Taktok Trieng sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai di daerah Kabupaten Pidie , Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis: satu dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan di tempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini. Dan jenis yang dipergunakan di sawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan di tengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).
Alat musik tradisional Rapai merupakan alat musik yang dibunyikan dengan cara dipukul. Menurut Z.H Idris, alat musik Rapai ini berasal dari Bahdad (irak), dan dibawa ke Aceh oleh seorang penyiar agama Islam bernama Syeh Rapi. Dalam pertunjukannya, alat musik rapai ini dimainkan oleh 8 sampai 12 orang pemain yang disebut awak rapai. Alat musik Rapai ini berfungsi untuk mengatur tempo dan tingkahan-tingkahan irama bersama Serune kalee maupun buloh perindu. Berdasarkan besarnya rapai serta fungsinya, alat musik tradisional dari Aceh ini terdiri dari beberapa jenis yaitu : Rapai Pasee (rapai gantung) Rapai Daboih Rapai Geurimpheng (rapai macam) Rapai Pulot Rapai Anak/tingkah Rapai kisah Alat musik rapai ini biasanya dimainkan dalam berbagai kesempatan seperti misalnya pada saat pasar malam, upacara perkawinan, ulang tahun, mengiringi tarian, memperingati hari hari tertentu dan acara lainnya. Namun, selain dimainkan secara tunggal alat musik...
Tarian ini dilakukan dengan koordinasi tangan mereka dan menggerakan nya dengan indah sesuai irama dan tempo yang ada, untuk melakukan kombinasi tarian ini dapat tercipta setelah mereka melakukan latihan secara bersama untuk beberapa kali sebelum mereka dapat melakukan nya dengan sempurna. Dalam melakukan Tari Saman ini tidak hanya bermakna untuk memberikan penampilan tangan saja, namun sambil membawakan tarian tangan ini merek ajuga memanjatkan syair – syair dan puji – pujian kepada Allah yang maha kuasa. Tari Saman dengan Panjatan Syukur Mereka memanjatkan syukur atas karunia yang mereka berikan untuk manusia, oleh sebab itu mereka menari dan bernanyi karena mereka bahagia dengan semua yang disediakan Allah di bumi ini. Tari Tradisional Saman ini biasanya dilakukan pada acara tertentu saja yang melibatkan sekelompok orang penari, yang biasanya diadakan pada hari ulang tahun nabi besar Muhammad saw atau yang biasa disebut hari pering...
Rapa'i merupakan alat musik tradisional asal Nangroe Aceh Darussalam yang termasuk dalam kelompok alat musik tabuh berbentuk bundar. Rapa'i memiliki tampilan fisik menyerupai rebana yang menandakan pengaruh Arab dari para pedagang Arab pada masyarakat Aceh. Alat musik ini terbuat dari kulit kambing dan kayu nangka. Rapa'i dimainkan oleh sekelompok lelaki dan dapat berfungsi sebagai pengiring tarian daerah. Rapa'i terbagi menjadi beberapa jenis. Beberapa di antaranya adalah ; rapa'i pasee, rapa'i daboh, rapa'i geurumpheng, rapa'i pulot, rapa'i geleng dan rapa'i aneuk. Terdapat sumber yang menyebutkan mengenai hilangnya ribuan Rapa'i Pasee yang memiliki nilai yang tinggi pada masa gejolak Aceh (1976-2005). Ripa'i Pasee merupakan salah satu jenis Ripa'i terbesar yang memiliki diameter mencapai 1,3 meter sekaligus menjadikannya sebagai Ripa'i yang Terdapat pepatah aceh yang berkata &...
Arbab merupakan salah satu alat musik gesek tradisional Aceh. Instrumen ini terdiri dari dua bagian, yakni instrumen induk yang disebut Arbab, serta penggeseknya yang disebut Go Arbab. Arbab tergolong ke dalam alat musik kordofon atau instrumen yang sumber bunyinya berasal dari dawai. Musik Arbab tercatat berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. A rbab (instrument induk) tersusun dari beberapa bahan, yakni tempurung kelapa, kulit kambing, kayu, serta dawai. Sementara busur penggeseknya sendiri terbuat dari kayu atau rotan dan serat tumbuhan. Alat musik Arbab pada zamannya biasa dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional, bersama Geundrang/Rapai dan sejumlah alat musik trandisional lainnya, di mana Arbab berperan sebagai instrumen utama pembawa lagu. Dalam tradisinya, musik Arbab biasa dimainkan dalam acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat dan pasar malam.
Tambo adalah alat musik tradisional Aceh . Tambo terbuat dari batang iboh, kulit sapi, dan rotan sebagai alat peregang kulit. Bentuknya sejenis tambur dan dimainkan dengan cara dipukul. Pada zaman duhulu, tambo berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menandakan datangya waktu salat dan untuk mengumpulkan warga ke meunasah guna membicarakan masalah-masalah-masalah yang ada dalam suatu kampung. Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.
Tamburin merupakan salah satu contoh dari alat perkusi yang tidak banyak berubah sepanjang masa. Di Indonesia , tamburin merupakan sejenis alat musik tradisional yang paling populer di Aceh . Tamburin ini awalnya pernah digunakan sebagai musik Klasik , musik Roma , musik Persia , musik Gospel , musik Pop , dan rock and roll . Di Brasil , umumnya dikenal sebagai Pandeiro .
Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh. Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.
Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.