|
|
|
|
Wayang Kulit Bekasi Tanggal 11 Mar 2018 oleh Nurma Rahmawati. |
Wayang kulit Bekasi sebenarnya masih sama latar belakangnya dengan wayang-wayang sejenis yang ada di Pulau Jawa. Yang membedakan antara wayang kulit Bekasi dengan wayang kulit daerah lain adalah faktor sosilogis dan pengaruh budaya lingkungannya. Perbedaan lainnya yaitu adanya tokoh yang lebih mirip dengan wayang golek misalnya Semar, Cepot, Udel dan Gareng, sementara Dorna digambarkan dengan wajah kearab-araban dengan memakai topi haji.
Awalnya wayang kulit Bekasi dibawa oleh seseorang yang bernama Balentet. Setelah ia berguru di daerah Cirebon dengan membawa wayang kulit Pandawa Lima sebagai warisan gurunya, Balentet mematangkan ilmu pedalangannya di daerah Bekasi dengan mendatangi tiga orang guru pedalangan, diantaranya Mbah Belentuk, Mbah Rasiun dan Mbah Cepe. Sekitar tahun 1918, Balentet mulai mendalang hingga meninggal dunia pada tahun 1982.
Sebagai dalang kondang di Bekasi, menjelang akhir hayatnya Balentet mewariskan keterampilan mendalangnya kepada putra-putranya, diantaranya Naman Sanjaya Balentet dan Namin. Keterampilan mendalang putra Balentet ini cukup terkenal di wilayah Bekasi, karena cara memainkan wayang dan pertunjukan wayang itu sendiri yang sangat egaliter.
Sebagai seni pertunjukan yang merakyat, wayang kulit Bekasi biasa dipertontonkan di tengah-tengah masyarakatnya. Adakalanya pertunjukan wayang kulit Bekasi ini dipersembahkan dalam acara hajat bumi sebagai peristiwa yang dianggap sakral. Namun, sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini melayani pula pesanan atau tanggapan dari masyarakat yang akan melaksanakan kenduri, baik khitanan maupun pernikahan.
Pertunjukan wayang kulit Bekasi dibagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah bubuka, dimulai pada pukul 20.00 sampai tengah malam. Bagian ini menjelaskan keseluruhan cerita yang akan dipertunjukkan dengan diawali penjelasan Ki Dalang tentang cerita yang akan disajikan, kemudian dilanjutkan dengan tatalu, rajah, nyandera atau menjelaskan adegan-adegan yang akan dipentaskan (patetnem). Kedua adalah isi cerita, berlangsung dari tengah malam sampai kurang lebih pukul 03.00 dini hari. Bagian ini mempertunjukkan bagaimana beberapa persoalan dalam sebuah lakon dipecahkan (patetsanga). Ketiga adalah tutup kayon dari pukul 03.00 dini hari sampai pertunjukan selesai.
Dari segi gaya permainan, wayang kulit Bekasi sangat mungkin mendapatkan pengaruh dari wayang golek Sunda, sekalipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Bekasi (Betawi pinggiran). Namun pengaruh itu tetap terlihat pada intonasi dan narasi yang terikat dalam struktur melodi yang nyaris sama dengan pedalangan Sunda. Pertunjukan wayang kulit Bekasi diiringi dengan seni suara dan gending iringan Sunda yang berlaras salendro, serta aksen-aksen berupa tarompet, suling dan rebab. Adapun jenis-jenis musik atau komposisi yang dimainkan dalam pertunjukan wayang kulit Bekasi ini dapat digolong-golongkan dalam: musik pembuka, musik wayang, musik perang, musik hiburan, musik respon dan musik penutup.
Penampilan wayang kulit Bekasi dilengkapi dengan teknik lampu yang memberikan efek visual wayang yang dimainkan menjadi lebih hidup. Hal demikian sangat menarik perhatian penonton/masyarakat pendukungnya. Apalagi dalam cerita yang dibawakannya lebih akrab dengan penonton, misalnya cerita humor, adegan perang, pencak silat atau lagu dan tariannya. Beberapa cerita khas wayang kulit Bekasi antara lain Aji Sukirana, Barong Sapu Jagal, Muris Kawin, Semar Ketemu Jodoh dan lain-lain.
Dalam kemandiriannya, wayang kulit Bekasi ini terasa memiliki kekhasan tersendiri dalam setiap pertunjukannya. Keunikan wayang kulit Bekasi nampaknya dihasilkan oleh sifat kerakyatan pertunjukannya sendiri dengan memilih ciri yang mandiri. Tidak heran jika hingga sekarang, wayang kulit Bekasi tetap mendapat tempat di hati masyarakatnya yang sudah dikepung oleh jenis-jenis seni pertunjukan modern itu.
Sumber: https://wayang.wordpress.com/2010/03/06/wayang-kulit-bekasi/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |