Keraton Tirtayasa terletak di Desa Tirtayasa, Kecanatan Tirtayasa Banten. Keraton yang dibangun pada abad XVII oleh Pangeran Surya atau Abdul Fath’ Abdul Fattah atau lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Kota Tirtayasa ini memiliki sistem tata kota yang baik. Didukung infrastuktur perkotaan yang lengkap dengan pertanian serta irigasi dan kanal untuk transportasi jalur air. Kini hampir seluruh puing-puing bangunan sudah tidak tersisa lagi.
Masjid Agung Banten memiliki menara yang berbentuk seperti pagoda setinggi 30 meter. Dalam kompleks bangunan tempat ibadah ini terdapat bangunan utama dengan makam keluarga raja. Masjid Agung ini didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanudin, Sultan Banten pertama sekitar abad XVI yang disempurnakan putranya Maulan Yusuf. Masjid Agung Banten memiliki arsitek bernama Hendrik Lucas Cardeel seorang arsitek Belanda. dan dalam catatan sejarah turut berperan pula arsitek dari Bangsa Mongol, Cek Ban Cut.
Mesjid Pacinan Tinggi merupakan nama yang diberikan buat bangunan tempat ibadah yang dibangun di sekitar Pacinan, perkampungan penduduk Cina di Banten. Sebelum Sultan Hasannudin membangun Mesjid Agung Banten, ayahnya Syarif Hidayatullah pernah membangun sebuah mesjid di Pacinan pada abad XVI. Bangunan bersejarah itu kini tinggal bekas-bekas fondasi yang terbuat dari batu karang dan batu bata. Sebagian sisa bangunan yang masih utuh hanya mihrabnya atau tempat pengimaman mesjid. Letak Mesjid Pacinan berada di jalan antara Kelenteng Banten dengan Tasikardi.
Mesjid Koja salah satu mesjid yang pernah dibangun di sekitar komplek peninggalan purbakala Banten Lama. Mesjid ini dibangun di tengah perkampungan masyarakat keturunan Arab dan Persia. Letak masjid ini antara Benteng Speelwijk dan Karangantu. Kini bangunan tersebut sudah bubar dan rata dengan tanah. Tetapi sejarah mencatat bahwa di sekitar mesjid Koja dulu pernah tinggal bangsa India, Cina, Jepang, Arab, Persia yang datang sebagai pedagang.
Dinamakan mesjid Kenari karena letak mesjid yang berada di Kampung Kenari sekitar 3 KM dari Mesjid Agung Banten ke arah selatan. Tempat ibadah ini termasuk mesjid tua yang masih berfungsi sampai sekarang, sebagai peninggalan dari Sultan Abdul Mufachkir Abdul Kadir Kanari (1651). Sultan pertama yang mendapat gelar Sultan dari Mekkah. Beliau putra Sultan Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten. Di lokasi ini terdapat makam puteranya Sultan Ma’ali Achmad.
Mesjid Kasunyatan ini terkenal tempat berkumpulnya para alim ulama dari seluruh tanah air. Fungsinya pada waktu dulu adalah seperti Perguruan Tinggi Islam di Banten. Sesuai dengan nama tempatnya Kasunyatan yang berarti menyepi mesjid ini memiliki arsitektur campuran Eropa dan Jawa. Pada puncak bangunan mesjid terdapat bangunan yang menyerupai genta. Di dalam mesjid terdapat sebuah mimbar kuno yang berukir indah dan sampai saat ini masih digunakan untuk khotbah. Seluruh bangunan mesjid masih terpelihara dengan baik.
Vihara ini termasuk salah satu peninggalan masa lampau yang sudah mengalami perubahan bentuk dan letak lokasi. Semula bangunan ini berada di Kampung Pacinan, tempat bermukimnya imigran Cina namun sekarang letaknya berdampingan dengan Benteng Speelwijk Banten Lama. Bangunan dengan gaya arsitektur Cina itu penuh dengan hiasan relief naga warna merah dan kuning. Hingga sekarang setiap hari banyak dikunjungi peziarah dan wisatawan. Salah satu Vihara tertua di Indonesia ini mengadakan perayaan besar seperti Hari Kesempurnaan Budha dan Kelahiran Dewi Kwan Im Hut Coe. Bangunan ini merupakann bukti bahwa Banten sejak lama telah menjalin hubungan yang harmonis dengan pemeluk agama selain Islam.
Meriam Ki Jimat atau lebih dikenal dengan nama Meriam Ki Amuk yang merupakan senjata pamungkas pada masanya. Dahulu meriam ini terletak di dermaga pelabuhan Karangantu menghadap ke laut. Keberadaan meriam di sana diberi cungkup dan dikeramatkan penduduk setempat. di bagian moncongnya terdapat prasasti yang di tulis dalam bahasa Arab yang berbunyi Aqibatul Khoirisalamatul Imani . Diberi nama Ki Amuk karema senjata ini tidak ada yang manandingi di setiap pertempuran. Suaranya yang keras menggelegar membuat musuh menjadi takut, di samping memiliki daya rusak yang tinggi, meriam ini memiliki jangkauan tembak yang jauh.Sekarang Meriam Ki Amuk berada di halaman Museum Kepurbakalaan Banten Lama.
Tasikardi adalah waduk pusat penjernihan air sekaligus sebagai tempat rekreasi yang nyaman sebagai tempat peristirahatan juga sebagai tempat penerimaan tamu agung. Danau atau waduk buatan ini tidak terlalu luas tetapi airnya cukup untuk mengairi persawahan disekitar persawahan itu dan air bersih untuk keperluan keraton yang airnya dialirkan melalui pipa terekota (tanah liat).