Ulos Bintang Maratur ini adalah jenis Ulos yang paling banyak digunakan di dalam acara-acara adat Batak.Menurut informasi, ada dua jenis Ulos Bintang Maratur. Atau lebih tepatnya ada dua jenis asal pembuat jenis ulos ini, yakni dari Tapanuli (Tarutung) dan Toba (Balige dan Samosir sekitarnya). Bisa dikatakan motif dan corak hampir sama, yaitu motif zigzag mirip gelombang nadi (turun-naik) atau lebih mirip dengan gambaran gelombang suara/ audio.
Ulos Bintang Maratur yang berasal dari Tapanuli Utara (Tarutung) itu memiliki motif tambahan yakni berupa gambar bintang besar di bagian kepala ulos atau di kedua bagian ujung ulos tersebut. Sementara yang berasal dari Toba tidak memiliki motif tambahan. Ulos ini sudah jarang sekali ditenun manual, hanya berapa saja yang bertahan bertenun manual dan hal ini masih ditemukan di daerah Tarutung saja.
Makna dan fungsi Ulos Bintang Maratur ini memiliki fungsi yang berbeda juga sesuai dengan daerah masing-masing. Khususnya di daerah Toba, ulos ini biasanya diberikan pada saat syukuran atau selamatan atas kehamilan ibu di bulan ke tujuh. Diberikan oleh orangtua dari pihak perempuan untuk anak perempuannya, dan acara adat ini sering disebut acara Pitu Bulanan (7 Bulanan). Dan juga ulos ini dapat diberikan kepada Pahompu (cucu) pertama yang baru lahir sebagai ulos parompa (kain gendongan), yang bermakna agar dengan anak yang baru lahir ini pertanda akan lahir lagi anak yang berikutnya.Khusus yang beragama Kristen, biasanya ulos ini diserahkan sesudah acara babtisan di Gereja.
Berbeda di daerah Tapanuli (Tarutung sekitarnya). Ulos Bintang Maratur ini khusus diberikan kepada anak/ keluarga yang melakukan adat memasuki rumah baru. Bagi orang Batak adalah suatu kebanggan besar dimana seorang anak/ keluarga dapat mandiri dengan berhasil membangun dan mendirikan rumah sendiri. Ini adalah suatu prestasi besar bersosial di masyarakat Batak. Dimana keberhasilan ini dianggap merupakan berkat yang sangat berharga yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa untuk keluarga tersebut. Dan ulos ini bisa diberikan oleh orangtua kepada Anaknya.
Pada intinya Ulos Bintang Maratur ini adalah sebagai perantaran ucapan suka cita atau berita gembira yang diberikan kepada orang-orang tertentu yang mendapat berkat/ rezeki agar semua orang disekitarnya juga turut merasakan kebahagian. Seperti sinar bintang yang memberikan cahaya kecil disekitarnya, demikian jugalah makna dari Ulos Bintang Maratur.
Sumber: https://www.gobatak.com/yuk-mengenal-ulos-bintang-maratur-lebih-dekat/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja