Alat musik ini terbuat dari kayu. Kecapi merupakan alat musik tradisional masyarakat Bugis, yaitu Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Bentuk kecapi yang menyerupai perahu, konon karena alat musik ini diciptakan oleh para pelaut dan dalam bahasa Bugis Makassar disebut kacaping. Kecapi mempunyai dua dawai yang masing-masing memiliki sistem yang berbeda. Dahulu kecapi dimainkan saat pesta pernikahan, pesta panen, khitanan dan aqiqah yang berfungsi untuk menghibur para tamu. Saat ini kecapi dimainkan untuk mengiringi lagu saat upacara pernikahan, pesta panen, khitanan, dan aqiqah yang berfungsi untuk menghibur para tamu. Saat ini kecapi dimainkan untuk mengiringi lagu saat upacara pernikahan, penyambutan suatu acara, dan untuk mengiringi tarian (tari paddupa, tari bosara, dan tari pattennung). Kecapi juga berfungsi sebagai alat musik untuk menghibur masyarakat, dibunyikan untuk mengiringi syair-syair dan aksentuasi pemenggalan kata per kata yang mampu menggelitik penikmat, dan...
Alat musik ini terbuat dari kuningan. Jalappa alat musik sejenis simbol yang dibunyikan saat upacara adat (pernikahan, khitanan, tolak bala) dan persembahan sesaji untuk para dewata 'sewwae'. Jalappa juga menjadi bagian dari peralatan dukun (Puang Towa). Sebelum tarian bissu dimulai terlebih dahulu dibacakan mantera oleh Puang Towa diiringi dengan seperangkat alat musik simbol (kancing), gendang bulo panggilu / bulo pasetya, genta, lalosu, dan beberapa alat dan logam.
Alat musik ini terbuat dari besi. Alat ini berbentuk seperti anak panah (runcing pada kedua ujungnya). Ana' baccing bagian dari sarana upacara ritual kerajaan pada masyarakat Karangpuang. Alat musik ini merupakan bagian dari perangkat tarian Bugis, yaitu tari bissu yang dipertunjukkan saat upacara pernikahan, pelantikan dan kematian raja, saat terjadi wabah penyakit dan sebagai tanda dimulainya masa tanam padi. Prosesi tarian bissu diawali dengan gerakan Ma'dewata dan pembacaan mantera oleh Puang Towa (dukun) diiringi dengan seperangkat alat musik paseiya-seiya, genta, lalosu, dan beberapa alat dari logam.
Alat musik ini dibuat dari kayu, tanah liat, rotan dan pelepah sagu. Kanda wuta dimainkan selama tiga malam berturut-turut. Malam pertama terbit empas bulan di langit (Melamba); malam kedua terbit lima belas bulan di langit (Mata Omehe); malam ketiga terbit enam belas bulan di langit (Tombara Omehe). Alat musik ini untuk mengiringi khusus tarian lulo ngganda setelah panen. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Baasi adalah eperangkat alat musik bambu (10 buah). Terbuat dari bambu dan rotan. Alat ini dimainkan untuk mengiringi lagu daerah dan nusantara pada waktu pertunjukkan. Sepuluh buah bambu uang dimiliki Baasi mempunyai panjang yang berbeda-beda dengan setiap lubang pada bagian pangkalnya, agar bisa mengeluarkan bunyi nada yang berbeda-beda pula. Seringnya Baasi digunakan sebagai pengiring tarian atau nyanyian lagu-lagu daerah itu. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/
Alat musik ini terbuat dari kayu dan senar. Alat musik ini dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu daerah dalam bentuk pantun.
Alat musik ini terbuat dari kayu dan senar. Alat musik ini dimainkan untuk mengiringi tarian dan lagu-lagu daerah.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Alat musik ini dimainkan sebagai melodi dalam kolaborasi musik bambu.
Alat musik ini terbuat dari bambu dan rotan. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh kaum wanita (gadis) mengungkapkan perasaan hatinya terhadap seorang pria. Jika dilihat bentuknya, ada sebuah kayu kecil di antara dawai dan badannya. Ore-Ore Nggae mempunyai bentuk layaknya gendang yang ukurannya mini . Untuk menggunakannya memakai 2 tangan dan posisi memainkannya dengan duduk dan posisi alat musik di miringkan. tangan kanan dipakai untuk menepak dan memetik, sedangkan untuk tangan kiri untuk membuka dan menutup lubang tempat suara keluar. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-sulawesi-tenggara/