Keris ini pangjangnya 13 jari dan bentuknya lurus. Biasanya keris ini digunakan oleh pimpinan adat dan panglima perang. Senjata lainnya adalah rambai ajam dan pisau dodong.
Senjata Tradisional bengkulu
Keris yang terdapat di Museum Negeri Bengkulu terbuat dari besi, tekniknya ditempa, berwarna kuning atau coklat. Terdapat ornamen naga di badan keris tersebut. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-bengkulu/
Rambai Ajam terbuat dari besi dan kayu. Senjata sejenis Badik atau Sewar, digunakan sebagai alat perang atau pertahanan diri. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-bengkulu/
Sewar terbuat dari besi, kayu, kulit Penyu dan gading, mempunyai sisi tajam sebelah dengan bentuk meruncing ke arah ujung, dan agak membungkuk ke arah mata. Sedangkan hulunya membungkuk sesuai dengan bungkuk bilah. Fungsinya untuk menyerang lawan dan untuk bertahan dari serangan lawan. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-bengkulu/
Tameng Bengkulu terbuat dari rotan, bentuk bundar, dengan teknik jalin. Digunakan sebagai alat untuk menangkis serangan senjata tajam bagi laki-laki dewasa. Tameng ini ditemukan di kelurahan Nusa Indah kota Bengkulu beberapa puluh tahun yang lalu. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-bengkulu/
Pedang Bengkulu terbuat dari besi tulang, kuningan, dan perak. Teknik pembuatannya secara ditempah dengan dekorasi ukir, dan ornamen stilasi daun. Pedang digunakan sebagai senjata bela diri, ditemukan di Bengkulu Utara. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-bengkulu/
Dodong terbuat dari besi, kayu, perak dan kuningan. Senjata ini dipakai oleh penganten pria sebagai perlengkapan pakaian pernikahan adat. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/01/senjata-tradisional-bengkulu/
Penyulung adalah nama sebuah lat yang digunakan untuk upacara menugal (menanam padi di ladang) dan upacaa nughuni. Alat ini dibuat dari potongan bambu yang panjangnya kira-kira 1,2 meter dan besarnya sekitar 12 cm. 20 cm pada bagian atas dibelah-belah menjadi 1 sampai 2cm lalu bagian yang dibelah ini dikembangkan dengan kiatan rotan. Penyulung ini dipancangan di pertengahan ladang yang tidak jauh dari anjung. Disanalah nantinya akan dilaksanakan upacara tersebut. sumberL twitter/budayasayo