Seperti namanya "topeng dalang", dua unsur yang memegang peranan penting adalah topeng dan dalang. Topeng berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan tokoh-tokoh yang dikehendaki, sedangkan dalang berfungsi sebagai pembawa ceritera atau pengatur tingkah laku. Karena pemain atau pelaku mengenakan topeng, tentu agak sulit untuk berbicara dengan baik dan jelas. Maka dialog tidak langsung dilakukan oleh pemain, dalam hal ini dalang yang bertugas melontarkan ucapan-ucapan sesuai dengan gerakan pemain. Untuk itu biasanya seorang dalang dituntut mempunyai kemahiran dalam berbagai jenis suara dan menguasai dengan baik kisah-kisah wayang yang dilakonkan
Untuk mengetahui siapa yang sedang berbicara, penonton dapat membedakan dari nada, warna suara tertentu yang diucapkan oleh Ki Dalang dan juga dapat ditangkap dari gerakan;gerakan yang dilakukan oleh pemain.
Topeng yang dikenakan oleh pemain dapat mengekpresikan karakter-karakter tertentu seperti kasar, lembut, gagah, halus, jahat, baik dan sebagainya. Dengan demikian topeng merupakan pengucapan visual karakter tokoh-tokoh yang diperankan oleh pelaku. Secara garis besar, karakter topeng-topeng diwujudkan dalam bentuk hidung, mata, mulut dan juga warna topeng.
Selain itu warna juga dimaksudkan untuk menggambarkan tokoh-tokoh Warna merah menunjukkan tokoh berwatak angkara, jahat, berani. Merah jambu menggambarkan tokoh yang keras hati, warna biru tua menggambarkan tokoh dengan kekuatan magis, biru telur menunjukkan tokoh baik hati, putih menunjukkan kesucian dan hitam menggambarkan tokoh yang bijak dan teguh.
Mengenai warna antara satu daerah dengan daerah lain tidak selalu sama. Demikian pula ciri-ciri bentuk lainnya yang telah dikemukakan di atas tidak semua dapat diterapkan secara mutlak. Antara daerah yang satu dengan yang lainnya selalu ada perbedaan ciri bentuk topeng.
Di samping topeng yang memberikan karakter tokoh peran, busana juga merupakan ciri yang memberikan identitas. Dalam hal tersebut tampak antara lain busana kepala. Tokoh raja umumnya mempergunakan topeng atau mahkota. Para punggawa mempergunakan gelang kalung, putri menggunakan gelang keputren. Terdapat pula beberapa jenis bentuk yang khusus dipergunakan oleh tokoh Kelana Sewandana bila mengambil lakon panji.
Pada umumnya pemeran laki-laki bertelanjang dada tetapi jika tokoh laki-laki tersebut dimainkan oleh seorang wanita maka biasanya dikenakan baju atau penutup dada sampai pinggang.
Mengenai lama pertunjukan, tidak pada ketentuan yang pasti. Umumnya tiga sampai empat jam, bahkan hingga semalam suntuk. Saat ini malah ada yang mempersingkat menjadi satu setengah jam, yang merupakan fragmen garapan baru berdasarkan pola penciptaan koreografis. Biasanya dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan tari dan karawitan atau perkumpulan amatir di kalangan para terpelajar. Sedangkan pertunjukan yang dilakukan oleh golongan "rakyat" selalu mengikuti pola-pola tradisional yang tidak mengenal konsep dramatik ataupun koreografi. Bagi pertunjukan rakyat yang terpenting adalah mampu memberikan hiburan, komunikatif dan memenuhi selera masyarakat lingkungannya yang tradisional pula.
Pembagian pemeran dilakukan oleh dalang yang dalam hal ini bertindak sebagai pimpinan pertunjukan. Dalam memilih pemain, diperhatikan keadaan fisik (perawakan). Roman muka dan warna suara tidak terlalu diperhatikan, karena fungsinya akan digantikan oleh topeng dan dalang. Dengan demikian peranan putri pun mudah dilakukan oleh pemain laki-laki, seperti telah menjadi kelaziman pada pertunjukan topeng-dalang di Malang dan sekitarnya. Pada belakangan ini telah dilakukan campuran, pemain perempuan disamping dapat memainkan tokoh putren, juga untuk tokoh-tokoh satria alusan (istilah wayang: bambangan) seperti Arjuna dan sejenisnya. Sedangkan tokoh gagahan tetap diperankan oleh laki-laki.
Sebelum dilakukan pementasan, sesuai dengan tradisi, dilakukan upacara. Ki Dalang duduk di tengah-tengah pentas menghadap ke arah penonton. Di tengah-tengah ada tempat pembakaran dupa, topeng-topeng yang akan dipakai dijejerkan di depan Ki Dalang. Kemudian pelaku masuk satu demi satu dalam pakaian pentas tetapi tanpa topeng, kemudian duduk mengitari Ki Dalang. Setelah dibaca mantera-mantera dan beberapa topeng diasapi, baru kemudian dibagikan kepada para pemain.
Sementara itu gamelan berbunyi terus dan dogdogan (suara ketukan Ki Dalang) sebagai tanda dimulainya pertunjukan dibunyikan setelah gamelan berhenti. Pertunjukan dimulai dengan urut-urutan adegan yang hakikatnya mengikuti pola tertentu dan tetap. Hal tersebut berlaku bagi lakon apa pun.
Kini topeng-dalang masih tetap digemari dalam masyarakat. Umumnya dipentaskan bila terdapat keramaian atau hajad seperti mantu, khitanan, merayakan hari nasional, maupun untuk menyambut tamu-tamu negara dan wisatawan.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1052/topeng-dalang
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...