Motif Kain
Motif Kain
Wastra Nusantara Sulawesi Barat Poliwali Mandar
Tenun Mandar ( Sulawesi Barat)
- 4 November 2016
Indonesia adalah salah satu negara penghasil seni tenunan terbesar di dunia khususnya dalam hal keanekaragaman hiasan (Fisher, 1979:9). Kreasi para penenun generasi terdahulu banyak dipengaruhi unsur-unsur budaya asing akibat pengaruh hubungan perdagangan dengan negara-negara tetangga yang telah berlangsung beratus-ratus tahun yang silam. Kondisi tersebut memberikan sumbangan cukup besar bagi kekayaan keanekaragaman jenis tenunan bangsa Indonesia.
 
Pengaruh asing yang banyak mempengaruhi seni tenunan di Nusantara antara China, Eropa, India, dan Arab. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil-hasil tenunan yang sebelumnya terkesan sederhana yang kemudian berkembang menjadi tenunan yang kompleks, rumit, dan Indah. Ditambah lagi dengan kemilaunya yang dimuncukan oleh penggunaan benang emas dan sutra yang berneka warna. Hal itu seakan memberikan wajah baru baik dari segi teknik tenunan maupun warna dan ragam hiasnya. Sehingga tenunan yang semula hanya menggunakan benang kapas enggan warna suramdn samar menjadi warna yang memiliki dinamika hidup agung dan bergairah.
 
 
Di dalam kain tetunan tersebut yang memiliki ragam hias yang sangat bervariatif di setiap daerah mengandung nilai-nilai yang bermakna luhur sebagai wujud dari budaya masyarakat Indonesia pada asa lampau. Pembuatannya yang rumit baik teknik tenunan, pewarnaan maupun ragam hias yang menggunakan peralatan dan bahan khusus telah memberikan nilai tambahan pada karya seni tenun tersebut. Hal ini menyebabkan besarnya perhatian para ahli tekstil manca negara terhadap potensi dan keunggulan tenun atau tekstil tradisi Indonesia. Di buktikan dengan adanya punlikasi dalam bentuk buku-buku hasil penelitian yang mereka lakukan.
 
Dari sekian ragam tenunan tradisional dalam masyarakat Nusantara juga dikenal tenunan tradisonal yang menggunakan benang sutra. Benang sutra sebagai bahan baku tetunan ini dipintal dari kepompong ulat kupu-kupu dari spesies tertentu dengan makanan tertentu pula yahni; murbei.
 
Masyarakat Bugis Makassar dan Mandar, menggunakan peralatan tradisional mereka secara turun temurun untuk memproduksi kain sutra mereka. Peralan tersebut mereka buat sendiri dalam komunitas. Baik peralatan pemeliharaan ulat sutra, memintal benang, pewarnaan benang, sampai pada peralan tenunan. Bahan-bahannya mereka ambil dari alam yang ada disekitar mereka, seperti kayu dari berbagai jenis pohon, bambu, buah-buahan dan daun-daunan yang digunakan sebagai bahan pewarna.
 
Dalam waktu yang cukup lama masyarakat Nusantara khususnya yang ada di daerah Bugis, Makassar dan Mandar tetap mempertahankan alat tenun tradisionl mereka. Selajan dengan itu tenunan tradisional khususnya kain sutra terus diproduksi oleh masyarakat. Kegiatan menenun menjadi salah satu mata pencarian masyarakat khususnya kaum perempuan di daerah-daerah Bugis, Makassar, dan Mandar.
 
 
Kegiatan menenun ini mereka pertahankan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya dalam keluarga mereka. Sehingga tradisi menenun kain sutra masih bisa berlangsung hingga saat ini.
 
Masyarakat Mandar yang mendiami pantai timur jazirah selatan Pulau Sulawesi di Propinsi Sulawesi Barat masih melestarikan tradisi menenun sutra. Tenunan sarung sutra Mandar sangat terkenal hingga akhir abad ke dua puluh. Kualitasnya dikenal sangat tinggi karena tenunannya yang halus. Coraknya pun dapat dibedakan secara jelas dari tenunan sutra Bugis dan Makassar. Corak (Bahasa Mandar: sureq) berbentuk kotak-kotak yang simetris yang dikembangkan dalam berbagai ukuran ketebalan garis dan besarnya kotak.
 
Namun demikian tradisi menenun ini bukannya tidak memiliki ancaman sama sekali. Karena industri tekstil dewasa ini sudah berkembang dengan pesatnya. Ditambah lagi dengan gejala globalisasi yang melanda dunia yang berlangsung sejalan dengan perkembangan teknologi modern, komunikasi, dan informasi.
 
 

Kemajuan pertekstilan modern dihantar oleh ditemukan dan dikembangkannya berbagai alat tenun yang lebih baik dan lebih modern, baik yang bukan mesin (ATBM) maupun yang menggunakan mesin. Alat-alat tenun modern itu memiliki banyak keunggulan, selain mengurangi penggunaan tenaga manusia, juga jumlah produksinya pun jauh lebih tinggi dibanding tenunan tradisional. Pada akhirnya tenunan tradisional menjadi tertinggal.

Banyak kemudian penenun tradisional menjadi putus asa karena tidak mampu bersaing dengan tenunan alat modern. Karena di samping tidak mampu menyaingi kecepatan alat modern tersebut juga konsumennya semakin berkurang lantaran harga kain tenunan tradisional relatif lebih mahal dibanding tenunan modern.

Generasi muda, khususnya remaja-remaja putri di Mandar sudah kurang yang berminat untuk mempelajari tenunan sutra tradisional. Mereka sudah lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan lain yang dianggapnya lebih produktif, misalnya menjadi pegawai, karyawan atau buruh pabrik atau pekerjaan lain yang lebih menawarkan upah yang lebih tinggi.
 
Demikian pula dari segi konsumen kain sutra, mereka kebanyakan mencari kain yang lebih murah dengan kualitas yang lebih baik yang banyak diproduksi oleh alat tenun modern ATBM misalnya.

Keterpurukan tenunan sutra tradisional khususnya di daerah Mandar terjadi ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan tahun 1998 sampai tahun 2000. banyak penenun yang meninggalkan tradisinya lantaran tidak mampu membeli bahan baku, yakni benang yang masih banyak diimport dari India, Jepang, dan China. Sementara produksi benang dalam negeri masih terbilang rendah sehingga tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Saat itu banyak alat tenun tradisional (godokan) yang menganggur dan menjadi kayu-kayu lapuk di daerah-daerah Mandar yang pada akhirnya menjadi kayu bakat.
 
Sungguh sangat memprihatinkan kondisi tenunan sutra tradisional khususnya di Mandar. Namun demikian dalam waktu kurang lebih lima tahun kemudian tahun 2003 secara perlahan-lahan industri tenunan tradisional ini kemudian tumbuh kembali secara perlahan-lahan atas dorongan pemerintah daerah. Hal ini sejalan pula dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian bangsa Indonesia. Daya beli masyarakatpun sudah semakin membaik dan pasokan benang sudah kembali lancar dipasaran Mandar (khususnya di Polewali-Mandar dan Majene).
 
Meskipun demikian persutraan di daerah tersebut belum juga pulih sepenuhnya, lantaran kaum wanita yang dahulu banyak menggeluti kekerjaan ini sudah banyak yang beralih profesi. Di Mandar khususnya di daerah Polewali kaum wanita sudah banyak yang bekerja sebagai pegawai kantoran, pedagang, dan buruh. Sebagai besar diantara mereka memilih menjadi buruh pemintal tali plastik (daur ulang dari tali kapal). Sebahagian lagi berdagang atau membuka kios di rumah atau di pasar. Pekerjaan-pekerjaan baru mereka tersebut lebih menjanjikan keuntungan yang lebih besar dari pada menenun kain sutra.

Sejalan dengan tumbuhnya kembali tenunan tradisional sarung sutra, masuk pula alat tenun buhan mesin (ATBM). Alat tenun ini dapat bekerja lebih produktif dibanding dengan alat tenun tradisional (gedokan). Di samping ATBM dapat menghasilkan kain lebih banyak dalam setiap harinya juga penggunaan tenaga manusia dapat dikurangi. Itu berarti bahwa akan banyak kaum perempuan yang dulunya berprofesi sebagai penenun tergantikan oleh alat tenun bukan mesin ini.

Kondisi tersebut di atas sungguh sangat memprihatinkan karena mungkin suatu waktu nanti tenunan tradisionl sutra di daerah Mandar dan dibeberapa daerah lainnya di Nusantara akan punah ditinggalkan masyarakatnya. Sehingga sebelum semua itu terjadi maka perlu dilakukan suatu upaya inventarisasi tenunan sutra tradisional Mandar. Mengingat tenunan merupakan sumber daya budaya sekaligus sumber daya ekonomi yang masih mungkin untuk dikembangkan menjadi suatu unggulan memasuki pertarungan di era globalisasi dewasa ini.

Wilayah Penelitian
Dalam masyarakat di Nusantara selain mengenal tenunan sutra Bugis-Makassar, juga cukup dikenal tenunan tradisional sutra Mandar. Namun demikian pengrajin tenunan tradisional ini tidak ditemukan di semua daerah Mandar di Provinsi Sulawesi Barat yang terbentang dari Polewali Mandar di selatan sampai ke Mamuju Utara di bagian utara. Konsentrasi pengrajin tenunan yang terbesar di daerah ini adalah berada pada Kecamatan Tinambung, Limboro, dan Balannipa. Sehingga dengan demikian maka penelitian ini dipusatkan di daerah ini dengan memilih beberapa desa-desa tertentu.

Sejarah Sutra
Pada awalnya dunia tidak tahu kalau kain sutra dibuat dari serat yang diambil dari sejenis binatang ulat, sampai kemudian pendeta-pendeta Eropa mencuri sejumlah bibit ulat sutra dan murbei dari China dan membawanya ke Eropa. Sudah berpuluh tahunatau bahkan berabad abad lamanya orang China sudah memiliki pengalaman memelihara ulat Sutra. Sutra masuk ke Indonesia diperkirakan jelah abad 14 jauh lebih awal, dibawa oleh para pelaut dan tentra China yang mengunjungi kerajaan di Nusantara.

Tenunan tradisional sutra masyarakat Mandar telah berlangsung cukup lama dan telah mengalami pasang surutnya sesuai dengan perkembangan zaman. Hingga saat ini tenunan tradisional tersebut masih dapat ditemukan dalam masyarakat.

Dalam perjalanan waktu tenunan tradisional sutra mengalami perkembangan mengikuti zaman. Perkembangan itu terdorong oleh aspek internal dalam kebudayaan Mandar dan juga aspek eksternal. Dalam kehidupan sehari hari orang Mandar ingin maju dan seperti banyak masyarakat dan kebudayaan lainnya di Indonesia sehingga masyarakat mandar harus melakukan perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya. Demikian halnya dalam hal berbusana merekapun membutuhkan pakaian yang tidak lagi terpaku pada masa lalu dengan warna-warna suram dan gelap, sehingga warna-warna dan motif sarung sutra yang mereka tenun semakin lebih bervariatif.

Tenunan Sutra Mandar

 

Industri tenunan sutra di Mandar di barengi dengan pemeliharaan ulat sutra dan tanaman murbei. Meskipun demikian produksi benang sutra lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan penenun di Mandar.


Masyarakat penenun di Mandar menggunakan benang-benang import yang datang dari India dan China. Jenis-jenis benang tersebut memiliki kualitas yang berbeda-beda. Benang India adalah benang sintetis yang disebut dengan crayon. Benang memiliki sedikit unsur sutra tetapi cenderung lebih kuat dan tidak mudah putus. Harganyapun lebih murah. Benang China kualitasnya lebih baik dan harganyapun jauh lebih mahal.Harga Benang di Pasaran tahun 2008 berdasarkan tulisan ini di buat kisaran :


No.              Asal Benang                             Kualitas                                           Harga


1. India                                                          Rendah                                       Rp. 80.000,-

                                                                       Sedang                                        Rp. 120.000,-

                                                                       Baik                                              Rp. 200.000,-


2. Lokal (Mandar, Soppeng, Twiss                                                                Rp. 220.000,-

Enrekang)                                                    Bisa                                              Rp. 260.000,-


3. China                                                         Baik                                            Rp. 400.000,-

 

Meskipun masyarakat Mandar telah memasuki era modern dengan berbagai kemajuan teknologi yang semakin canggih namun dalam menenun kain sutra mereka tetap mempertahankan alat tenunan tradisional (gedokan atau dalam bahasa Mandar panette). Meskipun dalam perkembangannya alat nemun ini juga teleh diciptakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang bisa memproduksi lebih banyak dibanding alat gedokan/ panette namun masyarakat masih bertahan menggunakan alat tradisional mereka.

Selain mempertahankan corak-corak lama dalam tenunan tradisional, meraka pun menciptakan motif-motif baru dengan menyesuaikan dengan berbagai perkembangan. Motif-motif baru yang tercipta tersebut sebagian adalah pengembangan corak-corak lama, sebagian pesanan dari orang-orang penting (tokoh masyarakat), dan sebagian lagi terinspirasi oleh alam dan lingkungan masyarakat Mandar.
Dalam penelitian ini kami inventarisir kurang lebih 60 nama corak sarung yang ada di Mandar, baik corak tradisional, corak pengembangan, maupun corak-corak kontemporer dewasa ini.

Nama corak tersebut antara lain:

Corak (sureq) Tradisional:
– Corak Salaka
– Corak Padzadza (parara)
– Corak Batu Darima
– Corak Taqbu
– Corak Aroppoq
– Corak Pandeng
– Corak Pangulu
– Corak Puang Lembang
– Corak Benggol
– Corak Jangang-jangang
– Corak Ragiwasa
– Corak Tunggeng
– Corak Loang
– Corak Beruq-beruq
– Corak Bataq Giling
– Corak Giling Kanaiq
– Corak Kaiyyang
– Corak Marica
– Corak Maraqdia

Sureq Perkembangan
– Corak 710
– Corak Karaeng
– Corak Parara alleq bunga
– Corak Saripa
– Corak Salaka Taqbu-taqbu
– Corak Wiranto
– Corak Kucing Garong
– Corak Sandeq
– Corak Sulbar
– Corak Kapala Daerah
– Corak Komandan Kodim

Sutra, Masyarakat, dan Budaya Mandar

Lestarinya tenunan tradisional sutra ini disebabkan oleh karena hasil tenunan masih dibutuhkan masyarakat, baik oleh masyarakat Mandar sendiri juga oleh masyarakat di luar Mandar. Sutera hasil tenunan tradisional Mandar terkenal dengan mutunya yang cukup baik. Selain tenunannya halus coraknyapun cukup bervariasi dengan sejumlah warna pilihan.


Dalam masyarakat Mandar juga masih cukup banyak masyarakat khususnya kaum perempuan yang berminat untuk belajar menenun utama dari kalangan generasi muda. Sehingga dalam masyarakat Mandar masih terjadi pewarisan keterampilan menenun dari generasi tua ke anak cucu mereka. Keadaan yang demikian membuat tenunan tradisional sutra Mandar ini dapat lestari hingga saat ini.

Tradisi menenun dalam masyarakat Mandar menjadi satu bentuk usaha keluarga yang menjadi perwujudan dari konsep sibali parri yang mendudukkan perempuan sebagai pendamping kaum lelaki untuk bersama-sama memikul tanggung jawab membangun keluarganya. Di samping itu tradisi menenun juga menjadi lembaga pendidikan keluarga bagi anak-anak remaja putri Mandar untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan budaya.

Sarung Mandar yang bercorak kotak-kotak dibangun atas garis-garis lurus yang berdiri vertikal dan melintang secara horizontal dan saling berpotongan antara satu dengan yang lainnya. Garis-garis tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk kuat dan tegasnya aturan dalam masyarakat mandar yang mengatur hubungan secara vertikal antara rakyat dan pemimpinnya dan di antara sesama pemimpin atau sesama rakyat secara horizontal dengan memperhatihan strata-strata dalam masyarakat. Selain itu juga ditemukan hubungan yang yang senantiasa dipelihara oleh masyarakat mandar dalam kehidupan religius mereka dengan menjaga hubungan dengan manusia (hablumminannas) dan hubungan dengan Allah (hablumminallah).

Oleh masyarakat Mandar menyebut bentuk garis-garis yang saling berpotongan itu sebagai “pagar”. Sesuai dengan fungsinya maka pagar adalah sebuah benda yang ditemukan dalam kehidupan yang berfungsi untuk 1) menjaga dan melindungi rumah atau sesuatu dari ancaman atau gangguan dari luar dirinya, 2) pagar juga berfungsi untuk menjadi pemisah antara yang hak dan yang bukan dan pemisah bagian-bagian dari suatu keutuhan. Sehingga dalam kehidupan sarung sutra Mandar yang berbentuk pagar itu dapat dijadikan penjaga dan pelindung kehormatan bagi pemakainya. Sarung Mandar sebagai pemisah dapat maknai bahwa orang yang memakai sarung menutup bagian-bagian tubuh yang harus tertutup sebagai bagian kehormatan manusia. Selain itu dengan melihat orang memakai sarung sutra maka akan diketahui strata sosial seseorang.

Di tulis Oleh: Shaifuddin Bahrum di blog ini

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya