Toga Sinaga
Toga Sinaga sama juga dengan Tugu Sinaga. Toga Sinaga terletak di Huta Sinaga Uruk Negeri Urat Samosir, Sumatera Utara. Di depan gerbang Toga Sinaga terdapat patung harimau. Harimau ini diyakini yang menemani si Boru Pareme dari mengandung sampai melahirkan. Harimau ini yang menjaga dan memberi makan Boru Pareme. Setelah Boru Pareme melahirkan, Toga sinaga diajarkan ilmu bela diri oleh harimau ini . Harimau ini disebut si Telpang karena kaki depan harimau ini cacat. Tulisan pada Toga Sinaga ditulis secara vertikal sesuai dengan Toga dan berwarna emas . Toga Sinaga memiliki tinggi 17 m. Tinggi Toga ini memiliki arti saat perancangan pembangunan Toga Sinaga dilakukan pada saat generasi ke 17 Sinaga. Sinaga dikenal dengan istilah Si Tolu Ompu Si Sia Ama yang artinya Si Tiga Ompu ( Kakek) Si Sembilan Bapak. Istilah Si Tolu Ompu ini dalam Toga Sinaga dilambangkan dengan Batang Tugu berbentuk "Segitiga Sama Kaki", yang artinya yaitu : 1.Sinaga Bonor 2.Sinaga Ratus 3.Sinaga Huruk (Sagi Raja)
Istilah Si Sia Ama dilambangkan dengan Anak tangga sebanyak "9 (sembilan) anak tangga yang artinya yaitu: 1.Sinaga Bonor Pande 2.Sinaga Bonor Tiang Ditonga 3.Sinaga Bonor Suhut NI Huta 4.Sinaga Ratus Nagodang 5.Sinaga Ratus Sitinggi 6.Sinaga Ratus Siongko 7.Sinaga Uruk Hatahutan 8.Sinaga Uruk Barita Raja 9.Sinaga Uruk Datu Hurung
Di ujung Tugu terdapat miniatur Hatian (Timbangan) yang melambangkan sifat "Keadilan" yang merupakan cerminan (gambaran) sifat dari Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 yang selama hidupnya berprilaku dan bertindak adil, jujur dan tulus, sehingga Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 diberi julukan, sebagai berikut: 1.Ompu Palti Raja 2.Ompu Palti Pandapotan 3.Par Niggala Sibola Tali 4.ParHatian Sora Monggal 5.Par Parik Sinomba ni Gajah, naso tarangkat manuk sabungan. Hatian (timbangan) dan kelima julukan dari Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 menggambarkan seruan kepada seluruh keturunan Toga sinaga agar dalam kehidupannya berprilaku dan bertindak secara adil, jujur dan tulus dengan semangat kuat dan tangguh. Pada ujung Tugu pada tiga sisinya terdapat cermin yang melambangkan "Intropeksi Diri", yaitu bahwa Marga Sinaga dalam setiap berpikir, berbicara, bertindak dan mernecanakan segala sesuatu harus "penuh ketelitian" agar tidak terdapat kesalahan dan apabila ada kesalahan mau mengintropeksi diri agar tidak melakukan kesalahan . Di pelataran sebelah kanan dari Tugu terdapat miniatur Rumah Adat yang melambangkan Jabu Parsantian (Rumah Pusaka atau Tempat Tinggal atau Tempat Bersantai). Di pelataran sebelah kiri dari Tugu terdapat miniatur Rumah Sopo yang melambangkan Rumah Penyimpanan Padi dan Barang-barang Pusaka. Tepat dibelakang Tugu terdapat 3 harimau berwarna kuning hitam dan berdiri terpisah , ini menandakan Toga Sinaga memiliki tiga anak yaitu Sinaga Bonar, Sinaga Ratus, Sinaga Huruk ( Sagu Raja). Didinding belakang Toga Sinaga terdapat sejarah dan silsilah Sinaga.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang