×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Kabupaten Sumedang

Upacara Adat Ngalaksaka

Tanggal 31 May 2014 oleh Wahyu Angga Utama.

 

Ngalaksa merupakan upacara tradisional masyarakat Sunda yang dilaksanakan berhubungan dengan kesuburan lahan pertanian. Upacara ini merupakan ungkapan kepercayaan lokal masyarakatnya terhadap Nyi Pohaci dan Karuhun (roh-roh nenek moyang). Nyi Pohaci adalah nama lain dari Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi kesuburan.

Setiap musim panen kita bisa melihat tarian Rengkong pada event upacara adat Ngalaksa yang diiringi dengan tarian tradisional Ngalaksa yang diadakan setiap bulan Juni. Upacara adat Ngalaksa adalah sejenis upacara membawa padi ke lumbung, rengkong adalah sebuah gandar untuk membawa beras yang berlubang. Di dalam tarian rengkong gandar dibawa oleh orang-orang sambil berjalan menari ke lumbung padi.

Saat orang-orang berjalan menuju lumbung padi, lubang yang ada di dalam gandar menghasilkan bunyi musik yang memiliki ritme yang sama dengan orang yang berjalan mengikuti upacara tersebut. Masyarakat Rancakalong menggelar upacara adat Ngalaksa ini selama 1 minggu tanpa henti dengan diiringi seni tradisional tarawangsa.

Secara umum upacara adat ngalaksa mempunyai maksud  sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas kesuksesan dan keberhasilan atas panen yang diperoleh masyarakat di Desa Rancakalong. Ungkapan rasa syukur yang merupakan luapan kegembiraan atas kesuksesan panen yang diperoleh tersebut dibahasakan oleh masyarakat  Rancakalong dengan mempergelarkan berbagai tarian tradisional.

Upacara Ngalaksa merupakan kegiatan pembuatan makanan yang bernama laksa (semacam lontong), proses pembuatan laksa memegang peranan penting dan sentral di dalam ritual upacara. Upacara tersebut menggambarkan tahapan-tahapan kehidupan manusia yang dimulai dari dalam kandungan, lahir, menikah, dan mati. Upacara ini dipahami sebagai simbol komunikasi antara manusia dengan dunia atas. Simbol tersebut diwujudkan dalam bentuk material upacaranya, dan prilaku pelaku upacara, yang dapat dilihat melalui ekspresi estetis (seni). Bagi masyarakat Rancakalong upacara tersebut merupakan perpaduan antara pengalaman religius dan estetika yang diwujudkan dalam bentuk simbol. Melalui Ngalaksa masyarakat diingatkan kembali pada pengalaman siklus kehidupan manusia dalam bentuk simbol yang menghubungkan kehidupan perseorangan mereka dengan dunia atas, yaitu sebuah tempat Nyi Pohaci dan Karuhun berkuasa.

Dalam upacara adat Ngalaksa ada yang disebut penyelenggara teknis, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan upacara, melaksanakan rangkaian upacara. Para penyelenggara teknis yaitu orang-orang yang mempunyai garis keturunan dengan para sesepuh. Artinya tugas-tugas yang dikerjakan berupa warisan turun temurun dari generasi tua ke generasi muda selaku calon penerusnya. 

Penyelenggara teknis dalam upacara adat Ngalaksa diantaranya:

  1. Ketua Rurukan atau Ketua Kampung, yaitu tuganya memimpin upacara serta mengatur jalannya upacara. Ketua rurukan yang membuka acara dan diawal memberikan contoh kepada peserta upacara mengenai semua kegiatan yang 12 akan dilaksanakan. Seorang ketua rurukan harus bisa menjaga sehingga jalannya upacara tidak keluar dari kaidah khususnya dalam upacara;
  2. Juru Ijab atau Wali Puhun, yaitu tokoh yang tugasnya selaku mediator yang mengucapkan mantra-mantra dan do’a untuk roh para leluhur. Juru Ijab harus hapal mantra dan do’a dalam upacara. Juru Ijab merupakan sesepuh paling tua dalam jajaran struktur upacara, atau bisa disebut juga ketua adat;
  3. Candoli, yaitu tokoh yang tugasnya menunggu dan mengerjakan segala pekerjaan dan keperluan di tempat penyimpanan sesaji (goah);
  4. Saehu, seorang penari sakral khusus dalam upacara. Saehu seperti primadona diantara penari-penari lain. Ada juga saehu perempuan yang fungsinya hampir sama dengan saehu laki-laki. Tokoh saehu perempuan ini biasanya istri dari salah satu sesepuh;
  5. Juru tulis, yaitu tokoh yang tugasnya menerima dan mencatat sumbangan dari warga masyarakat untuk keperluan upacara. Setelah selesai upacara, juru tulis membagi-bagikan lontong kepada semua peserta upacara sebagai balas jasa;
  6. Petugas-petugas lainnya, diantara petugas yang menumbuk padi, membuat laksa, memasak, merebus, membungkus, dan menerima tamu.

Untuk membedakan antar penyelenggara upacara dengan masyarakat awam lainnya, setiap petugas memakai tanda khusus, yaitu memakai selendang yang dipasang dari bahu sebelah kiri ke pinggang sebelah kanan.

Upacara adat Ngalaksa dilaksanakan kurang lebih selama tujuh hari. Secara umum upacara dilaksanakan dalam beberapa tahap utama, yaitu:

  1. Babadamian atau Berunding/ Tahap Persiapan Babadamian atau berunding merupakan tahap persiapan yang dilaksanakan sebelum diadakan kegiatan upacara. Dalam tahap persiapan ini para sesepuh dari masyarakat setempat terlebih dahulu mengadakan suatu permusyawaratan yang maksudnya untuk saling mengingatkan bahwa bahwa sekarang sudah tiba waktunya untuk memenuhi tuntutan tradisi warisan nenek moyang dengan 14 melaksanakan upacara adat Ngalaksa. Dalam pertemuan ini segera diadakan mufakat tentang kapan waktu, tempat dan segala sesuatu yang berkaitandengan upacara tersebut.
  2. Bewara atau Pengumuman Bewara disini dimaksudkan untuk menyampaikan hasil perundingan kepada masyarakat, mulai jadwal pelaksanaan sampai ke perlengkapan apa saja yang harus dipersiapkan. Selain mempersiapkan perlengkapan upacara, masyarakat juga menyiapkan fisik dan mental karena suasana pada waktu upacara meupakan suasana yang sakral.
  3. Ijab Kabul Setelah jadwal pelaksanaan kegiatan upacara disampaikan dalam tahap bewara oleh sesepuh, di tempat tersebut dilakukan ijab Kabul, yaitu tahap juru ijab (seorang sesepuh) akan membacakan ijab dan Kabul yang diakhiri dengan baca do’a.
  4. Mera Mera yaitu membagi-bagikan hasil sumbangan dari masyarakat untuk keperluan acara. Sumbangan ini dikumpulkan selama 10 hari masa jeda dari ijab Kabul. Sumbangan bisa berupa uang, padi, dan makanan yang kebanyakan merupakan hasil bertani. Pertama, dibagikan kepada pegawai; kedua, untuk belanja keperluan upacara; ketiga, buruh untuk para penabuh alat musik; keempat, untuk bahan membuat laksa.
  5. Ngalungsurkeun atau Menurunkan Setelah selesai mempersiapkan persiapan, tahap pertama yaitu menurunkan padi yang sebelumnya disimpan di lumbung. Juru ijab membuka tahap ngalungsurkeun, lalu membakar menyan yang dimaksudkan agar para leluhur memberi keselamatan selama pelaksanaan upacara. Selanjutnya seorang saehu laki-laki memulai berkeliling di bangunan utama tempat menyimpan padi sebanyak 5 kali, diikuti oleh penari lain yang banyaknya 4 orang. Lalu masuk ke lumbung untuk menurunkan padi ke luar. Selanjutnya diikuti oleh saehu perempuan dan para pengikutnya. Selama pelaksanaan diiringi oleh alat musik kesenian Tarawangsa.
  6. Nginebkeun atau Menyimpan Tahap Nginebkeun disini dilakukan oleh saehu perempuan setelah proses tari yang ditemani oleh saehu laki-laki. Dimulai oleh saehu laki-laki yang berputar 3 kali, diikuti oleh saehu perempuan yang membawa dupa yang berisi sasajen dan tempat yang berisi beras yang telah melewati proses penumbukkan. Setelah itu selanjutnya saehu perempuan masuk ke lumbung untuk menyimpan beras yang telah dibawa.
  7. Hiburan Hiburan ini dilaksanakan pada hari kedua sampai hari keempat. Giliran pertama oleh para tamu undangan. Diiringi oleh alat musik Tarawangsa.
  8. Meuseul atau Menumbuk Padi Meuseul dalam arti yang sebenarnya adalah memijat. Arti meuseul dalam upacara adat Ngalaksa maksudnya menumbuk. Meuseul dilaksanakan 2 kali, pertama yaitu setelah tahap ngalungsurkeun. Kedua, dilaksanakan pada tahap lekasan. Dalam tahap ini meuseul maksudnya menumbuk beras menjadi tepung, atau disebut juga proses nipung.
  9. Lekasan atau Selesai Tahap lekasan merupakan tahapan puncak dalam proses upacara adat Ngalaksa. Lekasan dilaksanakan pada hari kelima atau hari penutupan. Tahap lekasan terdiri dari:
  • Ngaguar; mengaduk-ngaduk, membolak balikan beras selama 4 hari.
  • Nipung
  • Ngadonan atau membuat adonan; tepung beras dicampurkan dengan bahan lainnya dalam lesung.
  • Mungkus atau membungkus; setelah semua adonan selesai, selanjutnya adonan dibungkus oleh daun congkok yang dibentuk menjadi segitiga. Setelah itu direbus dan disajikan sambil menari sambil diiringi musik Tarawangsa.
  • Ngaleer Untuk keperluan Ngaleer, disiapkan 9 papan yang panjangnya 1,5 meter, lebar dan tebalnya 2 meter. Papan tersebut atasnya memakai daun pisang 16 yang diolesi oleh minyak kelapa agar mudah untuk membuat ulen laksa. Adonan yang sudah dibungkus tadi yang berisi beras akan dibuka kembali, dicampurkan, dibola-balik sampai empuk dan mudah dibentuk. Sedangkan adonan yang berisi beras bungsu tadi tidak dibuka kembali, tapi dibagikan kepada para pemberi sumbangan.

Upacara adat Ngalaksa dianggap sebagai kegiatan tradisi yang bersifat sosio religius. Nilai kemasyarakatan disertai dengan sifat religius tentunya membutuhkan pemikiran yang matang sehingga fungsi dan maksud adanya upacara sejalan dengan tujuan diadakannya upacara. Menurut tradisi, dulunya upacara adat Ngalaksa dilaksanakan 3 atau 4 tahun sekali. Tetapi mulai tahun 1985 setelah para sesepuh adat mengadakan musyawarah dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kabupaten Sumedang, upacara menjadi dilaksanakan setahun sekali, yaitu pada bulan Juni.

 

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...