230 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
3 - Pemakaman Desa Trunyan
Ritual Ritual
Bali

Pada umumnya orang meninggal di Bali, terutama bagi umat Hindu selain dikubur bisa dibakar atau dikremasi langsung, namun demikian suatu tradisi unik terjadi di Desa Trunyan Kintamani. Pada saat orang meninggal, maka tubuh atau jasad orang tersebut hanya diletakkan di bawah pohon Menyan, jasad tersebut diletakkan di atas tanah tanpa dikubur, hanya dipagari oleh bambu (ancak saji) agar tidak dicari oleh binatang atau hewan liar, anehnya tidak sedikitpun dari jasad tersebut berbau busuk, sampai akhirnya tinggal tersisa tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nantinya diletakkan pada sebuah tempat di kawasan tersebut.   Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Tradisi Mekare-Kare
Ritual Ritual
Bali

Mekare-kare ini dikenal juga dengan perang pandan, tradisi unik di Bali hanya dilakukan di desa Tenganan, Karangasem. Perang dilakukan berhadap-hadapan satu lawan satu dengan masing-masing memegang segepok pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan juga merupakan salah satu desa Bali Aga, yang mengklaim sebagai penduduk Bali Asli. Mekare-kare atau perang Pandan digelar saat Ngusaba kapat (Sasih Sambah) atau sekitar bulan Juni. Tradisi unik tersebut digelar di halaman Bale Agung dilangsungkan selama 2 hari dan dimulai jam 2 sore, ritual atau prosesi tersebut bertujuan untuk menghormati Dewa Perang atau Dewa Indra yang merupakan dewa Tertinggi bagi umat Hindu di Tenganan.   Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Gebug Ende Seraya
Ritual Ritual
Bali

Atraksi ini dikenal juga dengan perang rotan, yang mana dua orang laki-laki berhadap-hadapan dan saling serang dengan sebatang rotan sepanjang 1.5-2 meter kemudian tangan satunya memegang tameng untuk menangkis serangan lawan, diantara keduanya dibatasi dengan batang rotan (garis tengah) agar tidak masuk ke wilayah lawan. Perang rotan ini tidak hanya perlu ketangkasan saja tetapi juga keberanian, karena setiap peserta bisa saja kena pukulan rotan lawan. Tradisi unik di Bali Timur ini bisa ditemukan di desa Serasa, tujuan utama dari prosesi Gebug Ende ini adalah ritual memohon hujan, dan ini dilakukan pada musim kemarau yaitu di bulan Oktober – Nopember setiap tahunnya. Kondisi geografis dari desa Seraya yang berada di wilayah perbukitan memang rentan dengan masalah air, itulah sebabnya ritual memohon hujan ini dilangsungkan di desa ini.     Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Pawai Ogoh-Ogoh
Ritual Ritual
Bali

Tradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali ini digelar tepat sehari sebelum hari Raya Nyepi, sekitar jam 6-6.30 sore ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa ataupun kota, hampir sebagaian besar warga Hindu di Bali ini menggelar pawai ogoh-ogoh, ini mereka lakukan karena berhubungan dengan ritual keagamaan. Ogoh-ogoh adalah sebuah boneka raksasa yang merupakan simbol dari Bhuta Kala, dibuat dengan wujud menyeramkan atau simbol sebuah kejahatan, yang paling dominan berwujud raksasa menyeramkan, binatang atau bahkan wujud seorang penjahat. Prosesi pawai ogoh-ogoh tersebut masih dalam rangkaian pelaksanaan Hari Raya Nyepi, setelah sebelumnya diadakan Tawur Kesanga memberikan upah kepada Bhuta Kala, kemudian petang harinya diusir dan diarak keliling dalam bentuk pawai, agar tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, terutama esok harinya saat melaksanakan hari raya Nyepi.     Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Hari Raya Nyepi
Ritual Ritual
Bali

Siapa pula yang tidak kenal dengan perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, hari raya ini digelar sekali dalam setahun sebagai penyambutan tahun baru Isaka yang jatuhnya pada bulan mati (Tilem) sasih Kesanga. Sebuah penyambutan tahun baru yang berbeda, yaitu dengan kesunyian, ketenangan, lengang dan sepi, itulah sebabnya semua warga pada saat hari raya Nyepi tersebut tidak boleh bepergian, menghidupkan api, membuat kegaduhan ataupun bersenang-senang. Termasuk fasilitas umum juga tutup kecuali rumah sakit. Tujuan dari perayaan ini untuk bisa introspeksi diri atau mulat sarira dan merenung dalam suasana hening bisa berkonsentrasi lebih maksimal, seharian tinggal di rumah dan bersembahyang melakukan brata dan meditasi, agar nantinya bisa memulai kehidupan yang lebih baik pada bulan berikutnya pada sasih Kedasa, semua kedas, bersih dan suci untuk memulai lagi kehidupan baru.     Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Sapi Gerumbungan
Ritual Ritual
Bali

Tradisi unik di kawasan Bali Utara ini memperlombakan sepasang sapi yang pada lehernya dipasangi sebuah genta besar yang dinamakan “Gerumbungan” kemudian sapi dihiasi berbagai aksesoris agar terlihat gagah dan indah, pada kedua leher kedua sapi itu saling dikaitkan dengan sebatang kayu melintang bernama “uga” kemudian di tengahnya sebuah kayu melintang sepanjang 3 meter untuk seorang sais atau joki mengendalikan sapi tersebut. Yang dipilih adalah sapi jantan saja itupun yang berbadan kekar. Kriteria pemilihan pemenang dan penilaian bukan berdasarkan ada kecepatan, penilaian berdasarkan keserasian gerak seperti gerak kaki yang seragam, ekor sapi yang melengkung ke atas dan kepala sapi yang mendongak ke atas. Sebagai budaya warisan leluhur agar tetap lestari, maka sapi Gerumbungan digelar setiap HUT kab. Buleleng di Bulan Agustus.   Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Tradisi Ngerebong
Ritual Ritual
Bali

Kata Ngerebong berasal dari kata “ngereh” dan “baung” sehingga menjadi ngerebong, penggabungan dua kata tersebut berarti juga akasa pertiwi atau atas bawah, ada juga yang mengartikan Ngerebong tersebut berkumpul, diyakini saat tersebutlah Dewa sedang berkumpul dan melakukan ritual yang tepat. Pada saat prosesi Ngerebong warga desa Kesiman, Denpasar berkumpul di Pura Pengrebongan, Desa Kesiman Denpasar, mengarak Barong dan Rangda sebagai simbol atau petapakan Ida Bhatara mengelilingi wantilan sebanyak tiga kali diiringi juga oleh gamelan baleganjur. Saat berkeliling tersebut banyak warga yang kerauhan atau trans, warga tersebutada yang mengeram, berteriak, menari dan ada juga menangis, mereka juga melakukan adegan berbahaya meminta keris untuk ditancapkan di tubuh, leher ataupun kepala, tetapi anehnya tidak satupun yang terluka, mereka yang kerauhan tersebut semuanya kebal tidak terlukai. Tradisi unik di Bali ini digelar 6 bulan sekali yaitu pada hari Minggu,...

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Tradisi Ngusaba Bukakak
Ritual Ritual
Bali

Sebuah tradisi unik di Bali yang hanya digelar di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kab. Buleleng yaitu bertepatan pada hari Purnama sasih Kedasa, sekitar 2 minggu setelah hari Raya Nyepi di bulan April. Karena pertimbangan biaya tradisi ngusaba Bukakak digelar dua tahun sekali. Prosesi ini digelar untuk mengucapkan rasa terima kasih umat kepada dewi Kesuburan atas segala hasil pertanian yang melimpah dan kesuburan tanah. Desa Sangsit memang memiliki wilayah pertanian yang cukup luas dan juga tanahnya yang gembur dan subur. Bukakak berasal dari kata “Bu” atau Lembu yang melambangkan dewa Siwa dan “Kakak” atau gagak perlambang dewa Wisnu. Bukakak juga berkaitan dengan babi guling yang hanya dimatangkan bagian dadanya saja. Ngusaba ini diawali dengan upacara Melasti, kemudian membuat 3 buah dangsil pada acara puncak mengusung bukakak mengelilingi areal persawahan.   Sumber: http://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/

avatar
Sobat Budaya
Gambar Entri
3 - Perang Ketupat
Ritual Ritual
Bali

Di Bali tradisi Perang Ketupat hanya bisa anda temukan di desa Kapal, Kec. Mengwi, Kab. Badung. Tradisi unik di Bali ini digelar dalam rangkaian upacara Aci Rah Pengangon setiap satu tahun sekali yaitu pada hari Purnama (bulan penuh) sasih Kapat atau sekitar bulan September – Oktober. Namanya juga perang ketupat, warga menggunakan ketupat untuk berperang, mereka terbagi menjadi dua kelompok kemudian saling lempar dan saling serang antar kelompok. Perang Ketupat ini hanya melibatkan kaum laki-laki saja mereka menggunakan pakaian adat Bali, tapi tanpa baju, begitu ada aba-aba untuk mulai perang, mereka juga mulai saling serang dan lempar di areal pura, kemudian merembet ke luar pura sampai di jalan raya agar lebih leluasa, tidak ada aturan tertentu, mereka bebas menyerang kubu lawan. Namun akhirnya damai tanpa permusuhan. Demikian macam-macam warisan budaya leluhur berupa tradisi unik yang masih terjaga dan berkembang lestari di Bali saat ini, selain itu masih ada sejum...

avatar
Sobat Budaya