Tifa Totobuang sebenarnya berasal dari dua nama alat musik yang merupakan alat musik tradisional Maluku. Tifa adalah sebuah alat musik pukul menyerupai gendang yang mempunyai selaput pukul terbuat dari kulit. Alat musik ini memang dikenal sebagai alat musik asli Indonesia Timur dan biasa ditemukan di Maluku serta Papua. Tifa terdiri dari beberapa jenis seperti tifa Jekir, Tifa dasar, Tifa potong, Tifa Jekir Potong, dan Tifa Bas. Bermacam tifa ini sebenarnya dibedakan menurut ukuran, bentuk dan suara yang dihasilkan. Sedangkan untuk Totobuang adalah alat musik melodis yang memiliki nada-nada dan berbentuk seperti salah satu alat musik gamelan jawa. Totobuang pada dasarnya berbentuk seperti gong berukuran kecil yang tersusun beberapa ukuran dengan nada yang berbeda.
Walaupun Tifa dan Totobuang adalah dua alat musik dengan latar belakang yang berbeda, namun bila keduanya digabungkan akan menghasilkan sebuah perpaduan manis dan indah untuk didengar. Biasanya keduanya memang selalu dimainkan dalam satu harmonisasi bersama, itu sebabnya kolaborasi ini dinamakan Tifa Totobuang. Masyarakat awam pun berpikir bahwa Tifa Totobuang adalah satuan alat musik yang tidak terpisahkan.
Tifa Totobuang memang banyak dimainkan dalam acara-acara yang berbau Kristiani, namun setelah kerusuhan Ambon pecah pada awal tahun 2000 masyarakat Maluku pun mengkolaborasikan kesenian ini dengan kesenian lain yang lebih bernuansa Islami. Kesenian yang berupa tari tersebut adalah tari Sawat. Tarian Maluku yang sangat kental nuansa Islami dan Melayu ini merupakan sebuah warisan budaya para pedagang Arab yang pernah berdagang di Jazirah Al-Muluk atau Maluku. Perpaduan dua kesenian dengan latar belakang berbeda ini ternyata menjadi sebuah alternatif perekat kerukunan warga Maluku. Harmonisasi antara Tifa Totobuang dan Tari Sawat seperti menjadi sebuah simbol perdamaian dan harmonisasi di dalam masyarakat Maluku yang majemuk. Seni memang adalah bahasa yang universal dengan berbagai pesan positif yang dapat disampaikan di dalamnya.
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...