Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Sajak Sulawesi Selatan Makassar
Sinrilik
- 17 Maret 2018

Sinrilik atau sajak dalam bahasa Makassar adalah pertunjukan seni bertutur masyarakat suku Makassar yang telah dilakukan sejak dahulu. Sinrilik merupakan sebuah kisah atau narasi tertentu yang disampaikan atau diceritakan dalam bentuk lantunan irama (dilagukan). Bentuk narasinya menyerupai puisi atau syair dengan pemilihan dan perpaduan kata-kata yang tepat dan terdapat berulangkali pengulangan-pengulangan lirik atau repetisi. Pada umumnya sinrilikdilantunkan oleh seorang pria, bisa dengan diiringi alunan alat musik dan bisa pula tidak. Sinrilik ini terbagi dalam dua kategori yaitu sinrilik bosi timurung dan sinrilik pakesok-kesok. Sinrilik bosi timurung yang dalam bahasa Makassar berarti hujan turun, adalah sinrilik yang dilantunkan pada saat keadaan sepi dan orang-orang sedang tertidur lelap. Sinrilik ini tidak diiringi oleh alat musik apapun, dengan narasi yang pendek-pendek dan berisi kesedihan atau curahan hati dari penggubahnya, seperti kecintaan pada seorang gadis, kerinduan pada kekasih, dan rasa kecewa akan jerih payah yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Sedangkan sinrilik pakesok-kesok adalah pertunjukan sinrilik yang diiringi alunan alat musik berupa kesok-kesok. Narasi sinrilik jenis ini adalah cukup panjang dengan tema cerita yang lebih bermuatan positif dan menggugah semangat seperti kisah kehidupan seorang tokoh, sejarah perjuangan, budaya, maupun masalah agama. Adapun penggunaan alat musik kesok-kesok ini selain menambah kemeriahan suasana juga dimaksudkan untuk menutupi kesalahan redaksi dari cerita yang dibawakan oleh passinrilik (orang yang melakukan sinrilik).

Berbeda halnya dengan sinrilik bosi timurung, sinrilik kesok-kesok ditampilkan untuk menghibur orang banyak. Kesok-kesok atau gesong kesong dulunya dikenal juga dengan nama kerek-kerek gallang, adalah alat musik gesek tradisional yang terbuat dari tempurung kelapa, kulit kambing, serta kayu, dan hanya memiliki dua buah senar. Untuk menggeseknya biasanya digunakan alat gesek biola, namun bisa juga dengan menggunakan kawat biasa. Penggunaan alat musik ini hampir sama dengan biola, hanya saja tidak ditaruh pada pundak pemain namun ditempatkan pada lantai pertunjukan dengan posisi berdiri. Saat dimainkan alat ini akan mengeluarkan bunyi seperti song song. Irama kesok-kesok yang dimainkan pada pertunjukan sinrilik haruslah disesuaikan dengan tinggi rendahnya nada suara dari passinrilik serta isi narasi yang sedang ditampilkan, misalnya passinrilik sedang menceritakan sebuah kisah perjuangan melawan penjajah tentunya gesekan nadanya akan terdengar cepat dan keras sehingga dapat menggugah emosi dan imajinasi dari pendengar, sedangkan jika sedang menceritakan kisah-kisah bernuansa keagamaan, gesekan dan temponya cenderung lebih lambat. Jadi, keberadaan iringan musik kesok-kesok itu sendiri dapat kita samakan dengan irama backsound yang menjadi latar dari sebuah film. Sebuah gesekan awal yang dimainkan dijadikan sebagai penanda dimulainya cerita.

Setiap orang dapat mempelajari sinrilik, sehingga seorang passinrilik bisa saja datang dari berbagai bidang profesi seperti petani, nelayan, ataupun guru. Pada jaman dulu, seorang passinrilik mendapatkan hak yang istimewa dalam kehidupan sosialnya, baik berupa materi (seperti pemberian sebidang sawah dari penguasa setempat), maupun yang berwujud immaterial, misalnya pengakuan dari masyarakat sebagai seorang yang ahli di bidangnya. Dalam sebuah pertunjukan sinrilik mereka yang terlibat tidaklah dibatasi jumlahnya, namun paling sedikit adalah dua orang, dengan posisi sebagai pelantun sinrilik satu orang dan pendengar juga satu orang. Untuk sinrilik yang berupa pertunjukan kepada khalayak ramai yang mana pendengarnya datang dari berbagai etnis yang kurang memahami arti dan penggunaan bahasa daerah setempat, maka dibutuhkan satu atau dua orang komentator yang akan memberi penjelasan mengenai cerita yang disampaikan oleh passinrilik. Biasanya setelah melantunkan beberapa bait lirik dari cerita yang dibawakan, seorang passinrilik akan memberi jeda sejenak. Pada waktu jeda inilah komentator akan menyampaikan isi atau kandungan cerita yang dibawakan oleh passinrilik. Demikian seterusnya hingga pertunjukan tersebut selesai.

Seorang passinrilik diharapkan memahami betul narasi yang akan disampaikannya, bahkan menghapalnya di luar kepala, sehingga passinrilik sejatinya dituntut mempunyai daya ingat yang kuat dan kemampuan berimprovisasi yang baik. Dia sebaiknya pandai memainkan tinggi rendahnya suara atau intonasi nada yang dikeluarkannya, bahkan bila perlu diikuti oleh bahasa tubuh yang pas sehingga audiens atau pendengar dapat benar-benar hanyut dalam suasana dari cerita yang disajikan. Selain itu pula, seorang passinrilik wajib memiliki kemampuan dalam mengontrol kata-kata yang dikeluarkannya dan menjaga agar tidak ada pihak-pihak dari pendengar yang merasa dirugikan atau dilecehkan. Memang seni sinrilik hanyalah semata-mata menuturkan sebuah kisah saja, semangat patriotik, serta hal-hal yang menyangkut kebudayaan manusia, tidak dalam kapasitas menilai atau menghakimi seorang tokoh sehingga seharusnyalah dapat terhindar dari masalah ketersinggungan suatu pihak. Sinrilik dapat pula dikatakan sebagai sebuah seni yang dinamis dan ceritanya dapat terus dikembangkan, dan juga karena sangat bergantung pada kemampuan seorang passinrilik dalam membuat gubahan, sehingga dapat menghindari kebekuan suatu bentuk cerita. Tak jarang seorang passinrilik tidak mengikuti teks tertulis yang baku mengenai sebuah cerita namun lebih mengedepankan gaya bahasa dan cara berceritanya sendiri.

Salah satu jenis sinrilik pakesok-kesok yang biasa dimainkan dan cukup dikenal di masyarakat Makassar adalah Sinrilik Kappalak Tallumbatua. Sinrilik Kappalak Tallumbatua merupakan cerita berlatar sejarah perjuangan masyarakat Gowa. Sinrilik Kappalak Tallumbatuadalam bahasa Makassar berarti tiga buah kapal. Nama ini diambil dari tiga buah kapal yang ditumpangi oleh Andi Patunru yang bekerjasama dengan Belanda hendak menyerang daerah Gowa. Keinginan Andi Patunru untuk kembali ke tanah kelahirannya dan berkuasa di sana membuatnya harus berhadapan dengan ayahnya sendiri. Terjadilah pertempuran dahsyat yang tidak bisa dihindari. Rakyat Gowa berjuang penuh semangat demi mempertahankan tanah kedaulatan negerinya. Cerita inilah yang kemudian dituangkan dalam Sinrilik Kappalak Tallumbatua.

Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulsel/2015/10/11/warisan-budaya-makassar-sinrilik/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline