Rasanya belum lengkap jika kita berkunjung ke daerah Kuningan, Jawa Barat jika belum mencicipi dan membeli oleh-oleh makanan khasnya, yaitu Tape Ketan.

Tape ketan merupakan makanan hasil fermentasi nasi ketan. Pada mulanya, beras ketan putih akan dikukus sampai matang dengan dicampur sari daun katuk untuk memberikan warna. Alasan penggunaan daun katuk adalah agar tape ketan nantinya akan berwarna hijau alami karena tidak menggunakan pewarna buatan/kimia. Kemudian, nasi yang sudah matang akan didinginkan dan ditaburi ragi. Pengemasan tape ketan ini dilakukan dengan cara membungkusnya kecil-kecil menggunakan daun jambu air. Selain dikenal memiliki daun yang cukup lebar untuk memudahkan pembungkusan, daun jambu air juga dapat menghasilkan aroma khas pada tape.
Salah satu keunikan dari tape ketan khas Kuningan ini adalah dijual dalam ember-ember hitam bertutup rapat yang berfungsi juga sebagai tempat untuk memfermentasikan tape agar matang dan menampung air hasil fermentasi agar tidak berceceran. Ember-ember ini tersedia dalam ukuran kecil dan besar yang dapat menampung 80-100 buah tape ketan yang telah dibungkus kecil-kecil menggunakan daun jambu air. Pembeli dapat membeli tape yang memang sudah matang ataupun tape yang baru dibuat sehingga memerlukan waktu pematangan selama kurang lebih 3 hari. Salah satu sentra pembuatan tape ketan khas Kuningan ini berada di Desa Cibeureum, tetapi makanan ini mudah sekali ditemukan di tempat oleh-oleh sepanjang daerah Kuningan.
Tape ketan Kuningan memiliki rasa yang enak dan manis serta tekstur yang sangat lembut karena hasil dari proses fermentasi yang baik. Bahkan, air dari hasil fermentasinya pun terasa manis. Masyarakat kuningan biasanya menyediakan makanan ini pada hari-hari besar, misalnya pada saat momen lebaran untuk menyuguhi para tamu yang berkunjung.
#OSKMITB2018
Sumber gambar : https://yellowcity.wordpress.com
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang