Bahan emas muda ( 18 karat), bentuk Arca Wisnu dengan latar belakang burung jataya 2 ekor. Merupakan salah satu kelengkapan penobatan Sultan Kutai Kartanegara. Koleksi Museum Mulawarman Tenggarong
Berbentuk 3 utas tali masing- masing dibuat dari bahan emas, perak dan perunggu. Berhiasakan 3 buah bandul yang berbentuk gelang, 2 buah bertatahkan permata mata kucing dan barjat putih. bandul lainnya berbentuk lampion yang berhiaskan 2 buah bandul kecil. Tali juwita berasal dari kata Upavita yakni kalung yang diberikan kepada seorang Raja. Benda ini merupakan perlengkapan upacara peobatan Sultan Kutai Kartanegara.
Terbuat dari bahan kayu, bentuk mahkota dalam ukuran besar berhiaskan relieftimbul dalam bentuk ornamen bunga. Replika ini digunakan sebagai simbul/ lambang kesultanan Kutai Kartanegara. Koleksi Museum Mulawarman Tenggarong
Ketopong atau Mahkota Sultan Kutai Kartanegara terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu-batu permata. Bentuk mahkota brunjungan dan bagian muka berbentuk meru bertingkat, dihiasi dengan motif ikal atau spiral yang dikombinasikan dengan motif sulur. Hiasan belakang berupa garuda mungkur berhiaskan ukiran motif bunga, kijang dan burung. Ketopong dari emas ini telah mulai digunakan semenjak Sultan Aji Muhammad Sulaiman bertahta ( 1845 - 1899 ). Diperkirakan mahkota ini dibuat pada pertengahan abad ke-19 oleh pandai emas dari kerajaan Kutai sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Carl Bock dalam bukunya The Head-Hunters of Borneo (1881) bahwa Sultan Sulaiman memiliki 6 hingga 8 pandai emas yang dipekerjakan khusus untuk membuat barang-barang emas dan perak bagi Sultan. Di Museum Mulawarman Tenggarong hanya dapat dilihat duplikat dari Ketopong ini. Mahkota asli yang beratnya hampir 2 kg tersebut berada di Museum Nasional Jakarta. Pada saat penobatan Sultan H.A.M. Salehuddin II se...
Peti Mati Suku Dayak. Koleksi Museum Kayu Tenggarong
Berbagai benda yang menurut kepercayaan orang-orang tua mengandung magis ditempatkan dalam Kelambu Kuning ini yakni : a. Kelengkang Besi Pada suatu hariketika hujan panas, petinggi yang tinggal disungai bengkalang (kecamatan Long Iram) yang bernama Sangkareak mendengar suara anak kecil yang sedang menangis. Dicarinya dan kemudian diketemukan seorang bayi yang berada didalam suatu tempat/wadah yang disebut kelengkang besi. Oleh Petinggi tadi anak tersebut dibawahnya pulang kerumah bersama dengan kelengkang besinya. b. Tajau (Guci/Molo) Tajau atau tempayan ini bernama majan yang dipakai untuk mengambil air waktu permulaan hendak memandikan Aji Batara dewa Sakti (Raja pertama dari Kerajaan Kutai Karatanegara : 1300-1325). c. Gong Raden Galuh atau Gong Maharaja Pati Tempat Aji Putri Karang Melenu bersama Keris Burit Kang diketemukan/didapat. Aji Putri Karang Melenu dalah permaisuri dari Aji Batara Agung Dewa Sakti. Gong besar ini dinamai juga Gong Maharaja Pati....
Lampit semacam tikar yang terbuat dari jalinan rotan dipasang sejajar, dan tikar-tikar lain dianyam dari rotan kasar, kulit pohon atan pandan. Orang Punan membuat tikar tidur dengan motif hitam-putih.
Seraong dibuat dari daun-daun palas biru yang dihias dengan tempelan potongan kain persegi dan manik-manik atau sulaman. Seraong merupakan penutup kepala berbentuk bundar dan lebar yang berguna untuk menutupi wajah dan kepala dari sinar matahari yang menyengat ketika petani berada di ladang. Seraung adalah topi berbentuk lebar yang biasa digunakan untuk bekerja diladang atau untuk menahan sinar matahari dan hujan. Seraung dibuat dari daun pandan yang telah dikeringkan. Kini banyak diolah seraung-seraung ukuran kecil untuk hiasan rumah Untuk terus melestarikan kerajinan ini, di tahun 2013 lalu, Tenggarong Kutai Carnival juga memilih Seraong sebagai salah satu tema kostum mereka.
Manik-manik bagi orang Dayak sebagia hiasan sejak zaman logam masuk ke Kalimantan. Manik-manik dari tulang, batu atau damar dari zaman purba banyak ditemukan pada situs-situs penggalian. Orang Dayak membedakan manik-manik besar dari kaca warna-warni dan manik-manik halus, yang biasanya dianyam pada benang. Manik-manik besar berbeda bentuk dan warnanya satu dan lainnya. Manik-manik ini bernilai tinggi dan disimpan sebagai benda pusaka, biasanya dijadikan kalung dan digunakan ketika upacara adat berlangsung. Pada orang Kenyah di Lung Anai, dikenal manik-manik yang dinamakan Lukuk Sakalak dan Bowang, lukuk sakalak merupakan manik-manik yang berbentuk bulat dan berwarna hijau berbintik dengan diameter sekitar 2,5-3cm. biasanya manik ini digunakan oleh Raja-Raja Kenyah.