Batti'-batti' menampilkan muda-mudi dengan berbalas pantun diiringi rebana dan gambus. Biasanya kesenian ini berlangsung semalam suntuk, dan digelar pada pesta rakyat atau acara perkawinan yang dimainkan semalam suntuk antara pukul 22.00 sampai subuh.
Seni Korcak berada di Sangkapura Pulau Bawean, group atau perkumpulan korcak hanya tinggal 2. Yakni group yang ada di Dusun Koddhuk-Koddhuk dan Sokela Desa Patar Selamat yang menghimpun diri dalam satu group, dan group lainnya berada di Dusun Menara Desa Gunungteguh. Walaupun jumlah group perkumpulan Korcak tinggal 2, intensitas penampilan kesenian ini masih cukup tinggi. Biasanya mereka banyak mendapat undangan tampil dalam hajatan pernikahan atau sunatan. Dalam penampilannya Korcak dapat di bedakan kedalam dua bentuk pertunjukan. Bentuk pertama korcak dimainkan sebagai musik arak-arakan yang di Bawean umumnya dalam arak-arakan penganten Bawean. Dalam format bentuk ini para penabuh kendang dan peruddat dengan rebananya dimainkan dalam formasi barisan arak-arakan yang memainkan musik korcak sambil berjalan. Bentuk format kedua, Korcak dimainkan diatas sebuah pentas atau pasamoan. Dalam format bentuk ini pemain kendang duduk berhadapan. Sedangkan para peruddat mengawali permainan...
Pencak Panganten dimainkan oleh dua orang yang telah bergelar pandikar (pendekar) pencak yang berlawanan dengan bersenjatakan sebilah pedang. Gerakan-gerakannya cenderung gemulai dan diperlambat walaupun kesemua gerakan merupakan gerakan menyerang lawan dan menghindari serangan dan membalas serangan lawan. Dalam pencak panganten ini saling serang tangkis dan balik menyerang bida berlangsung dalam 3 sampai dengan 10 lapis dalam sekali temmo tabhung. Pendekar yang dinilai tidak bisa menghindari teknik serangan dan kuncian lawannya, dinilai sebagai pihak yang kalah. Kasus seperti yang terkahir ini sangat jarang terjadi. Biasanya dan umumnya Pencak Panganten berakhir dengan keadaan draw berimbang sama jago dan hebatnya. Pencak Panganten konon hanya dimainkan dihadapan sepasang penganten yang sedang bersanding di pelaminan. Namun saat ini, pertunjukan pencak panganten dihadapan penganten yang sedang bersanding di pelaminan sudah jarang dan nyaris tidak pernah lagi dipertunjukkan. Seb...
Kercengan merupakan hadrah dalam bentuk tradisional Bawean. Alat musik yang dipergunakan terdiri dari sejumlah rebana/terbang khusus yang memiliki bidang badan yang lebar terbuat dari kayu. Membran sebagai penghasil suara memiliki ukuran kekencangan yang berbeda dengan terbang yang dipergunakan hadrah ISHARI. Lagu-lagu yang dipergunakan pada awalnya diambil dari Kitab Barzanji. Namun pada perkembangan selanjutnya juga ditemukan syair-syair berbahasa Bawean maupun Indonesia yang temanya masih tetap seputar pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad serta ajaran syariat Agama Islam. Kercengan Bawean juga dilengkapi dengan sejumlah 15 – 30 penari yang disebut dengan ruddet. Para penari ini duduk bersaf dalam 1, 2 atau 3 baris syaf. Gerakan-gerakannya banyak diinspirasi dari gerakan sholat dan huruf hijaiyah lafat-lafat suci Agama Islam. Konon Kercengan baik yang menabuh maupun yang menari hanya dilakukan oleh pria saja. Namun saat ini banyak ditemui wanita sebag...
Jibul merupakan kesenian tradisional Bawean yang merupakan seni bercerita yang dilagukan. Jibul dimainkan oleh seorang pemain yang sekaligus memainkan rebana besar sebagai musik latar pertunjukannya. Kisah-kisah yang diceritakan banyak diambil dari kisah kenabian atau yang bertemakan syariat ajaran Agama Islam. Kesenian Jibul konon hanya dipertunjukkan pada hajatan mantenan atau sunatan di malam hari. Pertunjukannya biasanya di mulai dari setelah sholat Isya’ hingga masuk waktu Sholat Subuh. Kesenian Jibul di tengah masyarakat Bawean saat ini telah tidak ditemukan lagi. Seniman jibul dapat dikatakan telah tiada. BEKU Bhei-Bhei dengan kepeduliannya mencoba menggali dan merekontruksi kesenian jibul dengan sumber data dari anggota masyarakat Bawean yang konon masih menyaksikan kesenian ini saat dipentaskan dan dimainkan.
Mandiling merupakan salah satu kesenian tradisional Bawean yang hingga kini masih hidup dan dapat kita saksikan di Pulau Bawean. Kesenian Mandiling pada dasarnya merupakan seni berbalas pantun yang dinyanyikan dengan iringan jidor, gong, akordion, guitar, bas dan biola. Namun saat ini Mandiling yang hanya kita temui di Desa Daun hanya diiringi dengan jidor dan gong saja walau konon group Mandiling dari desa ini juga menggunakan alat-alat melodis diatas sebagai musik pengiringnya. Mandiling dimainkan oleh 1 hingga 4 pasang orang yang secara bergantian menyanyikan pantun sambil menari. Pantun yang dinyanyikan menggunakan Bahasa Bawean sebagai bahasa pengantar yang bersifat berkait (berbalas) antar pantun yang dinyanyikan bergantian. Tema pantun beragam dari persoalan ahlak moral hingga percintaan yang fulgar menggelitik. Dalam Mandiling tradisional yang berpasangan, pemeran wanita dimainkan oleh orang laki-laki yang berdandan, berpakaian wanita. Tingkah tarian dan pantun si wa...
Tayub merupakan salah satu kesenian tradisional Tuban dan merupakan peninggalan dari budaya leluhur yang telah memasyarakat secara turun menurun. Penari Tayub biasanya terdiri dari 2 orang sampai dengan belasan penari. Para penonton dapat ikut serta menari bersama dengan penari Tayub. Acara akan semakin ramai dan hangat ketika penari Tayub yang disebut sindir menyanyikan gending-gending (lagu) yang sedang in dan digemari oleh penonton, sehingga akan banyak penonton yang turut serta menari dengan gerakan tari yang mereka bisa lakukan. Sindir biasanya selalu memenuhi keinginan penonton dengan melantunkan lagu yang diminta. Tarian ini biasanya diselenggarakan untuk memeriahkan acara perrnikahan, khitanan, atau acara keluarga lainnya. Acara berlangung selama sehari atau bahkan sampai dua hari, tergantung pesanan dari penyewa tarian tersebut.
Kesenian Sandur adalah tradisi untuk mengungkapkan rasa kegembiraan setelah musim panen. Kesenian ini diawali dengan tari-tarian yang dibawakan oleh empat peraga laki-laki yang disebut Cawik, Pethak, Balong dan Tansil. Puncak acara ini dilakukan pada tengah malam dengan atraksi kalongking yaitu seorang pemain berjalan di atas tambang dengan ketinggian sekitar 15 meter dari permukaan tanah, kedua ujung tambang diikat pada batang bambu yang di tancap di tengah-tengah lapangan. Ketika berada di tengah tambang pelaku kalongking langsung melakukan tapa kalong dengan posisi kepala di bawah dengan kaki mengait tambang.
Didong merupakan salah satu kesenian masyarakat Gayo yang pertunjukannya memadukan lantunan dan karangan syair yang spontan dan diiringi dengan tepukan tangan dan Kampas. Kesenian ini jika merujuk kepada awal mulanya termasuk dalam 5 kesenian tertua di Dunia. Didong merupakan nyawa bagi masyarakat gayo. Didong sering di pentaskan pada acara - acara tertentu seperti penyambutan orang-orang besar, festival dan pengisi acara di resepsi pernikahan maupun khitanan. sayangnya didong belum terlalu dikenal di luar takengon sebagai tempat asalnya, didong hanya berkembang dimana ia di lahirkan, mungkin faktor minimnya relasi dalam pelestarian budaya menjadi kesulitan tersendiri dalam pengenalannya. harapan kami semoga satu saat pihak terkait bisa membantu mengekspose didong agar lebih dikenal masyarakat indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya sebagai sebuah warisan dunia