Makassar merupakan salah satu ibu kota yang terletak disisi selatan provinsi Sulawesi Selatan, pada saat itu kota ini masih memegang paham kerajaan dimana pada saat itu masih dipimpin oleh kerajaan Gowa – Tallo didalam legenda orang – orang terdahulu mempercayai bahwa kerajaan Gowa dipimpin oleh putri yang turun dari khayangan atau biasa disebut dengan Tumanurung Bainea. Sosok putri itu dipercaya sengaja diturunkan dari langit untuk memimpin dikarenakan kerajaan Gowa dilanda perang saudara.
Tumanurung bukan merupakan nama asli itu hanyalah gelar yandiberikan oleh seseorang yang dipercaya sengaja diturunkan oleh Dewa untuk memberikan petunjuk sebagaimana Tumanurung bukanlah orang yang sembarangan diturunkan dari lanit, kebetulan pada saat itu kerajaan Gowa masih memegang paham animisme.
Dalam konsep animisme yang mempercayai adanya dewa yang turun dari langit adapula dewa yang berasal dari air. Berdasarkan konsep tersebut nama Tumanurung berasal dari langit sedangkan sosok Raja yang dipercaya berasal dari air Karaeng Bayo (Bayo=Air) yang kemudian menjadi suami seorang Tumanurung. Konsep Tumanurung sebagai Raja Gowa pertama ini juga dianut oleh beberapa daerah bekas kerajaan di Sulawesi Selatan, seperti di Luwu, Bone, Toraja, Enrekang, Mandar dan beberap daerah lainnya.
Sebelum datangnya Tumanurung di Tanah Gowa yakni pada masa Gowa Purba, dapat diketahui bahwa ada empat Raja yang pernah mengendalikan Gowa yakni;
Pada saat itu kerajaan gowa mengalami perpecahan dimana perang saudara sedang berkecemuk di zaman itu, perang antara gowa selatan dan utara memanas di seberang sungai je’neberang. Paccallayya selaku tokoh Federasi tak mampu lagi mengatasi perang saudara tersebut, itu dikarenakan Paccallaya hanya sebagai lambang dan tak mempunyai pengaruh yang begitu kuat pada anggota persekutuannya yang masing – masing punya hak otonom.
Maka dari itu untuk meredam peperangan diperlukan seorang figure yang bisa diterima oleh semua pemimpin kaum dan rakyatnya. Suatu saat terdengan kabar angin yang katanya turunlah sosok Tumanurung dari bukit Tamalate. Dan beberapa tokoh adat bergegas menuju bukit tersebut diselah –selah penantian mereka menyaksikan seberkas cahaya dari atas langit. Cahaya tersebut kemudian turun secara perlahan kemudian sampai di Bukit Tamalate. Paccallaya beserta tokoh – tokoh adat tersebut duduk diatap bukit tersebut kemudian sosok cahaya tersebut menjelma menjadi seorang putri kemudian sosok tersebut kemudian diyakini adalah utusan dewa untuk memimpin dan menjadi penerang untuk kerajaan Gowa.
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.