Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur So'a, Flores
Watu Rere
- 17 November 2018

Watu Rere adalah seorang perempuan. Waktu itu semua nona-nona di alam kampung berkumpul untuk pergi bekerja berkelompok. Dalam kelompok itu (untuk) bekerja kebun, mereka setuju : “Kalau orang lain pergi bekerja kebun, bekerja sewa, kita membawa nasi sayur”. Demikian juga kalau bekerja bergiliran (dengan) teman baik. Waktu mereka akan bekerja untuk upah, mereka selalu membawa nasi, sayur dan santan kelapa. Tetapi kalau bekerja sewa untuk Watu Rere, dia hanya membawa nasi jali dan sayur jelek.

Ketika si Watu Rere minta kepada mama dan bapak, kakak dan adik, maka mama dan bapak hanya memandang saja. Apabila hasil oanenan berlimpah ruah, lalu dihantar dan disimpan di dalam rumah, maka segenap keluarga akan menikmati. Kalau dia memanggil (kelompok itu) untuk pergi ke kebun, si Watu Rere selalu hanya membawa makanan yang sama seperti setiap kali (yaitu) nasi jali dan sayur jelek. Teman-temannya tidak marah,” Sudahlah, teman bawa saja nasi jali yang baik, asal jangan mabuk.” Tetapi Watu Rere sangat susah hati.

“Apabila teman-teman membawa nasi beras dan sayur santan kelapa (biar) saya menarik diri saja”. Karena malu (karena) mama dan bapak tidak memberi (makanan yang baik” ia lalu meratap.

Watu Rere, Watu Rere
tanya mama, tanya bapak
tanya kakak, tanya adik
Watu Rere
Watu rere meratap, duduk di atas batu Loka Kedhu di sebelah atas. Biar teman-temannya menegur “O teman, jangan meratap, teman! Bawa nasi yang begitu, tidak apa-apa toh?” tetapi si Watu rere meratap terus saja.

Pada hari yang keenam, datanglah seorang laki-laki bernama Rere Wula, dia bertanya, “Kau menangisi apa?” Watu Rere menjawab “Saya ini menangis karena mama – bapak menolak saya, mengusir saya.” Katakan, bagaimana saya mau minta nasi untuk pergi kerja berkelompok dengan teman-teman. Mereka tidak memberi. Sekarang saya malu, saya menangis.

Pria itu menjawab, “Baiklah!” Sesudah itu laki-laki itu menghilang saja. Dia (Watu Rere) berbicara dalam dirinya, “Pemuda langit bernama Rere Wula.” Si Watu Rere terus saja merapat tetapi batu itu makin naik ke atas. Biar teman-temannya mengatakan: “Jangan, teman, kembali saja,” tetapi dia tidak mau. Sesampai di langit, tiba-tiba pintu rumah terbuka. Semua bapak mertua, mama mertua menyalami Watu Rere. “O, selamat pagi anak mantu, semuanya menyenangkan sekali”.

Rere Wula sudah lebih dulu tiba. Waktu sudah seminggu, orang dari sini mengantar (Watu Lele) sampai ke langit. Semua orang di atas langit, mama, bapakmeretuanya, lalu menyiapkan belis, demuanya genanp. Kerbau, rantai emas, kambing dan domba, anjing, ayam dan kuda. Sesudah itu, Watu Rere bersama suaminya Rere Wula meluai turun mengantar belis. Pintu langit terbuka, pada batu tadi akan terkumpul semua kerbau dan belis untuk datang mengantar kepada bapak dan saudara-saudaranya di bawah di bumi. Sesudah itu Watu Rere bersama suaminya Rere Wula mulai turun mengantar belis. Pintu langit terbuka (pada) batu tadi akan terkumpul semua kerbau (dan) belis (untuk) datang mengantarnya kepada bapak dan saudara-saudaranya di bawah bumi. Setelah itu bapak dan saudara-saudaranya memberi “me’a”. Mulai makan-minum habis dulu (hewan) yang dibunuh tadi, lalu mengenakan (Watu Re’e itu) dengan macam-macam kain adat. Mereka pulang kembali lewat watu itu, terus pulang lagi ke kampungnya di langit setelah mengantar belis.

Cerita ini dari orang Seso. Wate Re’e adalah gadis Seso. Pemuda langit namanya Rere Wula. Sejak saat itu hingga sekarang kerbau dan kuda mulai berkembang di So’a.

 

 

Referensi:

  1. Indotim (https://indotim.wordpress.com/cerita-rakyat-nusantara-2/cerita-rakyat-nusantara-v/5/)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline