Candi Plaosan terletak di Dusun Plaosan, Desa Bugisan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Candi Plaosan terdiri dari dua kelompok, Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Plaosan Lor terletak di tengah-tengah persawahan dan Plaosan Kidul terletak di tengah desa. J.G. de Casparis mengatakan bahwa Candi Plaosan dibangun oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sailendra. Sumber lain mengatakan bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Garung. Walaupun ada perbedaan mengenai pendirinya, tetapi banyak kalangan setuju bahwa candi ini dibangun pada abad ke-9. Candi Plaosan ini adalah candi Budha Mahayana karena terdapat patung-patung Budha seperti Bodhisatwa Awalokiteswara, Bodhisatwa Samantabhadra, Bodhisatwa Maitreya, Bodhi Swa Sarwaniwaranawiskambhin, Wajrapani, dan Dhyani Budha Manjusri. Selain tu, karakteristik lain adalah atapnya yang berbentuk seperti stupa. sumber: plaosantemple.com
Di Dalem Suryohamijayan ini pertama kali tercipta sendra tari Ramayana. Selain itu Dalem ini juga pernah menjadi tempat penyelenggara PON pertama yang berlangsung di Surakarta
Masjid Laweyan ini merupakan akulturasi kebudayaan Hindu dan Islam. Sebelumnya Masjid ini merupakan Pura (tempat peribadatan umat Hindu). Perubahan fungsi dari Pura menjadi Masjid ini tidak lain merupakan peran dari Ki Ageng Henis yang bersahabat dengan seorang pandhita agama Hindu Ki Beluk. Masjid Laweyan ini dibangun tahun 1546 sekitar 200 tahun sebelum kota Solo terbentukMasjid Laweyan ini merupakan akulturasi kebudayaan Hindu dan Islam. Sebelumnya Masjid ini merupakan Pura (tempat peribadatan umat Hindu). Perubahan fungsi dari Pura menjadi Masjid ini tidak lain merupakan peran dari Ki Ageng Henis yang bersahabat dengan seorang pandhita agama Hindu Ki Beluk. Masjid Laweyan ini dibangun tahun 1546 sekitar 200 tahun sebelum kota Solo terbentuk
Hampir semua rumah di Laweyan dulunya saling terhubung melalui bunker atau istilah jawanya butulan, yaitu pintu yang berada di bawah tanah. Fungsi pintu ‘butulan’ ini adalah untuk tempat komunikasi antar rumah dan juga sebagai tempat perlindungan dan persembunyian.
Candi Pawon terletak tak jauh dari Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini masuk dalam kompleks Candi Borobudur yang diakui UNESCO sebagai World Heritage Lists asal Indonesia pada tahun 1991 dengan nama Borobudur Temple Compounds . Pendirian Candi Pawon diperkirakan pada pertengahan abad VIII, hampir bersamaan dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur. Nama "Pawon" sendiri, menurut sebagian orang berasal dari kata "pa-awu-an" yang berarti tempat menyimpan awu atau abu. Pada bilik candi ( central cella ) di tubuh candi semula diperkirakan terdapat Arca Bodhisattva sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra. Berdasarkan prasasti Karang tengah (824 M), arca tersebut mengeluarkan "vajra" (sinar), sehingga arca Bodhisattva tersebut kemungkinan terbuat dari logam perunggu. Menurut Poerbatjaraka, Candi Pawon merupakan upa angga (bagian dari) Candi Borobudur, karena adanya kemiripan motif pahatan pada Candi Powan dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur.
Sasana Pustaka adalah Perpustakaan Kraton Kasunanan Surakarta yang banyak menyimpan naskah kuno, didirikan oleh Pakubuwono X pada 12 Januari 1920. http://instagram.com/p/fCSIqeFaQm/#
Pura Mangkunegaran didirikan oleh Raden Mas Said atau yang dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa pada tahun 1757. Pura ini dbangun setelah adanya perjanjian Salatiga yang mengawali berdirinya praja Mangkunegaran dan menjadikan Raden Mas Said sebagai Mangkunegara I.
Beridirinya Masjid Al Wustha diprakasai oleh Mangkunegara I yang pembangunannya dilakukan mulai tahun 1878 hingga tahun 1918. Sebelumnya masjid ini dibangun di daerah kauman pasar legi, namun pada masa pemerintahan Mangkunegara II masjid ini dipindahkan berdekatan dengan Pura Mangkunegaran. Pada masa pemerintahan Mangkunegaran V terdapat tambahan bangunan Maligen yang dipergunakan untuk mengkhitan untuk putra dan kerabat Mangkunegaran. Pada masa Mangkunegara VII maligen ini akhirnya dipergunakan untuk mengkhitan masyarakat umum. Pada masa Mengkunegara VII masjid ini ditambah bangunan menara yang dibangun pada tahun 1926 agar suara azan bisa terdengan lebih jauh.