Tari Anjasmara merupakan tarian tunggal yang berasal dari daerah Sunda. Konon, tarian ini sudah ada semenjak zaman kerajaan Majapahit.
Tarian ini menceritakan seorang putri bernama Dewi Anjasmara yang cantik dan beranjak dewasa. Ia mulai mengenal rasa suka terhadap pemuda yang bernama Damarwulan. Tarian ini menunjukkan bagaimana sang Putri Anjasmara sedang mempersiapkan dirinya untuk memenuhi kebutuhan Damarwulan sebelum ia akan berangkat untuk berperang melawan Minak Jinggo. Gerakan dalam tarian tersebut menggambarkan saat Putri Anjasmara berdandan sebelum bertemu dengan Damarwulan. Gerakan-gerakannya terdiri atas gerakan memakai bedak, menyisir rambut, merapikan alis mata, menggunakan anting, dan bercermin. Suasana hatinya terus dan terus berubah-ubah, tapi karena kecantikkannya dia akan berhasil.
Maksud dari Tari Anjasmara ini melambangkan bahwa kecantikkan seorang wanita akan berkembang karena pengabdiannya terhadap orang yang dikasihinya atau dicintainya.
Berikut merupakan foto dari Tari Anjasmara.

#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang