Pada tulisan sebelumnya penulis melakukan ekspedisi ke Desa Tumbang Mantuhe untuk menggali sejarah luluhur dan mengenal keluarga penulis yang ada di Tumbang Mantuhe. Dalam ekspedisi ini penulis berhasil mendapatkan informasi sedikit mengenai motive tatu Dayak di Sungai Rungan yang sebenarnya tatu milik Kakek & Nenek dari neneknya penulis yang bernama SINGA LUKAS TANGGALONG dan istrinya MARIA DINDING.
TANGGALONG adalah nama aslinya sebelum masuk kristen, dahulu beliau adalah salah satu pengayau dan pembuat mandau dikampungya dan memiliki perawakan yang tinggi besar sebab memang beliau adalah keturunan Orang Ut yang konon memiliki kaki yang panjang. Tutang ini dahulu tidak hanya sebagai penghias tubuh tetapi memiliki artian dan juga bentuk rajah dan perlambangan sahabat-sahabat ghaibnya. Misalnya sebelum diangkat menjadi seorang SINGA, maka Tanggalong hanya memiliki tatu bulan sabit di betisnya, namun setelah diangkat menjadi seorang SINGA maka tatu bulan sabit dibagian betis ditambah menjadi tatu BULAN BUNTER disamping itu tatu mereka ini konon dapat bergerak atau mengeluarkan suara tertentu untuk memberikan pertanda-pertanda khusus jika ada sesuatu yang buruk hendak menimpa dirinya atau keluarganya.
Dahulu seorang yang JAGAU atau kesatria akan memiliki tatu BURUNG DAHING di bagian lengannya oleh sebab itu ada suatu istilah dalam budaya Dayak Ngaju yaitu “TUTANG DAHING KAMANUK PENANG” tutang ini berbentuk seperti burung dahing namun sayang penulis tidak dapat gambaran bagaimana bentuk motivenya, tutang ini akan memberikan pertanda bahaya dengan bergerak atau mengeluarkan bunyi-bunyian jika ada bahaya atau sesuatu yang buruk menimpa dirinya atau keluarganya. Salah satu keluarga penulis yang pernah melihat dan tinggal bersama leluhur penulis yang menuturkan kisah ini. Selain itu kaum laki-laki yang hebat atau sitilah dayaknya BASEWUT akan memiliki tatu EMPUI di bagian lengannya kanan dan kiri, tutang EMPUI ini berbentuk seperti cicak, oleh sebab itu juga akan ada istilah dalam bahasa Dayak Ngajunya “TUTANG EMPUI MELAI JUKING BAHUI”.
Motive lain adalah adanya motive bunga terong di bagian kir dan kanan dada, juga motive TUTANG NAGAN yaitu motive naga di bagian paha kiri dan kanan atau juga dibagian lengan. Selain itu juga dileher akan ada TUTANG KALA atau motive kalajengking. Disekitar puting susu akan ada tatu RAJAH EPATPULUH berbentuk persegi empat. Kemudian dibagian dadanya dipenuhi motive seperti motive anyaman tikar berbentuk titik-titik atau yang disebut CACAH dalam bahasa Dayak Ngajunya.
Untuk perempuan ada motive TANTALI LAWAI dan TAJIM HEMPENG dibagian pergelangan tangannya, juga dibagian kelopak mata akan ada motive yang disebut SARAPANG MATAN ANDAU dan juga seperti bintang yang kecil berjumlah tiga.
Menurut para saksi mata, warna tatu jaman dahulu tidaklah hitam tetapi berwarna biru kehijauan yang tenntunya pewarnaan ini diambil dari bahan alam sejenis getah tertentu dan dalam pembuatannya digunakan pisau kecil seperti langgei, oleh sebab itu akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk membuat sebuah tatu karena menunggu lukanya sembuh. Jaman dahulu hanya orang yang berasal dari golongan tinggilah yang boleh menggunakan tatu atau jika orang tersebut adalah seorang kenamaan, pahlawan atau panglima. Dan oleh sebab itu juga dalam mencari pasangan hidup maka sesama keturuan golongan tinggi saja yang boleh menikah.
sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/04/14/tattoo-dayak-ngaju-di-rungan-tumbang-mantuhe/
#SBJ
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...