Amah Ora artinya rumah kebun dalam bahasa daerah Maybrat. Amah Ora nampak seperti rumah kaki seribu, karena memiliki banyak tiang kaki yang menopang rumah ini. Amah Ora sendiri bertujuan untuk melindungi masyarakat yang berlindung di dalamnya. https://twitter.com/PuBudaya
Porna Wadah sederhana yang terbuat dari tanah liat ini, sudah menjadi salah satu alat masak tradisional yang sejak dahulu digunakan oleh para orang tua untuk memasak pangan lokal. makanan pangan lokal utama yang dimasak adalah sagu dan kasbi (ubi kayu). https://twitter.com/PuBudaya
BAtu tulis adalah tempat untuk menulis yang terbuat dari baru hitam yang tipis lalu dibingkai dengan kayu berbentuk segi empat. https://twitter.com/SayeBudaye
Kepok adalah tempat menyimpan padi yang berbentuk silinder. Kepok memiliki garis tengah sebesar 1.5 meter dengan tinggi 1 meter. Kepok sendiri terbuat dari kulit kayu dan disimpan di dalam rumah.
Masyarakat Lampung tinggal di sebuah rumah tradisional berbentuk panggung dengan atap yang terbuat dari sirap atau alang-alang. Rumah tradisional tersebut biasanya disebut Nuwo Ghacak. Bagi masyarakat Lampung, rumah atau nuwo memiliki makna sebagai tempat tinggal, tempat berlindung, dan tempat mereka bekerja.
Tungku tradisional sendiri memiliki penyebutan yang berbeda-beda di setiap daerah, di antaranya adalah anglo , dhingkel , dan pawon . Alat ini masih banyak digunakan terutama di wilayah pedesaan. Pembuatan tungku tradisional ini dilakukan dengan menempelkannya secara permanen pada lantai dapur. Biasanya, tungku tradisional terbuat dari bahan tanah liat, batu cadas, atau batu bata. Tungku tradisional didesain berbentuk persegi panjang dengan memiliki satu atau dua lubang di bagian atas serta satu kubang di bagian depan untuk memasukkan bahan bakar seperti kayu bakar.maupun ranting-ranting kering.
Balla Koko merupakan rumah kebun yang difungsikan oleh masyarakat atau petani di Desa Datara dalam aktifitas pertanian. balla koko ini memiliki arsitektur yang menyerupai rumah tradisional/hunian pada umunya. namun yang membedakannya adalah ukuran dari Balla Koko ini lebih kecil dibanding rumah hunian. seperti rumah pada umumnya arsitektur balla koko secara vertikal, terdiri dari tiga susun yaitu atas ( langga ), Tengah (kale balla), bawah (siring). demikian juga balla koko memiliki tiga tingatan tersebut. balla koko tersebut terbuat dari bahan alam. tiang dibuat dari kayu yang kuat, dinding dan lantai terbuat bambu ataupun kayu.
Kelenteng Boen San Bio yang juga dikenal dengan nama Vihara Nimmala, adalah sebuah kelenteng unik megah berusia tua di Jl. Pasar Baru, Kelurahan Kranjaya, Karawaci, Kota Tangerang yang dipergunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut Kong Hu Cu, Tao dan Buddha. Kelenteng Boen San Bio pertama kali dibangun pada tahun 1689 oleh seorang pedagang yang berasal dari Cina bernama Lim Tau Koen, dan menempatkan patung Kim Sing Kong – co Hok Tek Tjeng Sin yang dibawanya dari Banten. Kelenteng Boen San Bio mengalami beberapa kali renovasi sesudah itu, terutama setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998. Bangunan Kelenteng Boen San Bio ini berbentuk empat persegi panjang, yang berdiri di atas tanah seluas 1.650 m2. Halaman samping Kelenteng Boen San Bio cukup luas dan mampu menampung beberapa puluh kendaraan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kabarnya Kelenteng Boen San Bio telah memecahkan 11 rekor MURI, diantaranya dengan menegakkan 1.150 telur dalam waktu hanya beberapa menit yang dilakukan...