|
|
|
|
Tari Bedhaya Tanggal 03 Aug 2014 oleh Sulistiani . |
Menurut Kamus Tari dan Karawitan, tari Bedhaya adalah komposisi tari klasik gaya surakarta dan Yogyakarta yang dibawakan oleh sembilan orang penari putri (Soedarsono, 1997/1978: 14). Ada beberapa jenis tari Bedhaya seperti Bedhaya Ketawang, Bedhaya Anglir Mendung, dll. Tari Bedhaya pada awal penciptaannya, ditarikan oleh putra-putri raja dan bangsawan. Setelah melaluui perkembangan zaman dan keterbukaan pihak keraton untuk melestarikan tari Bedhaya, tari tersebut bisa dipelajari oleh masyarakat luar keraton, terutama bagi mereka yang telah menjadi abdi dalem.
Tari Bedhaya merupakan tari Jawa klasik yang berasal dari keraton dan dianggap sakral. Menurut R.M. Wisnoe Wardhana, tari Bedhaya merupaakan tari yang lebih tua, lebih magis dari tari Srimpi. Kadang nama Bedhaya dikaitkan dengan akar kata "budha" sehingga dijadikan sebagai tari ritus agama asli yang berasimilasi dengan agama Budha (Wardhana. 1982: 35). Jika dianalisis lebih lanjut, tarian ini merupakan bentuk tarian batin, dalam ritus agama asli yang berasimilasi dengan agama Hindu. Hal ini juga diketahui dari beberapa pendapat. Weda Pradangga menyebutkan "...Jejer-jejer Sawi beksa sarta timbuhan gangsa lokananta (Gendhing Kemanak), binarung ing kidung Sekar Sani utawi sekar Ageng", yang berarti menari dalam posisi berbaris diiringi gamelan Lokananta, dibarengi dengan puisi metris Sekar Sawi atau Sekar Ageng (Ronggowarsito. 1884-1906: 217-218). Pada dasarnya dalam penyajian Tari Bedhaya mencakup tiga bagian yang saling melengkapi, yaitu: 1.Bagian tari yang mencakup gerak dan pola lantai dengan banyak menggunakan posisi baris.
2. Bagian karawitan yang menunjuk garap gen-dhing kemanak.
3. Bagian kidung yang menggunakan sekar kawi. Umumnya tari Bedhaya dipandang sebagai tari yang paling kuna, dan paling kompleks.
Di keraton tarian ini hanya dipagelarkan pada peristiwa-peristiwa yang sangat penting dan memerlukan upacara besar seperti penobatan (jumenengan) raja baru, ulang tahun penobatan, perja-muan untuk tamu raja dan pembesar tinggi asing, serta perkawinan kerabat kerajaan (Brakel, 1991: 46).
Penari dalam tari Bedhaya biasanya berjumlah sembilan orang. Hal ini merupakan suatu simbol, para penari masing-masing membawa peran tersendiri, seperti:
1. Batak, sebagai kepala merupakan perwujudan dari jiwa.
2. Endhet-Ajeg, merupakan perwujudan nafsu atau keinginan hati.
3. Gulu, merupakan bagian leher.
4. Dhada, mewujudkan bagian dada.
5. Api-mburi, mewujudkan bagian lengan kanan.
6. Apil-Ngarep, mewujudkan lengan kiri.
7. Endhet-Wetab, merupakan perwujudan bagian tangkai kanan.
8. Apit-Meneng, merupakan perwujudan bagian tungkai kiri.
9. Buncit mewujudkan bagian organ seks (Soedarsono, 1984: 79).
Selain itu jumlah sembilan yang dipilih merupakan jumlah bilangan terbesar yang menurut pandangan kehinduan dikaitkan dengan sembilan dewa dewa penguasa makrokosmos mengitari delapan arah mata angin sebagai pusat jagat, yaitu: utara, selatan, timur, barat, tenggara, barat daya, barat laut, dan timur laut, jumlah sembilan mengandung makna mikrokosmos dan makrokosmos. Kekuatan keduanya dipercaya bisa mensejahterahkan atau bahkan menghancurkan kehidupan. Jumlah sembilan juga merupakan gambaran jumlah semesta dan seisinya mencakup bintang, bulan, matahari, langit, bumi, air, angin, api, dan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |