Tanggo-tanggo adalah salah satu hidangan khas Batak Toba. Masakan ini berbahan dasar hewan yang masih muda, yaitu berusia sekitar 4-6 bulan dan berbobot maksimal 9 kg. Masakan yang dibuat dengan bahan dasar hewan yang berusia muda akan memiliki tekstur empuk dan rasa dagingnya manis.
Bahan-bahan
1 kg daging babi muda
100 gr jahe
2 siung bulat bawang putih (15buah)
200 gram cabe merah
100 gram cabe rawit
100 gram andaliman
1/4 bawang merah
1 sdm garam
1 sdm masako
1 sdm gula pasir
150 ml Minyak goreng
Langkah-langkahnya:
1. Rendam daging dengan jahe dan bawang putih slama 15 menit
2. Rebus daging beserta bumbu selama kurang lebih 15 menit
3. Kemudian giling cabe merah, cabe rawit, bawang putih, dan andaliman dengan menggunakan gilingan/ulekan
4. Panaskan minyak goreng di dalam kuali, kemudian goreng daging yang telah direbus.
5. Tumis bumbu yang telah digiling dengan minyak secukupnya. Oseng-oseng sebentar kemudian masukkan gula, garam dan masako.
6. Masukkan babi yang telah digoreng, oseng-oseng sebentar kemudian angkat dan hidangkan.
Sumber: https://cookpad.com/id/resep/2299445-tanggo-tanggo-b2-sambal-andaliman-ala-mom-brlalahi
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang