Tahu petis merupakan salah satu makanan khas Kota Cirebon. Tahu petis banyak dijumpai di pinggir jalan atau pada saat tradisi muludan. Sebenarnya tahu petis sudah ada dari zaman Sunan Gunung Jati. Sang istri yang bernama Putri Ong Tin tak pernah jauh dari petis sehingga masyarakat Cirebon memberi julukan Si Ratu Petis.
Tahu petis Cirebon memiliki ciri yang khas. Selain petis yang dicampurkan dengan ebi atau rebon, tahu nya berasal dari daerah Sindang Laut dan berbentuk segitiga dan rasanya cukup asin karena ditaburi garam diatasnya. Tahu yang digunakan bukan tahu Sumedang ataupun tahu Tegal. Meskipun digoreng kering namun isi atau daging bagian dalam tahu masih terasa berisi atau tidak berongga. Karena terasa lebih berdaging itulah tahu goreng ini lebih enak dinikmati bersama petis. Sekilas, bentuk dan warna dari petis Cirebon tak jauh berbeda dengan petis pada umumnya. Namun, dari segi rasa, petis Cirebon banyak diminati. Rasanya yaitu manis, gurih, dan terasa pedasnya. Bukan pedas yang membakar lidah tapi pedas yang mendorong selera makan. Petis berbentuk sama terlihat warna hitam, hanya campurannya saja yang berbeda.
Untuk membuat petis, siapkan cabai rawit dan cabai merah sesuai selera. Jika ingin terasa pedas, jumlah cabai rawit harus lebih banyak dari cabai merah. Lalu bawang putih, kacang tanah, garam, gula pasir, petis udang, air jeruk, kecap manis, dan air. Tahap pertama, haluskan lebih dahulu cabai merah dan cabai rawit, bawang putih, kacang tanah, garam, dan gula pasir. Setelah halus, campurkan air jeruk dan kecap manis. Ulek semua hingga halus dan merata sambil disiram sedikit demi sedikit air. Bila telah halus dan tidak begitu kental, bumbu sudah siap disantap. Sajikan bersama tahu yang sudah digoreng dengan garam. Akan lebih nikmat disajikan saat tahu masih panas.
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang