Woku Komo Komo - Maluku
Sagu memang dianggap seperti primadona di tanah Maluku dan wilayah Timur lainnya. Tak heran jika kebanyakan panganan khas Timur, semisal Maluku, lebih umum dijumpai yang berbahan dasar sagu. Seperti woku komo-komo misalnya, makanan khas Maluku ini juga terbuat dari bahan utama sagu. Bagi yang belum mengenalnya, mungkin akan menganggap woku komo-komo sama dengan talam sagu bakar, padahal tidak.
Meski sama-sama dibuat dari tepung hasil olahan teras batang rumbia, woku komo-komo lebih cocok dihidangkan sebagai lauk untuk makanan utama. Woku komo-komo sendiri diolah dengan mengawali proses perendaman sagu di dalam air. Bumbu yang dipakai antara lain bawang putih, serai, jahe, dan jeroan ikan yang ditumis. Dikarenakan terdapat campuran jahe dan jeroan ikan, sagu woku komo-komo sudah cukup jika dijadikan hidangan utama.
Cara pembuatannya: awalnya sagu direndam dalam air dingin selama satu jam.
Lalu bumbu-bumbu seperti bawang putih, serai, dan jahe ditumis.
Kemudian jeroan ikan dan air dimasukkan dan dimasak hingga matang.
Selanjutnya, bawang merah dan bawang putih ditumis hingga kecoklatan.
Masukkan santan kelapa cair dan sagu, kemudian masak hingga mengering.
Tambahkan santan kental, garam, merica, dan irisan daun bawang.
Setelah matang, sagu didinginkan terlebih dahulu.
Jeroan ikan dipotong bentuk dadu.
Lalu, sagu dan jeroan ikan yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam daun woka. Terakhir, bungkusan daun woka ini lalu dipanggang dengan bara api hingga kering dan matang.
Sumber
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang