Mesjid Kasunyatan ini terkenal tempat berkumpulnya para alim ulama dari seluruh tanah air. Fungsinya pada waktu dulu adalah seperti Perguruan Tinggi Islam di Banten. Sesuai dengan nama tempatnya Kasunyatan yang berarti menyepi mesjid ini memiliki arsitektur campuran Eropa dan Jawa. Pada puncak bangunan mesjid terdapat bangunan yang menyerupai genta. Di dalam mesjid terdapat sebuah mimbar kuno yang berukir indah dan sampai saat ini masih digunakan untuk khotbah. Seluruh bangunan mesjid masih terpelihara dengan baik.
Vihara ini termasuk salah satu peninggalan masa lampau yang sudah mengalami perubahan bentuk dan letak lokasi. Semula bangunan ini berada di Kampung Pacinan, tempat bermukimnya imigran Cina namun sekarang letaknya berdampingan dengan Benteng Speelwijk Banten Lama. Bangunan dengan gaya arsitektur Cina itu penuh dengan hiasan relief naga warna merah dan kuning. Hingga sekarang setiap hari banyak dikunjungi peziarah dan wisatawan. Salah satu Vihara tertua di Indonesia ini mengadakan perayaan besar seperti Hari Kesempurnaan Budha dan Kelahiran Dewi Kwan Im Hut Coe. Bangunan ini merupakann bukti bahwa Banten sejak lama telah menjalin hubungan yang harmonis dengan pemeluk agama selain Islam.
Meriam Ki Jimat atau lebih dikenal dengan nama Meriam Ki Amuk yang merupakan senjata pamungkas pada masanya. Dahulu meriam ini terletak di dermaga pelabuhan Karangantu menghadap ke laut. Keberadaan meriam di sana diberi cungkup dan dikeramatkan penduduk setempat. di bagian moncongnya terdapat prasasti yang di tulis dalam bahasa Arab yang berbunyi Aqibatul Khoirisalamatul Imani . Diberi nama Ki Amuk karema senjata ini tidak ada yang manandingi di setiap pertempuran. Suaranya yang keras menggelegar membuat musuh menjadi takut, di samping memiliki daya rusak yang tinggi, meriam ini memiliki jangkauan tembak yang jauh.Sekarang Meriam Ki Amuk berada di halaman Museum Kepurbakalaan Banten Lama.
Tasikardi adalah waduk pusat penjernihan air sekaligus sebagai tempat rekreasi yang nyaman sebagai tempat peristirahatan juga sebagai tempat penerimaan tamu agung. Danau atau waduk buatan ini tidak terlalu luas tetapi airnya cukup untuk mengairi persawahan disekitar persawahan itu dan air bersih untuk keperluan keraton yang airnya dialirkan melalui pipa terekota (tanah liat).
Situs Kelapa Dua tidak luput dari penelitian para arkeolog, wilayah yang berada dekat dengan Kota Serang ini ditemukan sistem penguburan yang sesuai dengan berita naskah kuno yang diperoleh dari Eropa. Pada situs ini ada indikasi ditemukannya bekas kelenteng dan pemukiman Cina. Sehubungan dengan adanya berita tentang perjanjian Inggris dengan Cina pada tahun 1661. Perjanjian tersebut terjadi pada zaman Sulten Ageng Tirtayasa menyebutkan penanaman tebu yang berada di kawasan kekuasaan Kerajaan Islam di Banten. Diantara makam kuno bangsa Cina yang digali telah ditemukan pula mata uang logam Ratu Banten pada tahun 1556-1580 yang diperkirakan telah berumur sekitar 400 tahun. Makam tersebut dibuat dengan sistem cor dari bahan batu gamping.
Dalam area benteng bekas Keraton Surosowan yang luasnya kurang lebih 4 hektar terdapat situs Pancuran Mas. Konon dahulu kala di lokasi itu terdapat tempat pemandian keluarga Sultan Banten yang mewah. Antara lain pancuran air yang terdapat di pemandiian itu dilapisi oleh mas murni. Tempat pemandian yang terdapat di bagian selatan komplek kraton ini sampai sekarang masih bisa disaksikan, dengan menuruni anak tangga yang terbuat dari batu bata menuju tempat pemandian yang dibuat berkotak-kotak terbuka. Air bersih yang mengucur berasal dari danau Tasikardi yang sebelumnya telah melewati penyaringan bernama pengindelan abang dan pengindelan putih .
Keraton Kaibon letaknya terpisah dari Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten. Kompleks bangunan ini terletak di Kampung Kroya sekitar 500 meter sebelah tenggara Kraton Surosowan yang berada di sisi jalur jalan Serang-Banten Lama. Di sisi selatan komplek bangunan ini mengalir sungai Cibanten. Keraton Kaibon merupakan bekas kediaman Sultan Syafiudin, seorang sultan Banten yang memerintah antara tahun 1809-1815. Setelah wafat digantikan oleh putranya yang baru berumur 5 bulan karena itu sementara pemerintahan dipegang oleh ibunya, Ratu Aisyah. Bentuk arsitektur bangunan lebih menonjolkan gaya archais dibandingkan dengan keraton Surosowan. Dilihat dari bentuk pintu-pintu gerbang dan tembok keraton. Jika diurut dari depan keraton ini memiliki empat pintu gerbang yang berbentuk bentar . Pada tahun 1832 keraton ini dihancurkan Belanda yang tersisa sekarang hanya pondasi dan reruntuhan dinding serta pintu masuknya.
Lemah Tamba berada di Kampung Pancura, Des Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Situs peninggalan purbakala ini berupa sumur tua yang banyak diziarahi orang untuk mendapatkan berkah dari mata air yang tak pernah kering sepanjang tahun. Situs Lemah Tamba adalah tinggalan masa megalitik, belasan sumur tua yang terdapat dilokasi itu terbuat dari batu andesit. Bagian pertama kompleks sumur tua terdapat lima belas sumur, bagian kedua hanya terdapat sebuah sumur, bagian ketiga, tiga sumur dan bagian keempat hanya satu sumur. Uniknya setiap kelompuk sumur memiliki nama sendir-sendiri seperti Nyi Miana, Puteri, Sumur Tujuh, Sumur Keraton dan Sumur Ati.
Asal-usul Nama Keraton Kaibon yang dibangun pada tahun 1815 ini diambil dari kata "keibuan". Pada saat itu, sultan ke 21 yaitu Sultan Syafiuddin masih sangat muda sehingga pemerintahan dijalankan oleh ibunya, Ratu Aisyah. Pada tahun 1832, keraton dihancurkan oleh pemerintah Hindia-Belanda bersama-sama dengan keraton lainnya, termasuk Keraton Surosowan. Asal mula penghancuran keraton berdasarkan sejarah yaitu ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daendels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, dan juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daendels. Daendels kemudian menjadi marah besar dan akhirnya menghancurkan Keraton Kaibon. Meski demikian, ada banyak bagian bangunan yang masih berdiri tegak hingga sekarang, yaitu pintu-pintu dan deretan Candi Bentar khas Banten atau disebut gerbang bersayap....