Sipak tekong berasal dari bahasa minang dari dua suku kata. Sipak dalam bahasa indonesia artinya sepak-menyepak. Sedangkan tekong artinya bisa berupa gelas atau wadah yang bisa diisi air. Namun dalam prakteknya, media yang digunakan bukanlah wadah yang bisa diisi air tapi yang popular digunakan adalah sabut kelapa. Jika tidak ada sabut kelapa bisa menggunakan takraw, tempurung kelapa, atau media keras yang bisa disepak dan melayang dengan baik tapi tidak mudah terbawa angin.
Namun setelah zaman lebih modern permainan ini biasa menggunakan bola karet sintetis. Walau demikian, karena sudah ada bola dan tekong sudah ditinggalkan tapi sebutan yang melekat tetap sipak tekong meskipun tekong telah berganti bola. Sekilas, model bermainnya sama dengan bermain petak umpet. Jika pada permainan petak umpet, yang jaga harus menutup mata di sebuah tiang atau dinding sambil berhitung sembari teman-temannya bersembunyi. Maka pada permainan sipak tekong, salah seorang pemain yang akan ikut bersembunyi harus menyepak tekong sejauh mungkin. Saat yang jaga mengejar tekong dan meletakkan pada lingkarannya saat itulah semua pemain harus bersembunyi. Tekong harus diletakkan oleh yang jaga pada posisi ditengah-tengah lingkaran yang biasanya dibuat diatas tanah atau lantai yang bisa dibuat tanda berupa lingkaran. Letakkan tekong dalam lingkaran. Ada salah seorang teman yang bertugas menjaga. Sepak tekong tersebut oleh salah seorang pemain kearah manapun dan pemain lainnya lari bersembunyi.
Pemain yang telah tertangkap bisa berkeliaran bebas tapi tidak bisa kembali bersembunyi sebelum ada pemain lain yang menyepak tekong keluar dari lingkarannya. Kalau tidak ada teman yang membantu membebaskan sampai semua pemain sudah tertangkap maka yang akan menjaga selanjutnya adalah pemain yang tertangkap pertama sekali. Bagaimana agar yang jaga bisa cepat mengakhiri tugasnya untuk menjaga tekongnya? Caranya, yang jaga harus segera menemukan semua pemain yang bersembunyi. Ketika menemukan atau melihat pemain yang bersembunyi tersebut, yang jaga harus menginjak atau menyentuh tekong dengan kaki sambil meneriakkan “sipak tekong” dan nama pemain yang sudah tertangkap tersebut Dengan begitu yang tertangkap sah dan harus segera keluar dari persembunyiannya. Namun pemain yang belum sah tertangkap bisa menyelamatkan teman-temannya yang sudah tertangkap. Jika sudah begitu, caranya saat pemain yang sudah ketahuan oleh yang jaga dimana ia bersembunyi, jika ia bisa mengejar tekong dan menyepak tekong keluar dari lingkarannya sebelum yang menjaga berhasil menginjak tekong maka yang hampir tertangkap tersebut tidak jadi tertangkap.
Pemain yang sudah tertangkap lalu bebas dan boleh bersembunyi kembali dan terpaksa yang tadinya jaga harus bertugas menjaga kembali. Intinya pemain yang bersembunyi boleh menyepak tekong keluar dari lingkarannya untuk menyelamatkan diri dan teman-temannya agar tidak tertangkap. Sedangkan yang jaga harus mampu menjaga tekongnya tetap berada didalam lingkaran. Jika tekong sudah berada di dalam lingkarannya, yang jaga sudah sah untuk mencari dan menemukan pemain lain yang sedang bersembunyi ataupun yang belum sempat bersembunyi.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja