Seni Pembuatan Kapal di Sulawesi Selatan, mengacu pada anjungan dan layar ‘Sulawesi schooner’ yang terkenal. Konstruksi dan penyebaran kapal-kapal semacam itu merupakan tradisi ribuan tahun pembuatan kapal dan navigasi Austronesia yang telah melahirkan berbagai macam kapal air canggih. Bagi masyarakat Indonesia dan publik internasional, Pinisi telah menjadi lambang kapal layar pribumi Nusantara. Saat ini, pusat-pusat pembuatan kapal terletak di Tana Beru, Bira dan Batu Licin, dimana sekitar 70 persen populasi mencari nafkah melalui pekerjaan yang terkait dengan pembuatan kapal dan navigasi. Namun, pembuatan kapal dan pelayaran tidak hanya menjadi andalan ekonomi masyarakat, tetapi juga merupakan fokus utama dari kehidupan dan identitas sehari-hari. Kerjasama timbal balik antara komunitas pembuat kapal dan hubungan mereka dengan pelanggan mereka memperkuat saling pengertian antara pihak-pihak yang terlibat. Pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan elemen diturunkan dari gene...
Situs Watu Guling terdapat di Desa Datar, Kec. Sumbang di sebelah selatan pemakaman umum Desa Datar. Dinamakan situs Watu Guling, menurut cerita masyarakat setempat karena batu tersebut berasal dari pegununggan daerah selatan yang ditendang oleh Bima dan jatuh berguling guling dan berhenti di daerah yang datar yang kemudian dinamakan Desa Datar. Sebenarnya situs tersebut merupakan tempat pemujaan arwah nenek moyang pada zaman prasejarah yang pada awalnya merupakan punden berundak yang berorientasi ke arah utara selatan mengarah kepada gunung Slamet, dan diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah nenek moyang. Akan tetapi karena pengaruh alam dan ketidaktahuan masyarakat setempat, teras pertama dan kedua sudah tidak ada dan langsung menuju teras ketiga. Peninggalan yang terdapat pada situs tersebut antara lain: Batu Menhir 2 buah dengan ukuran masing masing tinggi 137 cm dan garis tengah 42 cm. Batu Lumpang (pecah dan hilang 1/5 bagian) 1 buah dengan ukuran tinggi 25 cm...
Situs watu gathel terletak di Desa Karangmangu Kec. Baturraden di sebelah timur jalan raya Baturraden di tengah-tengah areal pemukiman penduduk. Dinamakan watu gathel karena menurut kepercayaan masyarakat setempat bentuknya menyerupai alat kelamin laki-laki. Orang yang datang ke tempat tersebut selain ingin menyaksikan keunikan peninggalan prasejarah tersebut, juga meyakini dapat memperoleh penglaris dalam dunia perdagangan. Sebenarnya situs tersebut merupakan peninggalan prasejarah masa megalitikum sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang yang berjenis kelamin laki-laki dan berorientasi ke arah barat dan timur karena diyakini tempat bersemayamnya arwah nenek moyang tersebut berada di sebelah barat gunung Slamet. Disebelah timur situs tersebut terdapat aliran sungai Belot yang pada zaman prasejarah sudah digunakan sebagai tempat bersuci sebelum menuju tempat pemujaan arwah nenek moyang ( situs watu gathel ). Bahan dasar situs tersebut terbuat dari batu andesit yang bentuknya men...
Situs candi Sapto Argo terletak di Desa Karangmangu, Kec. Baturraden di dalam areal lokawisata Baturraden tepatnya di sebelah utara kantor lokawisata Baturraden. Situs tersebut merupakan punden berundak dengan tiga teras yang merupakan tempat pemujaan arwah nenek moyang pada zaman prasejarah, berorientasi ke arah utara dan selatan ke arah gunung Slamet yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah nenek moyang. Di sebelah timur situs tersebut terdapat aliran sungai Belot yang pada zaman prasejarah digunakan sebagai tempat bersuci sebelum menuju tempat pemujaan arwah nenek moyang. Peninggalan yang terdapat di dalam lokasi situs tersebut berupa menhir sebanyak 2 buah, dengan bahan dasar batu andesit yang berukuran masing-masing tinggi 75 cm, garis tengah 20 cm berada pada pintu masuk teras ketiga di samping itu juga terdapat beberapa makam/ kubur batu. Sebenarnya makam tersebut adalah kuburan batu yang merupakan bangunan megalitik yang paling tua yang berfungsi sebagai kuburan,...
Situs Candi Batur terletak di Dusun Dakom, Desa Gandatapa, Kec. Sumbang di tengah areal kebun milik masyarakat di sebelah timur jalan raya Sumbang Baturaden. Dinamakan Candi Batur karena menurut masyakat setempat situs tersebut merupakan sisa sisa bangunan candi. Sebenarnya situs tersebut merupakan sisa sisa peninggalan prasejarah yang berupa dolmen, yaitu meja batu berkaki menhir yang biasanya pada zaman prasejarah digunakan sebagai tepat sesaji dan pemujaan nenek moyang. Peninggalan yang terdapat di lokasi situs tersebut berupa sisa sisa batu berbentuk meja batu, akan tetapi semenjak lokasi situs tersebut digunakan sebagai areal kebun, situs tersebut digunakan sebagai areal kebun, situs tersebut dirusak karena ketidaktahuan masyarakat akan keberadaan dan manfaat peninggalan prasejarah. http://dinporabudpar.banyumaskab.go.id/read/19061/situs-candi-batur#.X0c7DsgzbIU
Dukuh Sidomulyo desa Deles ditemukan cagar budaya berupa Arca Ganesha, fragmen segiempat, yoni, fragmen ogif dan kemuncak. Arca Ganesha telah dipindahkan ke Museum Jawa Tengah Ranggawarsita Semarang untuk dilestarikan. https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=23
Desa Sibebek kecamatan Bawang ditemukan banyak cagar budaya. Beberapa cagar budaya dilestarikan di sebuah kuncup yaitu fragmen nandi, 4 buah kemuncak, dan yoni. Penemuan lainnya yang berupa fragmen nandi dipindahkan ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang untuk dilestarikan. sumber: https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=28
Situs Pejanten berada di dukuh Pejanten, desa Rejosari Barat, kecamatan Tersono. Di desa ini banyak ditemukan benda cagar budaya berupa arca Ganesha dengan ciri bentuk khas antropolis (menuju bentuk aslinya), fragmen Nandi, Yoni, fragmen batu bata merah, relief dharmacakra, dan masih banyak lagi. https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=36
Di situs Kepokoh terdapat benda cagar budaya berupa prasasti dan yoni. Prasasti Kepokoh memiliki dua sisi. Salah satu sisi terdapat bulan sabit dan sisi lainnya memuat 6 baris tulisan yang menerangkan tentang Sima atau tanah perdikan. sumber: https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=34