|
|
|
|
Tugas Laki-Laki Suku Matrilineal Indonesia, Minangkabau Tanggal 05 Aug 2018 oleh Oskm18_16818044_seruni . |
Sebagai salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia yang menempati dataran tinggi barat pulau Sumatera, sebanyak empat juta jiwa beretnis Minangkabau, kelompok ini terkenal di Indonesia akan keunikannya yaitu menerapkan matriarki dalam kehidupan kesehariannya. Masyarakat ini terbentuk dari koeksistensi antara sistem matrilineal dan sebuah filsafat berdasar alam yaitu adat.
Di dalam kelompok matrilineal Minangkabau ini aset-aset seperti tanah dan properti (bangunan tsb) diwariskan kepada perempuan dalam keluarga berdasarkan garis keturunan ibu, hal ini berbanding terbalik seperti sistem patriarki yang berdasarkan garis keturunan ayah. Dalam keluarga, figur perempuan tertua (nenek) dianggap menjadi pilar utama dalam keluarga, sementara figur paman (kakak atau adik laki-laki ibu) dari sudut pandang si cucu mempunyai tanggungjawab terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian, biaya hidup (jikalau ayah dari cucu tersebut kurang mampu), membimbing kemenakan, hal ini dilandasi oleh prinsip yang mereka anut yaitu,
Anak dipangku, kemenakan dibimbing
Walau dia (paman) sudah mempunyai anak, Ia tetap bertanggungjawab terhadap kemenakan perempuannya.
figur mamak (paman) ini ketika kemenakan perempuannya akan menikah, ia berperan besar dalam mengurus prosesi pernikahan tersebut selain ibu dan bapaknya.
Anak laki-laki dalam kelompok Minangkabau sejak menginjak umur 6 tahun mereka akan menamba ilmu di sebuah surau (masjid kecil), di mana mereka akan diajari tentang adat-istiadat, agama, dan lain-lain, setelah itu ketika beranjak remaja mereka akan pergi meninggalkan kampung untuk merantau ke daerah lain, di mana mereka akan mencari nafkah untuk diri sendiri dan juga keluarganya (ibu dan saudara-saudaranya, terutama yang perempuan), biasanya dengan berdagang. Di sana mereka juga akan mengunjungi sanak-keluarganya yang telah dahulu merantau. Setelah berhasil dalam pekerjaannya, mereka akan dijodohkan dengan perempuan di kampungnya. Merantau ini juga didasari oleh sebuah prinsip yaitu,
Merantau dulu bujang, di kampung berguna belum.
Walau adanya posisi spesial terhadap perempuan dalam kelompok ini, matriarki Minangkabau tidak berarti mutlak kepemimpinan oleh perempuan. Minangkabau percaya bahwa dalam membuat sebuah keputusan dibutuhkan konsensus di antara dua belah pihak (perempuan dan laki-laki), jadi tidak ada yang lebih dominan, mereka sama-sama melengkapi satu sama lain.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |