Rebana atau Rawana Rebana adalah alat musik tradisional masyarakat Sulawesi Barat yang termasuk dalam jenis alat musik Membrapon. Apa itu Membrapon? Membrapon yaitu musik tersebut menggunakan kulit sebagai sumber bunyi atau selaput tipis yang direntangkan. Alat musik khas Sulbar ini dimainkan dengan cara dipukul. Makna dari Rebana dalam bahasa Mandar adalah rawana. Kehadiran alat musik ini merupakan penggabungan antara budaya Mandar dan budaya Arab. Saat ini, banyak daerah yang memakai alat musik Rebana dalam berbagai pertunjukan seni musik . https://www.silontong.com/2018/10/16/alat-musik-tradisional-sulawesi-barat/
Pompang Yang ketiga dari alat musik tradisional Sulawesi Barat adalah alat musik Pompang. Alat musik ini merupakan jenis alat musik tiup yang dibuat dari bambu. Pompang menghasilkan bunyi yang memiliki jangkauan nada dua setengah oktaf tangga nada. Alat musik Pompang dibentuk dari perpaduan potongan-potongan bambu yang berukuran kecil dan besar. Potongan bambu yang besar dan tinggi menghasilkan nada rendah dan sebaliknya, potongan bambu yang kecil menghasilkan nada tinggi. Berdasarkan sejarahnya, musik Pompang pertama kali dipopulerkan para penggembala kerbau di Mamasa, Sulawesi Barat. Kemudian musik yang berbahan bambu ini digemari masyarakat luas hingga menjadi hiburan alternatif pada upacara adat rambu tuka atau acara-acara hiburan dan pesta syukuran. https://www.silontong.com/2018/10/16/alat-musik-tradisional-sulawesi-barat/
Kecapi Mandar Alat musik Kecapi Mandar atau yang lebih dikenal masyarakat Sulawesi Barat sebagai Kecaping Tobaine. Sangat disayangkan, Kecapi Mandar saat ini sudah sangat jarang jumpai dan memang hanya beberapa orang saja yang bisa memainkan alat musik ini. Meski begitu, pengetahuan mengenai cara memainkan kecapi Mandar biasanya hanya turun menurun saja. Alat musik klasik ini hanyalah sebagai penghibur diri saja fungsinya pada zaman dahulu. Kemudian berkembang hingga akhirnya beberapa orang memanfaatkan keindahan suaranya untuk mengisi kekosongan acara agar ramai dan seru. Melihat bentuknya, kecapi biasa dengan kecapi Mandar yang biasa dimainkan oleh perempuan sedikit berbeda, bentuk Kecapi yang dimainkan perempuan lebih lengkung. Posisi memainkannya, pemain duduk dengan kaki sebelah kiri diangkat lalu mendekatkan kecapi ke dada. https://www.silontong.com/2018/10/16/alat-musik-tradisional-sulawesi-barat/
Pakkeke (Keke) Pakkeke (keke) merupakan salah satu alat musik tradisional lain yang berasal dari Mandar, provinsi Sulawesi Barat. Ada keunikan tersendiri pada alat musik Pakkeke, yakni selain bentuknya, Pakkeke juga memiliki kekhasan bunyi. Bahan untuk membuat alat musik Pakkeke adalah bambu. Dipilih dari bambu yang berukuran kecil yang diujungnya terdapat daun kelapa kering yang dililitkan sebagai pembawa efek bunyi yang dihasilkan oleh alat ini. Umumnya, alat musik tiup tradisional jenis Pakkeke ini dimainkan di sawah atau di ladang milik warga untuk mengisi kesepian para petani saat menunggui ladang atau sawah mereka. Zaman berubah, sekarang alat musik inipun seringkali dimainkan untuk kepentingan seni pertunjukan dan dikolaborasikan dengan alat musik tradisional lainnya. Bahkan bisa juga dimainkan untuk mengiringi pertunjukkan tarian tradisional daerah Sulawesi Barat . https://www.silontong.com/2018/10/16/alat-musik-tradisional-sulawesi-barat/
Calong Calong termasuk alat musik tradisional Sulawesi Barat yang tergolong kedalam alat musik perkusi. Buah kelapa dan bambu dengan kualitas terbaik adalah bahan membuat Calong. Bilah-bilah bambu dirakit sedemikian rupa di atas sebuah kelapa yang telah dibelah menyerupai mangkuk. Nah, kelapa tersebut memiliki fungsi sebagai tempat keluarnya suara, sedangkan bilah bambu berfungsi sebagai penghasil nadanya. Pada model klasik, calong cuma terdiri dari 4 nada saja. Kemudian banyak Calong yang dimodifikasi sehingga memiliki semua nada. Calong bisa dimainkan secara solo dan secara massal. Awalnya alat musik Calong dipakai oleh para petani Mandar sebagai hiburan ketika menunggu hasil panenan di sawah dan kini kebiadaan tersbeut mulai sudah ditemui. https://www.silontong.com/2018/10/16/alat-musik-tradisional-sulawesi-barat/
Gongga Lima alat musik tradisional Gongga Lima yang termasuk sebagai alat musik tradisional Sulawesi Barat. Bahan dasar alat musik ini adalah bambu, yang termasuk klasifikasi alat musik idiopon. Cara memainkan alat musik ini dibunyikan dengan cara dipukul ke tangan. Menurut bahasa, alat musik Gongga Lima terdiri dari dua suku kata, yakni Gongga dan Lima. Gongga diberikan arti sebagai alat itu sendiri sedangkan Lima dalam bahasa Mandar adalah Tangan. Jenis Gongga Lima terdapat diwilayah Balanipa hampir sama dengan alat musik Parappasa dari Gowa Sulawesi Selatan, perbedaan Parappasa dengan Gongga Lima dapat dilihat dari penampilan alat itu, dalam pembuatannya bambu dibelah-belah kecil yang ukuran bilahannya hampir sama besar dengan pensil sehingga dalam penampilannya menyerupai sapu lidi, cara memainkannyapun tidak sama dengan Gongga lima, sebab ketika dimainkan alat ini dibenturkan kebenda lain untuk mendapatkan bunyi. https://www.silontong.com/2018/10/16/alat-musik-t...
Museum Abirowo (Abirawa) Alamat : Jl. Dr. Wahidin No. 26 Batang Pusaka Abirawa merupakan peninggalan Kanjeng Sunan Raden Sayid Nur Rochmat atau Kanjeng Sunan Sendang. Kanjeng Sunan Sendang adalah Aulia/Wali pada zaman Kasultanan Demak Bintoro di bawah Sultan Trenggono. Beliau berasal dari Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Kanjeng Sunan Sendang menimba ilmu pada Sunan Drajat. Oleh karena itu, setelah Sunan Drajat meninggal, beliau menggantikan kedudukannya sebagai Dewan Wali atau Wali Songo. Semula Pusaka Abirawa berada di Masjid R Nur Rochmat di Paciran Kabupaten Lamongan. Selanjutnya ditempatkan di Sedayu, Gresik, karena salah satu keturunannya menjadi Bupati di tempat ini. Pusaka Abirawa ini menjadi Pusaka Sedayu , selanjutnya dibawa keturunan Sayid Nur Rochmat yang berada di Pasuruan. Setelah itu terus mengikuti keturunannya yang berada di Wiradesa, Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Ba...
Museum Situs Purbakala Alamat : Jalan Melaya, Gilimanuk Telp. : (0365) 61328 Museum Situs Purbakala Gilimanuk merupakan salah satu mata rantai penting perjalanan sejarah peradaban pulau Bali. Museum ini terletak di lingkungan asri, kelurahan Gilimanuk yang didirikan tahun 1994 lalu. Museum ini menyimpan koleksi benda-benda purbakala, baik fosil manusia, sarkofagus, perhiasan dari batu, periuk, perunggu, dan peti mati atau sarkofagus serta beragam bekal kubur. Juga ada fosil manusia purba dari ras mongoloid yang diperkirakan bermukim di gilimanuk sejak 195 SM hingga 425 M. Tak berlebihan kalau situs Gilimanuk ini disebut kuburan massal manusia purba. sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/225-museum-situs-purbakala.html
Museum Blanco Renaissance merupakan museum yang menampilkan hasil karya lukis dari Antonio Blanco. Obyek dari lukisan maestro lukis kelahiran Manila, Filipina ini fokus pada kaum hawa/kemolekan penari Bali. Don Antonio Blanco sendiri adalah pria keturunan Amerika – Spanyol dan memang bukan orang Indonesia. Ia menetap di Bali dan menikahi seorang gadis penari tradisional Bali bernama Ni Ronji pada tahun 1953. Selain menampilkan hasil karya lukisan Antonio Blanco, museum ini juga menampilkan foto keluarga Antonio Blanco, hasil karya Mario Blanco, dan membuka studio yang merupakan tempat melukis dari Mario Blanco. Mario Blanco adalah salah satu anak dari Antonio Blanco yang mewarisi bakat sang ayah. Namun karya Mario Blanco lebih fokus pada obyek benda-benda yang ada di sekitar. Dari hasil karya tersebut, Mario Blanco juga telah banyak menerima beragam penghargaan. Lukisan dari Antonio Blanco dapat dilihat di lantai satu dan dua dari gedung utama. Sementara itu, h...