Upacara Nyorong merupakan salah satu episode dari sebuah prosesi pernikahan putra-putri Tau Samawa. Upacara Nyorong ini dilaksanakan setelah Bakatoan atau lamaran pihak laki-laki diterima oleh orang tua si wanita yang kemudian diteruskan dengan acara Basaputis. Didalam acara Basaputis ini lah ditentukan hari-hari baik untuk pelaksanaan episode-episode berikutnya dalam sebuah prosesi perkawinan masarakat Sumbawa. Namun sekarang nilai-nilai budaya atau adat istiadat lama itu sudah mulai kabur atau dikaburkan, misalnya tentang sebutan dan pengertian nyorong ini.
Dibeberapa tempat di Kabupaten Sumbawa, istilah nyorong bahkan sudah berganti sebutan dengan SORONG SERAH. Padahal orang-orang tua dahulu tidak pernah mengenal istilah tersebut. Tidak jelas siapa yang memulai istilah ini, dan tidak seorang pun yang memberikan teguran atau meluruskan sebutan sorong serah ini.
Sorong Serah adalah istilah dalam prosesi pernikahan etnis Sasak ( Lombok ) Sedangkan Tau Samawa hanya mengenal istilah Nyorong meliputi barang yang diantar, orang yang mengantar dan pihak yang menerima.
Meski tidak jelas siapa yang memulai dengan istilah Sorong Serah pada upacara nyorong ini, namun bisa ditebak bahwa istilah ini datang dari Alas atau Sumbawa bagian Barat. Pertama karena komunitas sasak dikawasan ini jauh jumlah lebih besar jumlahnya ketimbang dikawasan lain di Sumbawa, kecuali Labangka.
Yang lebih parah lagi bahwa selain sebutan Nyorong yang sudah berganti menjadi sorong serah, juga kelengkapan upacara ikut berganti. Sebut saja Ratib Rabana Ode yang selalu dominan pada setiap upacara nyorong, sudah jarang ditemui. Ratib sudah berganti dengan Kecimol sebuah kesenian sasak.
Saya pernah menemui kasus ini di dua desa. Pertama di Dusun Batu Alang Desa Leseng Moyo Hulu dan di Desa Ngeru Kecamatan Moyo Hilir. Ketika itu saya diminta keluarga perempuan untuk menerima kedatangan keluarga calon pengantin laki-laki yang kebetulan dari sebuah desa di Kecamatan Alas. Saya pun sangat kaget ketika rombongan dari Alas ini tiba. Suara drumband bergemuruh ditengah desa. Masarakat pun tumpah ruah, turun ke jalan ingin menyaksikan nya. Ternyata suara bergemuruh itu bukan dari sebuah group drumband, tetapi sebuah group Kecimol. Lucunya lagi para penabuh rebana ( Ratib Rebana Ode ) yang sedianya akan menyambut,bubar seketika karena ingin menyaksikan Kecimol ini.
Saya hanya bisa tertunduk malu melihat semua itu. Namun saya tidak kehabisan akal. Saat giliran saya berpidato menyambut rombongan itulah, saya gunakan untuk menyindir semua yang hadir ditempat itu dengan sebuah lawas ;
Gila Nanta Tu Samawa
Ada Adat Mara Nonda
Ratib Gentan Ke Kecimol
Kita tentu prihatin dengan hal ini. Kepada semua tokoh-tokoh masarakat, tokoh-tokoh adat dan pemerintah khususnya, diharapkan peran sertanya untuk meluruskan semua ini sekaligus bersama-sama kita melestarikan budaya dan adat istiadat leluhur kita
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja