|
|
|
|
Sintren Pekalongan Tanggal 23 Oct 2014 oleh Sobatbudayajakarta . |
Di sebuah desa kecil di Kabupaten Pekalongan, hidup sebuah keluarga seniman bernama “Ki Sentanu” yang memiliki seorang anak gadis cantik bernama “Sulasih”. Ki Sentanu berharap Sulasih mau menjadi penari dalam kelompok seninya karena paras cantik Sulasih sangat mendukung untuk seorang bintang pementasan. Namun, keinginan Ki Sentanu selalu ditolak oleh Sulasih, hal tersebut membuat Ki Sentanu kecewa.
Dibalik penolakan tersebut ternyata Sulasih secara diam-diam telah menjalin hubungan dengan seorang pemuda tampan bernama “Sulandono”, hubungan tersebut tanpa sepengetahuan Ki Sentanu. Sehingga pertemuan mereka berdua dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Pada suatu saat hubungan keduanya dipergoki oleh Ki Sentanu yang membuat kemarahan Ki Sentanu pecah, Sulandono dihajarnya hingga babak belur. Sulasih memohon ayahnya untuk tidak menghajar Sulandono karena Sulasih sudah terlanjur sangat mencintai Sulandono. Apabila ayahnya masih terus menghajar maka, Sulasih berniat akan bunuh diri. Hal tersebut meluluhkan perasaan Ki Sentanu. Sulandono diperbolehkan dekat Sulasih apabila Sulandono mampu memenuhi syarat yaitu mencari selendang “Tali Jiwa” yang diyakini Ki Sentanu mempunyai kekuatan magis luar biasa jika dipakai seorang penari dalam pementasan. Adapun selendang “Tali Jiwa” tersebut berada di sebuh hutan rimba yang angker (SINTRU) yaitu hutan “Sora Laya” (kawasan Kec. Doro). Sulandono menyanggupi untuk mencari selendang “Tali Jiwa” sebagai syarat untuk mendapatkan “Sulasih”. Pada saat perpisahan keduanya Sulasih menyerahkan sapu tangan “Sekar Jagat” sebagai tanda kesetiannya.
Perjalanan Sulandono ke hutan “Sora Laya” (sebuah hutan yang angker (SINTRU)) mendapat rintangan menghadapi Siluman. Namun, Sulandono mampu menghadapi dan mampu merebut senjata pusaka Raja Siluman yang ternyata senjata tersebut berubah menjadi selendang “Tali Jiwa”.
Di desa sedang diadakan acara “Bersih Desa” sebagai bentuk acara pesta rakyat yang menampilkan hiburan rakyat berupa tarian Ronggeng sebuah tari pergaulan rakyat Kab. Pekalongan. Sulasih menjadi salah satu penarinya.
Di tengah acara keramaian sedang berlangsung hadirlah Sulandono menyerahkan selendang “Tali Jiwa”. Untuk menguji keampuhan selendang tersebut Sulasih dijadikan obyek pengujian dnegan ditutup kurungan dan tangannya ditali selendang tersebut. Keajaiban terjadi ketika kurungan dibuka ternyata Sulasih telah berganti pakaian dengan Selendang Tali Jiwa terkalungkan. Ketika musik Sulasih dapat menari lebih indah dari sebelumnya. Hal tersebut dilakukan hingga berulang kali untuk meyakinkan keampuhan selendang tersebut. Oleh karena tarian Sulasih yang kemasukan unsur magis dari selendang yang didapat dari tempat Sintru (angker) maka masyarakat menyebut tarian tersebut “SINTREN”
Kebanggaan Ki Sentanu akhirnya menerima Sulandono untuk dijadikan menantunya.
Sulandono diperintahkan untuk memanggil orang tuanya sebagai langkah kelanjutan hubungannya dengan Sulasih. Ketika Sulandono menghadirkan orang tuanya ternyata Ki Ageng Sentanu terkejut. Karena yang hadir adalah Ki Ageng Cempaluk seorang tokoh spiritual besar di wilayah Pekalongan. Kehadiran Ki Ageng Cempaluk menjelaskan bahwa Sulandono adalah anak dari “Bahurekso / Joko Bahu” seorang pembesar di wilayah Mataram.
Ki Sentanu malu dan salah tingkah akhirnya Sulasih dan Sulandono direstui untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut disambut gembira oleh seluruh rakyat yang dilanjutkan dengan pesta rakyat besar-besaran.
Sendratari dipentaskan pada Sabtu, 18 Oktober 2014 di Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah. Malam budaya ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan – Dinporapar (Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata).
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |