Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang saat ini sedang menjadi sorotan pariwisata dunia. Mulai dari wisata alamnya yang penuh keajaiban, adat daerah yang begitu kental, dan kain tenun buatan tangannya yang telah menjadi salah satu trending fashion mancanegara. Selain Kupang dan Labuan Bajo, Flores, daerah Sumba pun seharusnya sudah tidak asing lagi di zaman ini karna beberapa film layar lebar dan influencer ternama yang sudah terpikat dan mulai mengangkat nama Sumba ke media.
Selain mereka, aku pun gabisa lepas dari Sumba karna Ayahku yang lahir dan besar di sana, di sebuah kota kecil bernama Waingapu. Makanya, sejak kecil akupun sudah dikenalkan dengan budayanya. Dari begitu banyak hal yang bisa aku pelajari, aku paling tertarik dengan tradisi acara yang ada di sana dan keeratan persaudaraannya.
Kata ayahku, apapun yang terjadi pada seseorang di sana, akan dirasakan oleh seluruh warga dan keluarga terdekat. Di setiap acara yang diadakan di sana, dengan tema apapun, baik adat ataupun personal, tamunya pasti akan membawa sesuatu untuk si tuan rumah. Sesuatu itu bisa dalam bentuk uang, hewan ternak, atau kain tenun. Jumlahnya pun sesuai kemampuan dan kerelaan masing-masing. Kebiasaan ini disebut dengan tradisi kumpul tangan. Sebenarnya sama sekali gaada peraturan tertulisnya, tapi hal ini udah jadi salah satu tradisi dan kebiasan turun menurun yang dianggap sebagai tatakrama bertamu di sana. Walaupun emang sih kalau di musim liburan dan acara, tamu-tamu pun ada yang ngeluh karna tekor. Tapi, keluhan hanya sebatas bibir kok. Hati mereka tetap tulus melakukan tradisi ini untuk nunjukin keterlibatan mereka dalam persaudaraan.
Gak cuman itu, di setiap acara, para tamu juga pasti akan berkumpul dan ngelakuin Ja’i. Apaan tuh Ja’i? Nah, Ja’I itu bisa dibilang tarian Poco-Poco -nya Nusa Tenggara Timur. Semacam flashmob gitu, loh. Biasanya tarian ini bakal dilakuin di akhir acara dimana akan ada orang yang memimpin gerakan dan yang lain mengikuti. Gerakannya pun ga susah kok, cuman ngulang-ngulang aja. Tapi… heboh dan suasana hangat dari begitu banyak orang yang belum tentu kenal satu sama lain tapi disatukan lewat kesamaan budaya, ngebuat tradisi ini selalu asik buat diikutin dan gak boleh sampai kelewat.
Kedua tradisi itu selalu ada di acara yang diadakan oleh warga Sumba dan menurutku bisa banget sih untuk dicontoh. Gimana semua orang dianggap keluarga, tanpa ngeliat keasingannya. Aku pribadi yang sebenarnya bukan berasal asli dari Sumba tapi tetap berada di tengah mereka aja bener-bener kerasa diterima seperti saudara kandung. Apalagi kalau lagi Ja’I rame-rame, bikin gamau pulang, maunya digoyang!
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang