Tarian
Tarian
Sejarah Jawa Barat Bandung
Asal Mula Tari Jaipong
- 20 Maret 2020 - direvisi ke 4 oleh Ilma z. wangisuta pada 20 Maret 2020

Bandung adalah kota metropolitan yang secara geografis bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Bandung memiliki banyak nama. Satu di antaranya yang legendaris adalah Kota Kembang. Padu padan 'Bandung Kota Kembang' bermakna Bandung Kota Bunga. Dalam gambaran kata per kata, Kota Bandung pada saat itu memiliki keindahan yang sangat luar biasa dengan hiasan bunga yang tumbuh subur. Seperti itulah pengertian sebagian besar masyarakat akan makna sebutan 'Bandung Kota Kembang'. Dalam sudut pandang sejarawan, sebutan 'kota kembang' mengarah pada kekaguman para bangsawan Belanda terhadap gadis – gadis Kota Bandung zaman dahulu kala, yang kecantikannya mereka analogikan sebagai keindahan kembang atau bunga.

Bandung juga terkenal dengan kota yang memiliki banyak ciri khasnya tersendiri. Terutama dalam bidang kesenian. Banyak seniman – seniman yang lahir di Kota Bandung. Salah satunya adalah Bapak Gugum Gumbira. Beliau merupakan seorang pegiat seni yang menaruh perhatiannya pada seni tari tradisional jaipongan. Bapak Gugum Gumbira yang dilahirkan di Bandung pada tanggal, 4 April 1945 dari seorang ayah bernama H. Suhari Miharta dan ibunya bernama Hj. Oyoh, merupakan anak pertama dari lima bersaudara, yaitu: Gugus Gusnadi, Gagar Garwati, Dedi Kusnadi, dan Gagan Suhanda. Pekerjaan waktu itu adalah juru tulis di kantor Kelurahan Bojong Loa, Kecamatan Kopo, Kotamadya Bandung, dan juga sebagai guru Penca di daerah tersebut. Dalam meniti karir berkeseniannya, Gugum memulainya dengan belajar berbagai jurus penca dari berbagai ‘aliran’, seperti; Cikalong, Cimande, dan Sabandar. Ia belajar aliran Cikalong dan Cimande dari Bah Saleh, Ki Bacih, dan Ki Sanhudi. Proses pembelajaran yang diterimanya tidak saja sebatas fisik, tetapi sampai pada unsur-unsur di luar fisik, (dalam dunia persilatan sering disebut ‘kebatinan’). Selain ayahnya sendiri, Ki Bacih dan Ki Sanhudi inilah yang banyak mewarnai prinsip berkeseniannya. Bahkan pendalamannya terhadap Penca/maenpo, menggiring Beliau pada penemuan bagian padungdung kendor yang menjadi landasan inspiratif munculnya kebebasan atau fleksibilitas irama dalam Jaipongan, sehingga membuka ruang atau peluang bagi penari untuk bebas bergerak menampilkan jurus-jurus dengan irama tidak terikat. Petualangannya dalam proses berkesenian terjadi terutama pada masa setelah berkeluarga, Ia mempelajari berbagai jenis kesenian seperti: Ketuk Tilu dari Ki Sanhudi, Ibu Jubaedah, dan Bapak Akil. Secara koreografis, tarian pada kesenian Ketuk Tilu masih menggunakan struktur koreografi yang terdiri dari ragam gerak bukaan, pencugan, nibakeun, dan beberapa gerak mincig. Keberadaannya seperti itu memberikan inspirasi terhadapnya dalam persoalan struktur tarian, oleh karenanya kesenian tradisional Ketuk Tilu pada gilirannya menjadi dasar struktur koreografi penciptaan tari Jaipongan. Selanjutnya adalah kesenian Topeng Banjet, Ia pelajari dari Bapak Epeng, Ali Saban, dan Bah Pendul. Khususnya dalam penampilan penari perempuan, pada umumnya menggunakan ragam hias yang cukup menarik mulai dari bagian rambut menggunakan hiasan kembang, busananya menggunakan kabaya yang dihiasi dengan Toka-Toka atau tola, kewer, dan bagian bawahnya menggunakan sinjang. Di sisi lain, kesenian ini diiringi oleh seper40 angkat waditra Ketuk Tilu, namun ada pula yang menggunakan gamelan lengkap berlaras salendro. Adapun gerak tarinya yang cenderung erotis, (terkenal dengan istilah eplok cendol atau ‘goyang Karawang’ yang disajikan oleh kembang topeng atau penari primadona), memberikan penebalan terhadap munculnya nuansa erotis dalam Jaipongan.

Pada bagian akhir proses pembelajarannya, ada tradisi menjelang hataman yang disebut dengan upacara tawajuh. Upacara ini dimaksudkan sebagai sarana penolak bala, sekaligus pengakuan atau penanda lahirnya seniman atau dalang penerus. Upacara tawajuh ini dilakukan dengan cara ‘mandi kembang’, bakar kemenyan yang dilengkapi sasajen dan rurujakan. Ketika itu Beliau dimandikan dengan air kembang yang diwadahi oleh goong keramat, dengan harapan bahwa kelak namanya akan bergema seperti suara goong.

Mitos semacam ini dalam kehidupan orang Sunda disebut uga, yaitu suatu pernyataan dari seseorang yang mempunyai kepandaian khusus yang dapat menerawang kejadian atau peristiwa yang akan datang termasuk nasib seseorang (R.H. Hasan Mustapa, 1996: 262). Setelah berguru kepada beberapa tokoh Topeng Banjet, giliran berikutnya yang dipelajarinya adalah seni Kliningan Bajidoran. Daerah Pantai Utara Jawa Barat, khususnya Karawang dan Subang, memiliki banyak grup kesenian Kliningan Bajidoran yang dalam pertunjukannya selalu melibatkan kelompok bajidor (menunjuk kepada para pelaku yang berperan secara aktif dalam peristiwa Bajidoran), yakni meminta lagu, menari, dan memberi uang jaban (saweran; memberikan uang kepada sinden atau pangrawit). Ketertarikan Beliau pada kesenian ini, karena terdapatnya kesamaan bentuk sajian dengan beberapa jenis kesenian yang telah dipelajari sebelumnya, terutama pada; Ketuk Tilu, Penca, dan Topeng Banjet, kaya akan variasi gerak yang ditarikan secara spontan, improvisasi, dan unik, baik yang ditarikan oleh para pesinden maupun para bajidor. Untuk mengetahui lebih dekat dengan kesenian tersebut, Ia memutuskan ikut ngabajidor. Beliau mulai berkenalan dengan beberapa tokoh bajidor yang ada di daerah Karawang, seperti; Atut, Askin, Dimyati dan dari Subang, seperti; Lurah Hilman, Upas Omo, Lurah Joni, serta beberapa tokoh bajidor lainnya. Bahkan secara khusus Ia memberi catatan, bahwa dalam peristiwa Bajidoran tersebut Ia selalu memberikan beberapa krat (kotak) minuman bir (minuman yang beralkohol rendah) untuk para bajidor, selain itu juga banyak mengeluarkan uang untuk jaban.

Karya Bapak Gugum Gumbira yang pertama kali dikenal masyarakat adalah Tari Jaipong "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong". Dari kedua jenis tarian itu, muncul beberapa nama penari Jaipong terkenal seperti, Tati Saleh, Eli Somali, Yeti Mamat, dan Pepen Dedi Kurniadi. Kemudian pada tahun 1980 – 1990-an, Bapak Gugum Gumbira kembali menciptakan tari lainnya seperti Toka – toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, dan berbagai tari lainnya. Tentu saja seiring dengan berjalannya waktu, jumlah para penari yang semakin profesionalpun bertambah. Dapat dikatakan, Tari Jaipong telah menjadi salah satu ikon kesenian yang dimiliki Jawa Barat, dan sering dipertontonkan pada berbagai acara termasuk acara – acara penting untuk menghibur tamu asing dari berbagai negara yang datang ke Kota Bandung. Juga, saat melakukan misi kesenian ke mancanegara. Namun untuk membuat kesenian Tari Jaipong terkenal dan diterima oleh masyarakat pada awalnya tidak berjalan dengan baik. Pada awal kemunculannya, tarian ini sempat menjadi perbincangan hangat, terlebih karena gerakan – gerakannya yang dianggap erotis dan vulgar. Tapi hal itu justru membuat Tari Jaipong mendapatkan perhatian dari media, termasuk ditayangkannya Tari Jaipong pada tahun 1980 di TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Semenjak itu, Tari Jaipong semakin populer dan frekuensi pementasannya pun semakin bertambah. Kelahiran Tari Jaipong pun menginspirasi para penggerak seni tari tradisional untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang mendapat perhatian. Kemunculan jenis tarian ini juga membuka lahan usaha bagi para penggiat seni yang membuka kursus untuk belajar Tari Jaipong. Sementara pengusaha hiburan malam memanfaatkan Tari Jaipong untuk memikat pengunjung tempat usahanya.

sumber :

Afifiyah, S. (2019, April 24). Bandung adalah Kota Kembang, ini sejarahnya. Retrieved from Tagar.id: http://www.tagar.id/bandung-adalah-kota-kembang-ini-sejarahnya

Exploride, T. I. (n.d.). Tari Jaipong. Retrieved from Indonesia Kaya Eksplorasi Budaya di Zamrud Khatulistiwa: http://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-jaipong

Jawaami, A. J. (2017, Agustus 10). Menyedihkan, Ini Alasan Kenapa Bandung Disebut Kota Kembang. Retrieved from Ayo Bandung: http://www.ayobandung.com/read/2017/08/10/22574/menyedihkan-ini-alasan-kenapa-bandung-disebut-kota-kembang

Mulyana, E., & Ramlan, L. (2012). Keser bojong: Idealisasi Pencitraan Jaipongan Karya Gugum Gumbira. Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 1, 37-51. Retrieved from http://www.researchgate.net/publication/320422389_Keser_bojong_Idealisasi_Pencitraan_Jaipongan_Karya_Gugum_Gumbira

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya