Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Beladiri Sumatera Barat Padang
Silat Kumango
- 26 April 2016

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia. Di sana ada sukubangsa yang bernama “Minangkabau”1). Masyarakatnya sangat menggemari kesenian, termasuk seni bela diri (pencak silat), sehingga di provinsi tersebut terdapat berbagai aliran pencak silat2), seperti: Silat Starlak, Silat Bayang Buayo, Silat Buayo Lalok, Silat Harimau, dan Silat Kumango3). Tulisan ini hanya membahas satu aliran silat saja, yaitu Silat Kumango.

Nama silat ini (Kumango) sangat erat kaitannya dengan tempat di mana silat itu tumbuh dan berkembang. Silat Kumango pada awalnya tumbuh dan berkembang di sebuah kampung yang bernama “Kumango” (di daerah Kabupaten Tanah Datar). Oleh karena itu, silat itu kemudian dikenal atau diberi nama “Silat Kumango”.

Pencipta silat ini adalah Syekh Abdul Rahman Al Khalidi yang bernama kecil Alam Basifat. Syekh Abdul Rahman Al Khalidi adalah seorang ulama yang menyebarkan tarekat Samaniyyah dan Naksyabandiyah di seluruh ranah Minang. Konon, sebelumnya Syekh Abdul Rahman Al Khalidi pernah menjadi seorang pawera (preman) yang malang-melintang selama 15 tahun. Suatu saat ia bertemu dengan Syekh Abdurrahman, kemudian menekuni ajaran agama Islam, dan menjadi seorang ulama.

Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang preman yang sering berkelahi, Syekh Abdul Rahman Al Khalidi menguasai “seni berkelahi” yang kemudian dikombinasikan dengan ajaran-ajaran agama Islam. Pengkombinasian itu akhirnya membuahkan seni bela diri yang bernama Silat Kumango, sehingga sang pendiri sering disebut dengan “Syekh Kumango”. Oleh karena Syekh Abdul Rahman Al Khalidi adalah penganut dan sekaligus penyebar tarekat Samaniyyah dan Naksyabandiyah, maka gerakan-gerakan silat yang diciptakannya tidak lepas dari kedua tarekat tersebut. Dalam hal ini gerakan-gerakannya sarat dengan ajaran-ajaran cinta kasih dan keridhaan Allah SWT, sebagaimana sikap dan perilaku Rasulullah SAW. Hal ini tercermin dari kegunaan silat yang tidak bertujuan untuk menyakiti lawan, tetapi hanya digunakan untuk membela diri, dan hanya boleh digunakan apabila terpaksa.

Langkah-langkah dalam gerakan Silat Kumango membentuk Alif-Lam, Lam-Ha, Mim-Ha, dan Mim-Dal. Gerakan-gerakan (langkah-langkah) inilah yang kemudian menjadi khas, berbeda dengan aliran-aliran silat lain yang sebagian jurus-jurusnya mengacu pada gerakan-gerakan binatang, seperti Silat Bayang Buayo dan Silat Harimau.

 

Perkembangan Silat Kumango

Ibrahim Paduko Sultan dan Syamsarif Malin Marajo adalah dua tokoh pewaris Silat Kumango, yang disegani masyarakat setempat. Mereka ini adalah keturunan langsung dari Syekh Abdul Rahman Al Khalidi. Silat kumango di zamannya sempat menjadi salah satu unsur yang sangat erat kaitannya dengan kedudukan sosial seseorang. Artinya, dengan menguasai Silat Kumango, seseorang akan dihormati karena ia mempunyai strata sosial yang tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, para orang tua banyak yang mendorong anak laki-lakinya yang berumur 5--10 tahun untuk mempelajarinya agar kelak menjadi orang yang terpandang dan disegani di dalam masyarakatnya.

Berkat kerja keras kedua tokoh tersebut (Ibrahim Paduko Sultan dan Syamsarif Malim Marajo), Silat Kumango menyebar ke seluruh penjuru Sumatera Barat. Bahkan, dikenal oleh masyarakat Indonesia (pada tahun 1952, Syamsarif Malin Marajo berhasil menjadi juara pencak silat pada PON II di Jakarta).

Perkembangan aliran silat ini sempat terhenti ketika Syamsyarif Malim Marajo diculik dan akhirnya dibunuh oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), karena dianggap sebagai lawan yang berbahaya dan mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakatnya. Namun, pengikut-pengikutnya tetap mengembangkannya, sehingga Silat Kumango sampai sekarang masih tetap eksis.

 

Jurus-Jurus Khas Seni Bela Diri Silat Kumango

Jurus-jurus yang ada dalam Silat Kumango ini terdiri atas 11 jurus dasar, yaitu:

(1) jurus elakan (kiri luar dan dalam),

(2) jurus elakan (kanan luar dan dalam),

(3) jurus sambuik pisau,

(4) jurus rambah,

 (5) jurus cancang,

(6) jurus ampang,

(7) jurus lantak siku,

(8) jurus patah tabu,

(9) jurus sandang,

(10) jurus ucak tanggung, dan

(11) jurus ucak lapeh.

 

Dari kesebalas jurus pokok yang ada pada silat ini, yang setiap jurusnya mengandung puluhan pecahan, hampir semuanya bertujuan untuk melumpuhkan lawan dengan teknik kuncian.

Seseorang yang ingin belajar kesemua pecahan atau inti dari setiap jurus tersebut harus terlebih dahulu menguasai atau mengkhatamkan 11 jurus dasar yang ada dalam Silat Kumango. Apabila seseorang telah menyelesaikan atau menguasainya, maka ia akan disebut guru tuo (di atas guru tuo disebut dengan guru gadang). Seseorang yang telah menduduki tingkat guru gadang, yang merupakan tingkatan tertinggi dalam sebuah perguruan Silat Kumango, harus dapat menciptakan sebuah jurus baru yang akan diajarkan kepada ahli warisnya.

Seluruh jurus tersebut berangkat dari ajaran agama Islam dan filosofi yang dalam peribahasa Minang disebut “hiduik nan ka dipakai, mati nan ka tiumpang”. Artinya: “Apapun laku dan adab yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya manusia selalu berbuat dan berperilaku amal saleh, karena perbuatan kita, baik dan buruk di dunia akan diperhitungkan kelak saat kita mati”.

Akibat dua pengaruh tersebut, maka tidak mengherankan apabila karakter Silat Kumango hanya bersifat bertahan (mempertahankan diri) dan baru menyerang apabila sudah benar-benar terpojok. Apabila seorang pesilat Kumango diserang oleh lawan, serangan pertama lawan itu harus diibaratkan seorang ibu yang marah kepada anaknya. Artinya, ketulusan yang harus dimunculkan adalah mengumpamakan ibu sedang menasihati anaknya sehingga sang anak harus memahami dan bukan melawannya. Dalam aplikasi gerakan fisik, serangan tersebut akan dielakkan oleh pesilat Kumango.

Apabila lawan masih menyerang untuk kedua kalinya, pesilat Kumango harus mengganggp serangan tersebut sebagai seorang ayah yang sedang marah kepada anaknya, sehingga harus menggunakan jurus elakan dan tidak boleh membalasnya. Begitu juga apabila musuh masih menyerang untuk ketiga dan keempat kalinya, serangan itu harus diibaratkan sebagai seorang guru dan seorang saudara kandung (lebih tua) yang sedang marah. Baru pada saat musuh melakukan serangan untuk yang kelima kalinya, seorang pesilat Kumango wajib melawannya dengan menggunakan kuncian agar lawan tidak dapat leluasa bergerak. Teknik kuncian yang dilakukan oleh pesilat harus cepat dan keras, agar lawan yang menggunakan senjata dapat dilumpuhkan dengan cepat dan efektif tanpa melukainya

Sebagai catatan, satu hal yang menarik dari perguruan Silat Kumango, khususnya yang berada di Tanah Datar, adalah pemakaian sarung yang dililitkan di pinggang. Fungsi dari pemakaian sarung ini sebenarnya bukan hanya untuk menyimpan senjata, melainkan juga untuk melindungi perut dari sabetan senjata tajam. Sedangkan, apabila sarung diletakkan dipundak, mengandung makna bahwa orang tersebut (pesilat) mempunyai kedudukan menengah di dalam perguruan. Selain makna tersebut, sebenarnya fungsi peletakan sarung di pundak adalah sebagai senjata untuk mengunci pergerakan lawan.

Untuk menjadi seorang murid di sebuah perguruan Silat Kumango dan mempelajari seluruh jurus-jurusnya, seseorang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu yaitu:

(1) lado jo garam (cabai dan garam) yang bermakna kepandaian yang diperoleh haruslah pedasnya melebihi cabai dan asinnya melebihi garam;

(2) pisau tumpul yang bermakna bahwa proses belajar dan ilmu yang dipelajari harus diasah terus-menerus hingga tajam dan setelah itu haruslah disimpan dan hanya dipakai bila diperlukan saja;

(3) kain kafan yang bermakna kepasrahan diri pada Sang Khalik dan kesadaran bahwa padaNyalah kita akan kembali;

(4) jarum pajaik jo banang (jarum dan benang) yang bermakna bahwa hidup itu harus hemat atau tidak boros;

(5) bareh sacupak (beras 1 cupak) yang bermakna bahwa seorang murid jangan sampai menyusahkan gurunya ketika hari pertama berlatih; dan

(6) ayam betina yang masih hidup yang bermakna perbaikan gizi. Ayam tersebut akan dipelihara oleh guru silatnya.

 

Nilai Budaya

Silat Kumango, sebagai suatu seni bela diri yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Barat, jika dicermati mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain: kesehatan, kerja keras, kedisiplinan, kepercayaan diri, dan sportivitas.

Nilai kesehatan tercermin dari gerakan jurus-jurus dan teknik-teknik yang dilakukan, baik ketika sedang berlatih maupun bertanding. Dalam hal ini, gerakan-gerakan Silat Kumango harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga otot-otot tubuh akan menjadi kuat dan aliran darah pun menjadi lancar. Ini akan membuat tubuh menjadi kuat dan sehat.

Nilai kerja keras tercermin dari usaha untuk menguasai jurus-jurus dan teknik-teknik yang ada dalam seni bela diri Silat Kumango. Tanpa kerja keras mustahil jurus-jurus dan teknik-tekniknya yang rumit itu (karena setiap jurus mempunyai pecahan-pecahan yang jumlahnya puluhan) dapat dikuasai secara sempurna.

Mempelajari seni bela diri Silat Kumango juga memerlukan kedisiplinan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap aturan-aturan persilatan. Tanpa kedisiplinan diri dan taat serta patuh kepada aturan-aturan persilatan, akan sulit bagi seseorang untuk menguasai jurus-jurus Silat Kumango secara sempurna.

Mempelajari seni bela diri Silat Kumango, sebagaimana seni bela diri lainnya, berarti mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan, baik demi keselamatan dirinya maupun orang lain yang memerlukan pertolongannya. Dengan menguasai seni Silat Kumango seseorang akan menjadi percaya diri dan karenanya tidak takut gangguan dan atau ancaman dari pihak lain.

Untuk “mengasah” ilmu Kumango setiap muridnya, sebuah perguruan seni bela diri pada umumnya mengadakan latih-tanding dan pertandingan. Dalam latih-tanding atau pertandingan tersebut tentu diperlukan adanya sikap dan perilaku yang sportif dari para pelakunya, sebab akan ada pesilat yang kalah dan menang. Nilai sportivitas tercermin dari pesilat yang kalah akan mengakui keunggulan lawan dan menerimanya dengan lapang dada.

 

Foto: https://www.behance.net/gallery/747008/Campaign-Of-Silat-Kumango-%28A-martial-art-from-Kumango%29

Sumber:

Maryono, O’ong. 2000. Pencak Silat. Yogyakarta: Galang Press.

www.devilbuddy.multiply.com

www.opensubcriber.com

www.silat.cipsid.org

www.silatindonesia.com

 

www.wikimu.com

___________________________________________

1) Sukubangsa ini, dapat dikatakan, tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena prinsip keturunannya yang mengacu kepada garis ibu (matrilineal). Artinya, yang dianggap sebagai kerabat adalah dari pihak ibu

2) Silat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh (Maryono, 2000:5), adalah permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata. Lebih khusus lagi, silat diartikan sebagai “permainan yang didasari ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata”, sedangkan bersilat bermakna “bermain dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri” (Kompas, 1996: 18).

3) Nama aliran silat ini sebenarnya tidak asing bagi dunia persilatan di Indonesia karena banyak perguruan besar, diantaranya Baringin Sakti dan Satria Muda Indonesia (SMI) yang menggunakan dan mengembangkan jurus-jurus yang ada pada silat kumango

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline