Tino’tok. Ini dia makanan Manado olahan dari tulang. Biasanya tulang babi sih. Tino’tok memang jarang ditemukan di restoran Manado karena bahannya yang tidak selalu tersedia. Biasanya disajikan pada persiapan pernikahan jaman dulu, (sekitar tahun 80an ke bawah) dan sekarang memang sudah jarang diterapkan.
Saya mengenal makanan ini di Langowan. Hidangan inipun disajikan pada pesta pernikahan dengan sistem “Kuanen”. Saya cerita dulu apa itu “kuanen”. Kuanen adalah sistem pernikahan ala jadul (jaman dulu) yang sekarang memang sudah tidak praktis lagi untuk diterapkan. Dalam sistem kuanen ini, acara pesta dipersiapkan oleh keluarga besar. Lalu, misalkan pesta pernikahannya akan diselenggarakan pada hari Sabtu, sejak hari Kamis sore atau Jumat pagi, keluarga sudah mulai berkumpul dan bersama sama membantu tuan pesta untuk mempersiapkan pestanya. Termasuk memasak bareng di dapur sambil bercengkerama antar keluarga. Hal ini memang menimbukan ikatan kekeluargaan yang erat. Nah, ketika kerabat sudah mulai berdatangan, sejak itulah sudah mulailah acara “pesta kecil” seperti menjamu keluarga dan pihak pihak yang membantu persiapan acara pernikahan. Acara penyembelihan hewanpun sudah dimulai. Tetapi makanan yang disajikan hanyalah makanan yang praktis untuk dimasak. Oia, biasanya untuk acara ini selalu dipakai daging babi. Jarang ada daging ayam. Apalagi sapi. Biasanya yang dihidangkan hanyalah masakan berkuah dan daging bumbu ala kadarnya. Sedangkan untuk tulang tulang babi biasanya dikumpulkan sendiri untuk dimasak tino’tok ini.
Tino’tok biasanya ada pada persiapan pesta pernikahan. Kalau sudah resepsi nikahnya, Tino’tok sudah tidak disajikan lagi.
Tulisan inipun saya turunkan untuk sebatas informasi, mengingat susahnya menyiapkan masakan ini. Dan berharap semoga budaya dan kuliner Minahasa menjadi lebih dikenal oleh kalangan luas
Bahan
Cara membuat Tino'tok:
Sumber:
https://aneka-resep-masakan-online.blogspot.co.id/2016/08/resep-tinotok-khas-manado.html
 
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
 
                     
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
 
                     
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang
