Rumah Lamin merupakan rumah adat dari Kalimantan Timur yang merupakan identitas dari kebudayaan Suku Dayak. Rumah Lamin biasanya dihuni oleh beberapa keluarga karena tempatnya besar. Rumah Lamin juga disebut sebagai rumah panggung karena bangunan rumah dibentuk seperti panggung yang tidak bersentuhan dengan tanah. Biasanya kolong dari Rumah Lamin dipakai untuk berternak. Banyak bangunan seperti rumah-rumah di Kalimantan Timur yang terinspirasi dari konsep rumah panggung dari Rumah Lamin ini. Tidak sulit untuk mengetahui yang mana rumah lamin karena Rumah Lamin mempunyai ciri khas yang unik. Pada dinding-dinding Rumah Lamin terdapat ukiran-ukiran khas Suku Dayak. Karena sumber kayu yang melimpah, Rumah Lamin pun terbuat dari Kayu Ulin. Dan kebanyakan penduduk Kalimantan Timur pun juga menggunakan kayu sebagai bahan dasar dari rumah-rumahnya karena harga kayu di Kalimantan Timur lebih murah daripada semen. Halaman dari Rumah Lamin pun biasanya terdapat totem dan patung...
Rumah Adat Lamin Rumah Lamin merupakan rumah adat suku dayak, khususnya yang berada di Kalimantan Timur. Nama ’Rumah Lamin’ memiliki arti rumah panjang kita semua, di mana rumah ini digunakan untuk beberapa keluarga yang tergabung dalam satu keluarga besar. Ciri dari rumah ini berbentuk panggung dengan ketinggian kolong sampai 3 meter. Bahan utama bangunan rumah adat Lamin adalah kayu ulin atau banyak orang yang menyebutnya sebagai kayu besi. Disebut kayu besi karena memang jenis kayu tersebut adalah kayu yang sangat kuat. Bahkan banyak orang mengatakan jika kayu ulin terkena air maka justru tingkat kekuatannya akan semakin keras. Mungkin hal inilah yang membuat banyak orang yang membangun rumah di atas dataran rawa atau pinggiran sungai namun tahan lama umur bangunannya. https://www.silontong.com/2018/08/14/rumah-adat-kalimantan-timur/
Rumah Adat Bulungan Rumah adat Bulungan ini terletak di wilayah Kalimantan Timur tepatnya di kota Tanjung selor, secara gaya arsitektur rumah adat bulungan lebih condong ke gaya arsitektur kolonial yang disesuaikan dengan iklim tropis di indonesia, rumah adat khas bulungan sejatinya hanya digunakan untuk pertemuan penting di masa kesultanan bulungan. Arsitektur rumah adat bulungan itu sendiri terpengaruh karna akibat adanya kegiatan perdagangan hindia belanda di bulungan pada massa itu, kegiatan ini mempengaruhi kegiatan masyarakat bulungan khususnya di bidang arsitektural yang sudah disesuaikan dengan iklim setempat contoh nya, munculnya bentukan dormer pada bagian atap, bentuk bangunan yang megah dan simetris dan terdapat motif bunga serta pengolahan landscaping yang formal. Untuk karakteristik bangunan bulungan, bangunan dayak islam melayu dan belanda pernah mempengaruhi gaya bangunan di bulungan sesuai jaman dan bentuk sosial yang dilakukan pada jaman itu yang ak...
Sumber : Arsip Kota Surabaya Bangunan yang dulunya merupakan gedung pentas ini dimiliki oleh manufaktur rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna. Di dalamnya, kamu akan menemukan kumpulan rokok-rokok dari pertama kalinya dibuat hingga rokok modern masa kini. Dari lantai dua, kamu bisa melihat proses bagaimana rokok dibuat dari pabrik Sampoerna yang terletak di sebelahnya. Tidak hanya museum, tapi tempat ini juga menyediakan kafe bagi kamu yang lelah berkeliling. Sumber :https://www.idntimes.com/travel/destination/alvin-surya-pratama/museum-terbaik-di-indonesia-untuk-liburan/full
Kalung Ciwa adalah peninggalan sejarah kerajaan Kutai yang ditemukan pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Penemuan terjadi pada tahun 1890 oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman. Kalung Ciwa sendiri hingga saat ini masih digunakan sebagai perhiasan kerajaan dan dipakai oleh sultan saat ada pesta penobatan sultan baru. http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/04/14-peninggalan-sejarah-kerajaan-kutai.html
Peninggalan sejarah kerajaan kutai yang menurut saya cukup unik adalah kura-kura emas. Benda ini sekarang ada di Musium Mulawarman. Ukurannya sebesar setengah kepalan tangan. Dan berdasarkan label yang tertera di dalam etalasenya, benda unik ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang terletak di hulu sungai Mahakam. Adapun berdasar riwayat, benda ini diketahui merupakan persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan di China bagi sang putri raja Kutai, Aji Bidara Putih. Sang Pangeran memberikan beberapa benda unik pada kerajaan sebagai bukti kesungguhannya yang ingin mempersunting sang putri. http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/04/14-peninggalan-sejarah-kerajaan-kutai.html
Pedang Sultan Kutai terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir gambar seekor harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung pedang dihiasi dengan seekor buaya. Pedang Sultan Kutai saat ini dapat Anda lihat di Museum Nasional, Jakarta. http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/04/14-peninggalan-sejarah-kerajaan-kutai.html
Keris bukit kang adalah keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan legenda, permaisuri ini adalah putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas balai bambu. Dalam gong tersebut, selain ada seorang bayu perempuan, di dalamnya juga terdapat sebuah telur ayam dan sebuah keris, keris bukit kang. http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/04/14-peninggalan-sejarah-kerajaan-kutai.html
Singgasana sultan merupakan peninggalan sejarah kerajaan kutai yang masih tetap terjaga hingga kini. Benda tersebut terletak di Museum Mulawarman. Dahulu Setinggil / Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Aji Muhammad Parikesit, dan raja-raja kerajaan kutai sebelumnya. Singgasana ini juga dilengkapi dengan payung, umbul-umbul, dan peraduan pengantin Kutai Keraton. http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/04/14-peninggalan-sejarah-kerajaan-kutai.html