Ucing Jidar adalah sebuah permainan berasal dari dua suku kata yaitu ucing (artinya kucing) dalam hal ini artinya orang yang jaga dan jidar (artinya penggaris) tapi bukan berarti bermain menggunakan penggaris, melainkan menggunakan kayu, dahan atau benda-benda yang tipis dan panjang.
Permainan ini dimainkan 3 orang atau lebih, menuntut anak-anak untuk melompati jarak dan langkah yang telah ditentukan oleh pemain pertama.
Cara menentukan siapa yang jaga berbeda beda setiap daerahnya ada yang hompimpa dengan lirik:
"Hompimpa alaikum gambreng
Nya Ijah pakai baju rombeng"
Selagi menyanyikan lagu hompimpa anak anak membolak-balikkan tangannya sampai lagunya selesai, dan ketika lagu berakhir setiap anak menentukan posisi telapak tangannya diatas atau dibawah. Jika beda sendiri dia yang jaga atau diambil yang posisi telapak tangannya sama dan jumlahnya sedikit, akan ditentukan lagi dengan cara hompimpa atau suit.
Ada juga sebagian daerah yang menentukan ucing dengan cara bersenandung:
"Cing ciripit tulang bajing kacapit kacapit kubulu pare
Bulu pare seuseukeutna jol padalang
Mawa wayang jekjeknong"
Senandung ini dinyanyian saat anak-anak menyimpang jari telunjuk di telapak tangan teman sebelahnya dengan posisi melingkar. Ketika senandung itu selesai diakhiri kata "jekjeknong" telapak tangan tersebut akan dilepaskan dan anak yang telunjuknya terjepit dialah yang akan menjadi ucing.
Aturan bermain ucing jidar
Anak yang berperan sebagai ucing menyiapkan alatnya dan menentukan jarak kedua kayu, biasanya dimulai dengan satu langkah
Anak yang bermain pertama melompati kayu dan anak yang dibelakangnya mengikuti langkah anak pertama. Misalnya anak pertama bisa melewati jarah antara kayu dengan 2 langkah, maka anak yang dibelakang pun harus mengikuti 2 langkah.
Apabila ada anak yang tidak bisa mengikuti jarak dan langkah yang telah ditentukan, maka anak itu menjadi ucing
Jarak antara dua kayu semakin lama semakin lebar
Sumber: pengalaman pribadi
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...