Kerajinan yang memiliki nilai seni hasil karya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah adalah kerajinan getah nyatu. Dari bahan getah nyatu tersebut dibuat berbagai macam benda seni berupa miniatur perahu tradisonal (banama) suku Dayak di Kalimantan Tengah. Jenis perahui ini adalah bernama banama tingang.banama nyahu, dan sebagainya. Karena perahu-perahu tradisonal dipakai oleh para dewa (leluhur) yang hidup di alam Atas (Lewu Sangiang) maka mereka hanya digunakan pada upacara sakral. Kerajian dari Getah Nyatu lainnya adalah pantar ihilng sanggaran dahiang.Pantar ihing sanggaran dahiang adalah tonggak dari kayu besi yang didirikan di depan rumah sebagai tempat para leluhur (sahur Parah) si empunya rumah singgah atau tinggal.
Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah mempunyai banyak kreativitas dalam olah seni, khususnya seni pahat atau seni ukir. Olah seni tersebut, diantaranya untuk mengilustrasikan kehidupan sosial budaya masyarakat. figur atau ketokohan perilaku seseorang, dan lain-lain. Ilustrasi kehidupan sosial budaya masyarakat itu berwujud ukiran, berupa miniatur betang yang dilengkapai berbagai patung yang mencerminkan etnik yang Bhinneka Tunggal Ika (luhing Munduk). Selain itu, ukiran yang mengilustrasikan tentang tarian sakral (kanjan). Kemudian, ukiran yang mengilustrasukan tentang tokoh agama atau tokoh masyarakat yang sedang melaksankan ritual (manawur).
Kondisi geografis Kalimantan Tengah yang memiliki banyak sungai menyebabkan pekerjaan menangkap ikan merupakan pekerjaan yang turun-temurun bagi bangsa Dayak.
Perlengkapan pertanian suku bangsa Dayak: Beliung, Pisau Lantik, Keba, Rambat Behong, Lontong Basilip, Putar, Lisung, Jahunan (pemeras tebu), dan Tugal (pembuat lubang di tanah).
Ritual Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung. Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya Dayak Pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak.Nah, yang menariknya lagi ritual tersebut memakan waktu beberapa hari sehingga membutuhkan dana yang cukup besar.
Perlengkapan pertanian suku bangsa Dayak: Beliung, Pisau Lantik, Keba, Rambat Behong, Lontong Basilip, Putar, Lisung, Jahunan (pemeras tebu), dan Tugal (pembuat lubang di tanah). quicchote_IMG_0931.JPG quicchote_Keba_dan_Rambat_Behong.jpg
Kondisi geografis Kalimantan Tengah yang memiliki banyak sungai menyebabkan pekerjaan menangkap ikan merupakan pekerjaan yang turun-temurun bagi bangsa Dayak.
Tiwah adalah upacara kematian tingkat akhir bagi penganut kaharingan. Tiwah merupakan prosesi kematian paling akhir setelah penguburan yang dianjutkan dengan Balian Tantulak Ambun Rutas Matei (ritual membuang sial setelah kematian). Ritual ini dilaksanakan oleh suku daya di Daerah Aliran Sungai Kahayan dan Kapuas. Pada ritual ini zat atau roh orang yang meninggal akan dipindahkan atau dikembalikan kepada orangtuanya. Zat atau roh dari ayah dikembalikan ke ayah, sedangkam roh dari ibu dikembalikan kepada ibunya. Sementara roh dari Tuhan kembaki ke Tuhan, yang disebut roh Panyalumpuk atau Hambaruan. Ritual kematian lain yang dilakukan yaitu Ijambe atau Wara oleh suku Dayak di DAS Barito dan Nyorot oleh suku Dayak di DAS Katingan dan Mentaya. Setelah ritual itu dilakukan orang yang mati akan hidup sempurna di surga (Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang Rundung Raja Isen Dia Kamalesu Uhat). Kelengkpan ritual Tiwah adalah sangkai raya balai nyahu, duhung, mandau, pakaia...
Ritual Manajah Antang dan Pendeng Sahur Tiwah Rangkaian ritual pada ritus kematian setelah Balian Tantuak Ambun Rutas Matei adalah Tiwah, Namun sebelum ritual tersebut berlangsung ada upacara pendahulan , yaitu Manajah Antang dan Pendeng Sagur Tiwah. Manajah Antang adalah memohon petunjuk kepada leluhur yang disebut Antang. Antang adalah leluhur yang dapat memberikan petunjuk keselamatan dan apa yang seharunya dilakukan oleh manusia Dikatakan Antang karena leluhur tersebut datang menampakkan diri seperti burung antang (elang). Tujuan Manajah Antang yaitu mencari petunjuk tentang tempat ritual tiwah,pimpinan Tiwah, dan leluhur yang mampu memberikan ketenteraman dan kedamaian saat Tiwah berlangsung. Setelah mendapatkan pentunjuk tentang para leluhur yang mampu mengayomi masyarakat, khususnya anggota Tiwah, maka para leluhur itu dikukuhkan. Pengukuhan para leluhur disebut Mampedang Sahur Tiwah, Syarat-syarat ritual tersebut terdiri dari hewan kurban (ayam), dan sesajen...