Ukuran : l : 20 cm t : 28 cm Asal : Baduy, Banten Bentuk trapesium, warna cokelat. Bagian wadah dianyam rapat sedang bagian mulut diwengku dengan anyam jarang.Bagian bibir agak panjang melebihi permukaan mulut kemudian disambungkan dengan tali gantungan yang bermotif kepang. Hiasan bermotif cakar ayam yang dianyam rapat,diletakan pada sambungan tali dengan kedua sudut bawah kantung masing-masing berjumlah 8 buah.Koja biasanya dipergunakan untuk menyimpan barang atau benda.
Ukuran : P. 250 cm L : 115 cm t : 207 cm Bahan terbuat dari kayu berbentuk kotak terbuka,alat berupa palang-palang kayu dan tengahnya terbuka.Sisi kiri kanan dan belakang berupa tiang-tiang dan palang kayu,sisi depan seolah-olah gerbang masuk,gerbang tengah berbentuk lengkung dihiasai terawangan motif bunga,daun dan hiasan pinggir bermotif ular dan spiral.Diantara motif diletakan kayu pipih berhias motif-motif geometris,gerbang kanan dan kiri dibentuk daun pintu tertutup dan tiang berukir motif bunga dan geometris.Diatas gerbang dipasang palang papan berukir motif pilin besar menyapit topeng laki-laki.Ranjang ini berkaki empat berupa balok-balok kayu yang dipasang pada ujung/sudut atas.Dua kaki depan diukir motif pilin-pilin dan awan
Ukuran : P. 65 cm, L. 45 cm, Tb. 13 cm Asal : Cirebo Ukuran : P. 65 cm, L. 45 cm, Tb. 13 cm Ukuran : P. 65 cm, L. 45 cm, Tb. 13 cm Pedati adalah semacam gerobak beroda dua ditarik sapi/kerbau. Binding gerobak terbuat dari papan dan bagian atasnya seperti jeruji yang dicat warna merah, kuning, hitam dan putih. Blora atau atap dari daun kelapa dengan bentuk suhunan panjang. Digunakan untuk mengangkut barang atau hasil bumi biasanya beroperasi malam hari untuk menghindari hewan penariknya dari panas. Persebaran alat transportasi ini di wilayah Cirebon, Indramayu , dan Majalaengka. Pedati adalah semacam gerobak beroda dua ditarik sapi/kerbau. Binding gerobak terbuat dari papan dan bagian atasnya seperti jeruji yang dicat warna merah, kuning, hitam dan putih. Blora atau atap dari daun kelapa dengan bentuk suhunan panjang. Digunakan untuk mengangkut barang atau hasil bumi biasanya beroperasi malam hari untuk menghindari hewan penariknya dar...
Ajug atau disebut Damar jangkung, sejenis dudukan lampu palita atau pelita, memiliki kaki atau tiang penyangga tinggi. Ajug ini terbuat dari bahan batuan tufa terkesika bentuknya menyerupai benteng catur yaitu kaki atau tiang penyangga silindrik membesar kecuali dengan bagian alas bulat ceper. Di bagian puncak atas/atas tiang terdapat piringan berbentuk bundar dengan permukaan agak cekung untuk meletakan palita/pelita sejenis lampu damar berbahan bakar minyak kelapa/kacang tanah. Wadah bahan bakar terbuka berupa piringan depan sumbu diletakan horizontal (tergeleta). Fungsi Ajug untuk meninggikan posisi lampu palita agar cahaya memancar dengan radius lebih lebar. Ajug hanya digunakan di lingkungan pesantren sebelum lampu listrik terpasang.
Lukisan ini dibuat oleH seni rupa asal Bandung bernama Hendra Gunawan dengan gaya lukisan naturalis dengan ciri khas kaki digambarkan lebih kecil dari aslinya dan sapuan cat dilakukan pada kanvas hanya dilakukan sekali. Menggambarkan bagian dari sejarah pembuatan jalan raya Anyer-Panarukan, pada saat membuka hutan dan meratakan cadas (bukit batuan) di daerah Sumedang yang kemudian terkenal dengan sebutan Cadas Pangeran. Pembuatan jalan dikerjakan secara paksa (rodi) oleh rakyat Sumedang, yang kemudian ditentang oleh Bupati Sumedang yang dikenal dengan julukan Pangeran Kornel. Pada saat Daendels meninjau lokasi pembuatan jalan, Pangeran Kornel menyalami Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu, dengan tangan kirinya. sementara tangannya memegang keris untuk menunjukan sikap menentang kerja paksa terhadap rakyatnya
Pasanggarahan merupakan tempat menginap bagi pengunjung yang datang ke desa ciptagelar. Pasanggarahan terdiri dari dua bangunan. Bangunan yang satu dimiliki oleh budaya pariwisata dan yang satu lagi dimiliki oleh taman nasional halimun. Bentuk bangunan ini memiliki ciri-ciri fisik berbentuk panggung yang memiliki kolong, dindingnya dilapisi bambu, lantainya terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari ijuk. Pasanggarahan digunakan ketika tamu yang datang tidak bisa ditampung di Imah Gede karena imah gede juga digunakan sebagai tempat menginap pengunjung.
Ajeng Jipeng memiliki arti Ajeng = Panggung dan Jipeng = Tanji dan Topeng, Ajeng Jipeng merupakan tempat untuk pertunjukan kesenian Jipeng di desa ciptagelar. Bangunanya seperti saung yang terbuat dari kayu, lantainya beralaskan bambu dan atapnya terbuat dari ijuk.
Bale sasepuh merupakan bangunan tempat berkumpulnya para sesepuh untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kasepuhan. Bangunan ini memiliki ciri-ciri fisik berbentuk panggung yang memiliki kolong, dindingnya terbuat dari bambu, lantainya terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari ijuk. Bale sesepuh ini juga digunakan untuk bermusyawarah dan kegiatan lainnya.
Leuit warga adalah tempat penyimpanan padi kering atau pocong (sebutan padi kering yang telah diikat) milik warga. Bangunan ini memiliki ciri-ciri fisik berbentuk panggung yang memiliki kolong. Bangunan ini juga berbentuk segi lima. Bangunan ini terbuat dari kayu, dengan dinding yang dilapisi bambu dan beratapkan ijuk. Pada bagian atap depan terdapat sebuat pintu kecil yang berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan pocong. Leuit di desa ciptagelar rata-rata memilik tiga hingga empat kaki. Jumlah kaki leuit berdasarkan besar atau kecilnya leuit tersebut. Bangunan ini tidak ditemukan paku, baut dll seperti halnya bangunan di kota biasanya. Bangunan ini hanya mengkolaborasikan kayu, bambu dan ijuk saja dalam pembuatannya. Setiap warga di desa ciptagelar wajib memiliki leuit. Satu keluarga bisa memiliki 2, 3 atau lebih leuit. Hal tersebut berdasarkan dari kondisi ekonomi dari warga tersebut. leuit warga terletak dalam suatu kawasan sehingga tidak berdampingan dengan rumah mereka...