|
|
|
|
Tradisi “Balimau” di Lubuk Sikaping, Pasaman – Sumatera Barat Tanggal 14 Aug 2018 oleh OSKM18_19818132_Aisyah Fitriani. |
Indonesia terkenal dengan negara yang “kaya”baik dari segi alamnya, juga masyarakatnya yang heterogen dengan beragam kultur budaya dari berbagai daerah. Disini saya ingin menyajikan sebuah tradisi untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang di daerah kami disebut dengan tradisi “Balimau”.
Kota kecil kami Lubuk Sikaping terletak di Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Kota ini sekaligus merupakan ibu kota Kabupaten Pasaman. Lubuk Sikaping merupakan daerah yang masih kental adat dan kebudayaannya. Dimana sesuai pepatah minangkabau “Adat basandi syarak, Syarak basandi Kitabullah” artinya Adat berdasarkan kepada Agama dan Kitab Allah. Kota kecil ini ditempati oleh berbagai suku yang masing-masing dikepalai oleh pucuk adat yang dikenal dengan sebutan “Datuak”. Datuak/ Datuk merupakan kepala adat suatu kaum.
Tradisi Balimau ini merupakan tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Disini ada dua nagari yaitu Nagari Durian Tinggi dan Nagari Pauh. Secara adatnya datuk yang ada di Nagari Durian Tinggi adalah Datuk Bandaro Kuniang yang ingin mengunjungi sekaligus memohon maaf karena menyambut bulan suci Ramadhan kepada ayahnya yaitu Datuk Majo Indo yang menjadi penghulu adat di Nagari Pauh.
Prosesinya dimulai dengan arak-arakan para datuk dari Nagari Durian Tinggi lengkap dengan para bundo kanduang dan para putri rumah gadang yang diiringi alat musik tradisional yakni gandang dan talempong. Begitu juga para datuk dari Nagari Pauh datang dari arah berlawanan. Dari masing-masing rombongan para datuk ini membawa grup silat yang nantinya bertemu disebuah mesjid yakni “Mesjid Raya Pauh Durian Tinggi”. Grup silat saling unjuk kebolehan yang diakhiri dengan saling bersalaman. Setelah itu para penghulu adat kedua nagari saling bersalaman dan bermaaf-maafan pertanda akan memasuki bulan suci Ramadhan dan diikuti oleh seluruh masyarakat yang menghadiri acara tersebut. Prosesi ini biasanya juga dihadiri oleh pimpinan daerah yaitu bupati dan unsur – unsurnya. Para bundo kanduang yang membawa mangkok berisi air yang dicampurkan dengan bunga-bunga membagikan kepada masyarakat yang hadir. Air ini diusapkan ke kepala yang disukai oleh masyarakat sekitar sebagai tanda bahwa mereka siap memasuki bulan suci Ramadhan.
Acara yang dimulai selepas ashar ini akan berakhir tepat pada azan maghrib. Selanjutnya para penghulu adat dan orang-orang yang hadir akan melakukan sholat maghrib berjamaah di Mesjid Raya Pauh Durian Tinggi.
Demikianlah acara yang masih berlaku sampai sekarang. Yang menandakan masyarakat Lubuk Sikaping sangat antusias dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |