Sebagai salah satu stasiun kereta utama di Jakarta selain Stasiun Pasar Senen, Stasiun Gambir merupakan salah satu titik kumpul (hub) utama untuk sarana transportasi keluar - masuk Jakarta, dalam hal ini kereta api. Sesuai dengan namanya, stasiun ini berlokasi di area Gambir, Jakarta Pusat (di sisi timur Monumen Nasional).
Dengan 2 peron 'pulau' (peron yang tidak langsung terhubung dengan bagian utama stasiun) serta 4 lajur kereta, stasiun kereta ini sekarang hanya melayani kereta api kelas eksekutif serta kelas campuran (biasanya eksekutif - ekonomi plus, untuk tujuan tertentu saja) menuju kota - kota besar lain di Jawa yaitu Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Solo, Tegal, Surabaya, dan Malang.
Semua kereta yang berhenti disini, biasanya memanfaatkan Gambir sebagai stasiun akhir. Walaupun begitu, stasiun ini tidak memiliki fasilitas penyimpanan gerbong kereta maupun lokomotif sehingga setelah perjalanan kereta terakhir menurunkan penumpangnya, rangkaian kereta tersebut harus pergi ke stasiun lain untuk perawatan dan pengistirahatan.
Selain kereta api lintas kota, ada pula 2 jalur kereta listrik Commuter Line yang melewati stasiun ini, yaitu jalur kuning (Jakarta Kota - Bekasi) dan jalur merah (Jakarta Kota - Bogor). Kedua jalur ini tidak lagi berhenti di Gambir sejak pertengahan 2012.
Sejarah stasiun ini dimulai pada 16 September 1871, saat NISM (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) membuka jalur kereta pertamanya di Jakarta yang saat itu masih bernama Batavia. Jalur ini menghubungkan Gambir (saat itu bernama Koenigsplein, di daerah Weltevreden) dengan Pelabuhan Sunda kelapa, dan terutama digunakan untuk kereta yang mengangkut barang serta penumpang menuju dan dari pelabuhan tersebut. untuk penumpang, ada sebuah pemberhentian kecil yang bernama Halte Koenigsplein - posisi pemberhentian ini berada beberapa ratus meter di selatan posisi stasiun saat ini. Jalur ini dipanjangkan pada tahun 1873 menuju Meester Cornelis (Jatinegara, Jakarta Timur) dan Buitenzorg (Bogor).
Pada 4 Oktober 1884, bangunan Halte Koenigsplein digantikan dengan Stasiun Weltevreden yang berdiri di posisi Stasiun Gambir sekarang, dan jalur yang sudah ada diperpanjang lagi hingga Bandung dan Surabaya. Gedung stasiun ini memiliki gaya arsitektur klasik atas rancangan pesaing NISM, Staatssporwegen (SS) - perusahaan ini adalah cikal bakal PT. KAI sekarang.
Pada 1928, Stasiun Weltevreden direnovasi dengan gaya art deco dan atap peron diperpanjang hingga 55 meter. Di tahun 1937, nama Stasiun ini diubah menjadi Batavia Weltevreden SS. Setelah kemerdekaan Hindia Belanda sebagai Indonesia (17 Agustus 1945), stasiun ini berubah nama menjadi namanya sekarang - Stasiun Gambir.
Bentuk Stasiun Gambir yang sekarang, sebagai stasiun layang, mulai muncul pada era 1990an, tepatnya tahun 1992 - saat itu, stasiun ini direnovasi secara besar - besaran seiring dengan perubahan jalur kereta Manggarai - Jakarta Kota menjadi jalur layang. Arsitektur stasiun sekarang menggunakan atap bangunan khas rumah Joglo dengan 3 tingkat.
Sumber : Wawancara dengan petugas stasiun (via orang tua), kabarpenumpang.com/jejak-sejarah-yang-terlupakan-stasiun-gambir-dulunya-adalah-tanah-rawa (untuk crosscheck kebenaran data)
#OSKMITB2018
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang