Kancip adalah alat pemotong sejenis gunting yang digunakan untuk memotong buah pinang pelengkap sirih pinang.
Talawang adalah perisai pelindung diri khas masyarakat Dayak. Dalam bahasa Dayak Ngaju alat ini disebut talawang, sedangkan dalam bahasa Dayak Ma’anyan disebut kajubet. Talawang dibuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih 0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin ganda. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, perisai juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian. Biasanya talawang dihiasi dengan ukir-ukiran khas Dayak, sehingga banyak pula dekorasi produk desain interior rumah dan bagian-bagian arsitektural dari kriya seni ukir Dayak Kalimantan Tengah yang menggambarkan Talawang ini. Sumber: Umberan, Musni, Dkk. 1994. S...
Koleksi Museum Mulawarman lainnya adalah Keris, yang menjadi benda pusaka Kerajaan Kutai. Keris pula sering digunakan sebagai perlengkapan Upacara Penobatan Sultan Kutai Kartanegara.sebagaian besar keris – keris yang ada di Museum Mulawarman merupakan peninggalan Sultan Kutai kaartanegara XIX. Koleksi keris ini dapat kita jumpai di lantai dua (2) Museum Mulawarman Kutai kartanegara. Sedangkan" Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik". Pengertian, Sejarah, Keguna...
Keris ini asalnya adalah cucuk konde dari Aji Putri Karang Melenu. Menurut dongengnya, Aji Putri Karang Melenu tersebut diketemukan dalam sebuah gong bersama-sama dengan Keris Burit Kang itu dan haur kuning bertiang enam belas. Dan Balai ini terletak diatas tanduk seekor binatang yang muncul diperairan Kutai Lama, binatang yang disebut Lembu Suana. Lembu Suana ini mempunyai belalai seperti gajah, bertaji seperi ayam, bersayap seperti burung, bertanduk seperti lembu dan bersisik seperti naga.
Meriam ini dipakai A.Keji Pati Jaya Prana gelar Pangeran Sinum Panji Mendapa menyerang Muara Kaman, yang dianggap mempunyai kekuatan daya sakti.
Siwah adalah senjata tradisional Aceh selain Rencong. Siwah memiliki kemiripan dengan rencong. Sama seperti rencong, siwah termasuk ke dalam senjata tradisional jenis dagger atau belati. Namun siwah memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih panjang dibandingkan dengan rencong. Senjata ini tergolong mahal sehingga jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Siwah dapat ditemui pada kerajaan, yang mana senjata ini merupakan bagian dari perlengkapan raja ata ulebalang.
Zaman dahulu, Bendo merupakan senjata yang wajib dimiliki setiap keluarga. Setiap kepala keuarga selalu membawa Bendo setiap hari. Dibandingkan Bendo, masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Golok. Pisau yang berukuran besar ini memiliki dua macam jenis yaitu : Golok Kerja atau yang bias dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti memasak. Golok Sorenan atau golok yang biasa dipakai untuk menyembelih hewan ternak. Bendo atau golok merupakan ikon yang identik dengan para laki-laki pada masyarakat Betawi. Benda ini selalu diletak depan perut ataupun samping pinggang. Dengan meletakannya seperti itu, membuat masyarakat Betaw terlihat gagah dan disegani bagi siapapun yang melihat. Bendo betawi juga memiliki ciri khas tersendiri, yaitu di gagang maupun selimutnya yang terbuat dari kayu terdapat ukiran huruf arab. Ini membuat masyarakat mempunyai kepercayaan sendiri, bahwa golok atau benda itu memiliki kekuatan atau karisma tersendiri pada setiap ukiran tersebut.
Sumpit atau sumpitan (bahasa Kalimantan Tengah: sipet) adalah senjata yang digunakan untuk berburu maupun dalam pertempuran terbuka atau sebagai senjata rahasia untuk pembunuhan diam diam. Penggunaan sumpit yaitu dengan cara ditiup. Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 200 meter.[1]