Produk Artisektur Anjungan Kabupaten Ogan Komering Ulu ,Sumatera Selatan di Komplek Dekranasda Jakabaring Palembang menggambarkan ciri khas bentuk arsitektural di Kabupaten OKU.
Produk Artisektur Anjungan Kabupaten Ogan Ilir,Sumatera Selatan di Komplek Dekranasda Jakabaring Palembang menggambarkan ciri khas bentuk arsitektural di Kabupaten Ogan Ilir
Produk Artisektur Anjungan Kota Prabumulih,Sumatera Selatan di Komplek Dekranasda Jakabaring Palembang menggambarkan ciri khas bentuk arsitektural di Kota Prabumulih
Produk Artisektur Anjungan Kabupaten Empat Lawang,Sumatera Selatan di Komplek Dekranasda Jakabaring Palembang menggambarkan ciri khas bentuk arsitektural di Kabupaten Empat Lawang
Masjid Agung Palembang merupakan salah satu warisan Kesultanan Palembang. Masjid ini dikenal sebagai pusat Kota Palembang. Dibangun 1738 – 1748 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang dikenal sebagai Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo. Menutur beberapa orang masjid ini merupakan masjid terbesar di Indonesia pada zamannya. Ketika pertama kali dibangun, masjid ini meliputi lahan seluas 1.080 meter persegi (sekitar 0,26 hektar) dengan kapasitas 1.200 orang. Lahan kemudian diperluas oleh Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achamd bin Syech Sahab dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta Mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin. Dari 1819 – 1821, renovasi dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Setelah itu, ekspansi lebih lanjv dilakukan pada tahun 1893, 1916, 1950, 1970, dan terakhir tahun 1990-an. Selama ekspansi pada 1966 – 1969 oleh Yayasan Masjid Agung, lantai kedua dibangun dengan luas tanah 5.520 meter persegi dengan kapasitas 7.750 orang. S...
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas. Rumah tradisional ini memiliki lantai bertingka-tingkat yang disebut bengkilas.
Rumah Limas Merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas. Apabila Anda bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sriwijaya ini, Anda akan diterima di teras atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas dan seringkali digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat. Luasnya mulai dari 400 hingga 1000 meter persegi. Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu menggunakan kayu tembesu. Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan air . Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau dilangkahi. Nilai...
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah de...
Prasasti Talang Tuwo pertama kali dikenali sebagai sebuah prasasti oleh Louis Constant Westenek pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang, yang dikenal sebagai tempat peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 M), ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa, dan Bahasa Melayu Kuno. Orang yang pertama kali berhasil membaca prasasti ini adalah Van Ronkel dan Bosch. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan sebuah taman oleh raja Sriwijaya yang diperuntukan bagi rakyatnya. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa taman itu terletak disebuah tempat yang mempunyi pemandangan indah. Lahan yang digunakan untuk membuat taman ini berbukit-bukit dan berlembah. Di dasar lembah mengalir sebuah sungai yang menuju Sungai Musi. Taman itu diberi nama Taman Sriksetra, begitulah yang tercantum dalam prasasti yang ditemukan di Dusun Talang Tuwo, Kecamatan Talang Kelapa, Palembang. Berikut adalah terjemahan dari Prasasti Talang T...