadi senang dan bahagia. Tari Kaleko mengungkapkan nilai kemenangan dan kebahagiaan yang merupakan impian bagi semua orang. Dan semua itu dicapai dengan pikiran dan tindakan yang mengedepankan kebenaran. Dalam Festival Budaya Tua Buton 2017 ini kalaborasi Tari Waindorigi, Tari Popana dan Tari Kaleko ditampilkan secara kolosal oleh 10.000 penari. Sumber: https://zonasultra.com/festival-budaya-tua-peradaban-buton-pesonakan-indonesia.html
Batanda merupakan suatu tarian tradisional yang dimainkan oleh remaja putri. Kata batanda berasal dari Bahasa Wasuamba (rumpun Pancana) yang berarti memulai. Ketika batanda dimainkan, artinya sebuah tanda untuk dimulainya tarian ngibi yang diperankan laki-laki. Dalam tarian ini, pemain ngibi dalam hal ini laki-laki tidak diperkenankan untuk menyentuh wanita yang memainkan batanda, sebagai simbol penghormatan atas wanita yang banyak berperan dalam kehidupan. Gerakan tarian ngibi menyerupai gerakan ayam jantan yang hendak memikat betina. Tangan kiri memegang ujung kain sarung sedangkan tangan kanan diangkat keatas, sambil berputar 180 derajat kemudian berbalik lagi. Dewasa ini tarian ngibi banyak diminati oleh remaja. Sumber: http://greatbuton.blogspot.co.id/
Tari tradisional provinsi Gorontalo adalah tari Polo-polo. Tari ini merupakan tari pergaulan bagi muda-mudi. Gerakkan tari ini dinamis dan beraturan. Biasanya, penarinya adalah wanita dan dilakukan oleh lebih dari dua orang. Sumber: http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/09/kebudayaan-provinsi-gorontalo.html
Tari ini, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu. Sumber: http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/09/kebudayaan-provinsi-gorontalo.html
Tari Ma'Bundu adalah Tarian perang tradisional kreasi baru yang dipadukan dengan beberapa tarian Tradisional Kecamatan Kalumpang dan kecamatan Bonehau Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Tari Ma’bundu diangkat dari kisah cerita perang masa lampau yang saling mengadu ketangkasan kekebalan terhadap senjata-senjata tajam dan yang keluar menjadi pemenang membawa ulu tau ( Pernggalan kepala lawan ). Jumlah personil dalam tarian Ma’bundu adalah sebanyak 10 orang dengan mengenakan busana pakaian kebesaran yaitu BEI yang dihiasi dengan ukir-ukiran yang terbuat dari kerang kecil. Pada bagian kepala mengenakan topi dengan tanduk dan palo-palo. Sementara dibagian tangan mengenakan gelang ( potto balussu). Para penari Ma'bundu juga membawa peralatan perang yaitu tombak sebagai aksesoris tarian. Source: http://www.tradisikita.my.id/2016/05/5-tari-tradisional-sulawesi-barat.html
Tari Jepeng merupakan jenis tarian yang bernafaskan Islam. Pada mulanya tari Jepeng hanya ditarikan oleh kaum dewasa secara berpasangan, pada acara pesta perkawinan, khitanan, syukuran dan sebagainya, namun seiring perkembangan jaman, tari ini mulai dikreasikan, sehingga dapat dilakukan oleh kaum wanita dan pria secara berpasangan. Tarian ini diiringi kesenian marawasi, bersama-sama dengan alat kesenian lainnya seperti gambus, dan biola. Source: http://www.tradisikita.my.id/2016/09/10-tari-tradisional-sulawesi-tengah.html
Tari Pepoinaya merupakan tari pengucapan syukur atas segala berkah dan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan ini. Tari ini adalah pengembangan dari upacara adat Wurake dari Kabupaten Poso. Source: http://www.tradisikita.my.id/2016/09/10-tari-tradisional-sulawesi-tengah.html
Anitu berarti halus, tari ini dikenal di daerah Kulawi dan Palu Kabupaten Donggala. Tari Anitu ditarikan oleh 6 orang wanita. Formasi pokok dalam tarian tersebut adalah membentuk dua deretan ke belakang, yaitu tiga di kiri dan tiga di kanan serta membentuk satu dertan berjajar dngan setiap penari meletakkan tangan dibahu penari yang ada di sebelahnya. Gerak-gerak tangan yang digunakan adalah membuka dan menutup telapak tangan, gerak-gerak tangan seperti menumbuk, dan mengayunkan kedua tangan sambil memgang ujng selendang. Source: http://www.tradisikita.my.id/2016/09/10-tari-tradisional-sulawesi-tengah.html