|
|
|
|
Tari Lenggo, Tarian Klasik Kesultanan Bima Tanggal 09 Jan 2019 oleh Roro . |
Pada zaman dulu, Istana Bima atau Asi Mbojo tidak hanya berfungsi sebagai pusat Pemerintahan. Asi juga merupakan pusat pengembangan seni dan budaya tradisional. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Sultan Bima yang kedua) yang memerintah antara tahun 1640-1682 M, Seni budaya tradisional berkembang cukup pesat. Salah satu seni tari yang tetap bertahan hingga saat ini adalah Tari (Mpa’a) Lenggo.
Mpa’a Lenggo ada dua jenis, yaitu mpa’a lenggo mone atau lenggo malaju dan mpa’a lenggo siwe atau lenggo mbojo. Lenggo mone atau lenggo melaju akan dipergelarkan bersama lenggo siwe atau lenggo mbojo pada upacara u’a pua disebut lenggo u’a pua. Jadi lenggo u’a pua adalah gabungan lenggo mone dengan lenggo siwe yang digelarkan pada upacara u’a pua.
Lenggo mone atau lenggo malaju
Lenggo mone berasal dari pagar uyung Sumatera Barat. Diperkenalkan oleh para mubaligh dari Sumatera Barat pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682). Karena mpa’a ini berasal dari Malayu Sumatera Barat maka disebut Mpa’a Lenggo Malayu (Melayu). Penarinya adalah pria karena dinamakan mpa’a lenggo mone (mpa’a lenggo pria).
Lenggo siwe atau lenggo mbojo
Lenggo siwe diciptakan oleh sultan Abdul Khair Sirajuddin. Merupakan tari kreasi yang berasal dari mpa’a lenggo mone. Penarinya adalah sampela siwe (gadis). Sebab itu diberi nama lenggo siwe. Karena diciptakan dan diperkenalkan oleh sultan sebagai dou mbojo, maka tari ini dinamakan pula mpa’a lenggo mbojo, karena gerakan tari ini lambat dan halus, seperti lenggak lenggok pohon yang dihembus angin sepoi, maka dinamakan mpa’a lenggo. Lenggo berasal dari kata lenggok. Dalam bahasa mbojo “lenggo” bisa juga berarti tinggi atau panjang. Lenggo Mbojo diciptakan pada tahun 1071 H oleh Sultan Abdul Khair Sirajuddin. Lenggo Mbojo ini diperankan oleh 4 orang penari perempuan. Perpaduan Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo pada perkembangan selanjutnya dikenal dengan Lenggo UA PUA.
Tari Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu memasuki pelataran Istana. Dua pasang Lenggo ini turut mendampingi Penghulu Melayu selama perjalanan dari Kampung Melayu menuju Istana Bima di atas Uma Lige (Rumah Mahligai) yang diusung oleh 44 orang Pemuda kekar yang melambangkan 44 struktur Hadat kesultanan Bima. Tarian ini diiringi oleh alunan alat musik tradisional Bima seperti dua buah gendang besar(Genda Na’e), Gong, Silu (sejenis Serunai), serta Tawa-tawa. Irama Tari lenggo berima lembut mengikuti alunan musik yang lembut pula. Gerakannya pelan dan gemulai. Tari Lenggo adalah warisan masa lalu, titipan keluguan zaman untuk generasinya. (WN)
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/tari-lenggo-tarian-klasik-kesultanan-bima/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |